Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 9

"Tumben lo, malam-malam gini, ngajak video call-an gue," ujar Bayu pada sosok wajah yang berada di laptop-nya.
"Mau aja. Gue gabut, Bro. Cariin gue cewek napa," keluh seseorang di seberang sana yang memasang wajah lesu.
"Kan ada si Rian. Lo main aja sama dia, Ton. Biar gak gabut," ujar Bayu.
"Rian? Dia sibuk banget akhir-akhir ini. Susah dihubungin gak tau kenapa." Tono memasang earphone ke telinganya.
"Andai, lo masih di sekolah bersama kita. Gue pasti gak akan kesepian kayak gini," pinta Tono.
"Sorry, gue gak bisa. Ini aja rekor buat gue bisa sampe satu bulanan bertahan di sekolah baru gue." Bayu mengambil camilan yang sudah disediakan Mbok Iyem tadi dan melahapnya.
"Sedih beut gue. Yang satunya sibuk mulu, satunya lagi jauh. Sungguh malang nasib gue ini." Tono merintih berlebihan.
"Ah lebay lo, Ton. Yaudah deh, gue tutup dulu. Gue mau kerjain tugas dulu," ujar Bayu.
"Tapi Bay ... Gue belum selesai curhat. Btw, tumben lo ngerjain tu-"
Belum sempat Tono menyelesaikan kalimatnya, Bayu sudah menutup duluan panggilan video tersebut.
Dia tidak mau mendengar curhatan panjang Tono yang alay nan panjang bak sungai Nil itu. Setelah itu, Bayu membuka game PUBG yang sudah lama dia mainkan pada laptop-nya. Tentu saja, yang dimaksud Bayu mengerjakan tugas adalah bermain game PUBG. Soal tugas, dia sangat tenang. Berbeda dengan murid-murid lain yang akan panik jika tugas belum terselesaikan. Lagian, jika Bayu sudah melakukan yang terbaik belum tentu orang tuanya akan menyadari dan memujinya. Bayu yakin, mereka akan acuh dan lebih memperhatikan Bima.

***

Suasana kelas XI IPS 1 sungguh dipenuhi keributan pagi ini. Semua murid berhamburan kesana-kemari demi menyalin tugas. Termasuk Bayu yang sibuk menyalin tugas Rangga. Dia menulis tugas tersebut tak karuan wujudnya karena waktu sudah mepet. Terlebih, dia berangkat sedikit siang pagi ini.

"Makanya Bay, kalo ada tugas itu kerjain awal-awal. Jadinya kan gak kayak gini. Nulis tapi gak paham soal dan jawabannya," ujar Rangga.
"Diem lo! Berisik. Gue lagi fokus nulis nih. Ketimbang lo ceramahin gue, mending lo tengokin jam berapa sekarang," suruhnya.
"Jam tujuh kurang lima menit."
"Apa?? Bentar lagi bel masuk bunyi dong! Mana ini jam pertama. Bisa-bisa dimakan hidup-hidup gue sama Bu Lani yang galak itu," ucap Bayu dengan jari-jari yang sibuk menarikan bolpoin di kertas dengan gerakan cepat.

Bu Lani adalah guru mata pelajaran ekonomi yang super killer. Tugas baginya adalah sebuah kewajiban yang harus selesai dalam tenggat waktu yang dia inginkan. Namun, seringkali Bayu menyepelekannya dan berakhir harus menerima hukuman dari Bu Lani, yaitu harus menulis tugas yang tidak terselesaikan itu sebanyak seratus kali.

Tepat saat bel berbunyi, Bayu berhasil menyelesaikan tugas yang disalinnya dari Rangga.

"Fiuhhh...." Bayu mengelap air asin di dahinya karena dia lelah menulis cepat tadi.
"Akhirnya... Selesai juga. Makasih, Ngga. Lo baik banget bolehin gua nyalin tugas lo," ujar Bayu sambil menepuk pundak Rangga.
Rangga menyunggingkan senyum sebagai respon.

***

Bayu merasa tenang karena bisa lolos dari hukuman menyeramkan Bu Lani tadi pagi. Untung ada Rangga yang menolong. Awalnya Bayu berniat mentraktir Rangga, tapi dia menolak. Bayu pun mengiyakan saja tanpa memaksa, toh uangnya jadi tetap utuh.
Hari ini Bayu malas pulang ke rumah. Dia ingin mendinginkan gendang telinganya dari ocehan ibunya yang membuat telinga panas dengan membandingkan dia dan adiknya yang membuat muak.
Bayu pun memutuskan bermain futsal dengan murid laki-laki lain dari berbagai kelas. Ini adalah permainan bebas, bukan ekstrakurikuler. Pernah suatu kali, dia mengikuti ekskul futsal di sekolah lamanya. Ekskul futsal sering membuat Bayu pulang malam dan alhasil Bayu habis dimarah-marahi orang tuanya. Tidak peduli apa yang dijelaskan Bayu, mereka tidak percaya, sekalipun yang dikatakan Bayu itu jujur. Akhirnya Bayu lebih memilih tidak mengikuti ekskul apa pun kecuali pramuka, karena itu wajib.
Banyak murid laki-laki yang sudah berkumpul di lapangan dengan sepatu dan baju yang sudah mereka tanggalkan.

"Oyyy! Gue boleh ikutan gak?" tanya Bayu pada segerombolan murid laki-laki itu.
"Boleh, kebetulan pemainnya kurang satu," jawab salah satu murid diantara gerombolan itu.

Bayu pun melepaskan sepatu dan baju putihnya. Untung, dia memakai daleman. Jika tidak, semua gadis akan tergila-gila padanya karena badannya yang atletis. Padahal, dia juga tidak memiliki perut kotak-kotak seperti Jaemin NCT yang sedang digilai para gadis saat ini. Terkecuali Dhira, yang kurang suka dengan Idol K-Pop.

Perut Bayu hanya rata, itu saja dan bisepsnya sedikit berotot karena Bayu sering nge-gym. Tapi, Bayu merasa bahwa dia memiliki badan yang bagus.

Setelah itu, permainan pun dimulai. Bola digiring dengan lincah untuk menghindar dari lawan yang ingin merebut bola tersebut. Kaki lincah Bayu, dengan sigap merebut bola dari lawan. Lalu dia berbalik menuju gawang lawan. Perhatian Bayu fokus dan sesekali berteriak untuk memberi instruksi rekannya. Dengan apik, bola itu dia tendang dengan mulus tanpa gangguan memasuki kawasan penjaga gawang lawan.

"Gollll!!!!!!" Bayu berteriak senang. Lalu tim Bayu saling high five satu sama lain sebagai tanda kebanggaan.
Sedangkan lawannya, memasang ekspresi kesal yang terpatri di wajah mereka.

Dari pinggiran lapangan, nampak sosok gadis sedang menonton pertandingan itu.

"Bayu!!! Lo hebat! Semangat!!" teriak sosok itu dari seberang sana yang membuat perhatian Bayu dan teman-teman lainnya teralihkan.

Dia lagi? Cewek itu kan yang sokab sama gue kemaren kan? Yang ngejer-ngejer gue ngajak kenalan?

Mata Bayu mengarah ke gadis itu sambil membatin.

Bayu tidak memperdulikannya. Dia memilih melanjutkan permainannya yang belum berakhir ini.

Keringat mulai bercucuran di sekujur badan Bayu. Begitupun anak-anak yang lain. Tapi, Bayu tetap melanjutkan pertandingan yang sengit ini. Pihak lawan berhasil menyamai kedudukan dengan tim Bayu yaitu 3 sama. Tidak mau kalah, semangat Bayu semakin menggebu-gebu karena mereka bisa menyamai kedudukan tim Bayu.

Bayu merasa senang, karena sudah lama dia tidak bermain futsal. Baginya, futsal adalah soulmate-nya. Tapi, Bayu menjadikan futsal sebagai hobinya, bukan cita-citanya.

Pada akhirnya, permainan futsal ini dimenangkan oleh tim Bayu. Bayu sangat senang dan tertawa bahagia sembari berpelukan dengan teman-teman satu timnya. Wajah bahagia itu, sudah lama tidak terpancar di wajahnya.

"Wah! Lo hebat banget main futsalnya. Gimana kalo lo ikut ekskul futsal bareng gue?" ujar salah satu teman satu timnya.
"Enggak, ah. Gue gak minat," tolak Bayu. Sebenarnya dia mau, tapi mengingat orang tuanya dia jadi menolak.
"Yaudah guys, gue cabut duluan. Bye semuanya. Lain kali gue ikut lagi," pamit Bayu.
"Bye!" ucap mereka serentak.
"Eh, dia dari kelas mana?" tanya salah seorang dari mereka yang berperawakan sedikit pendek itu.
"Dia Bayu, kelas XI IPS 1. Anak baru sih, katanya dia badung anaknya," jawab anak yang mengajak Bayu untuk ekskul futsal tadi.
"Tapi kelihatannya enggak tuh, Bud" ujar anak lainnya yang giginya sedikit tonggos.
Budi dan anak lainnya hanya mengedikkan bahu sambil memandangi Bayu yang sedang berlalu dari lapangan.

"Bayu? Udah selesai main futsalnya?" tanya Mela dengan nada genit sesaat setelah Bayu tiba di pinggir lapangan.

Mela sengaja menunggu di dekat tas Bayu.

"Hmm," jawab Bayu singkat.
"Pasti lo capek, kita jalan-jalam cari minum yuk," ajak Dhira.
"Udah mau malem, gue mau pulang," tolak Bayu.
"Gak apa-apa bentaran aja," ucap Mela memaksa sambil menarik lengan Bayu yang sedang mengancingkan baju.
"Ogah!" ujar Bayu sedikit keras dan mengibaskan genggaman Mela di lengannya.

Setelahnya, Bayu berlalu meninggalkan Mela.

"Bay!! Gue suka sama lo!" teriak Mela di balik punggung Bayu yang sedikit jauh.

Untung anak-anak tadi, sudah membubarkan diri jadi tidak ada yang mendengar, terlebih keadaan sekolah sore ini sepi.

"Apa lo bilang?" Bayu menoleh, tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Gue bilang, gue suka sama lo Bay. Lo tuh tipe gue banget," ulang Mela dan mendekat ke arah Bayu.
"Sorry gue gak suka sama lo! Dan lo bukan tipe gue!" Bayu menolaknya tegas.
"Maksudnya? Lo nolak gue? Iya?" tanya Mela yang masih tidak percaya.

Bayu mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa?"

"Karena gua gak suka. Itu aja! Apa butuh alasan? Lagian gue gak tertarik pacaran. Lebih baik gua jailin orang aja, bikin gue seneng dan gak ribet kayak pacaran," jelas Bayu.

Mata Mela sedikit berkilau karena menahan bulir air asin yang memaksa untuk keluar. Mela merasa sedih, karena selama ini dia sering menolak laki-laki yang suka padanya. Sekalinya dia menembak laki-laki duluan, penolakan yang dia dapat. Bahkan itu langsung ditolak, tidak ada jeda waktu.

"Jangan-jangan, lo suka sama Dhira? Makanya lo nolak gue?" terka Mela yang mencoba menyembunyikan kesedihannya.

"Dih, apa hubungannya sama dia? Gak ada sama sekali. Yaudah deh gue cabut dulu." Bayu meninggalkan Mela seorang diri dengan perasaan tak karuan karena penolakannya.

Sesaat setelah Bayu pergi, air asin pun mengeluarkan diri karena sang empu sudah tidak kuat lagi menahan.

Ini pasti gara-gara Dhira, Bayu nolak gue. Gue yakin pasti dia. Dasar Dhira keparat! Awas aja lo, gue gak bakal tinggal diem.

Batin Mela berkecamuk dengan air mata yang terus mengalir dari pupil matanya yang sudah memerah itu.

***

Setelah kejadian kemarin, esoknya Mela langsung melabrak Dhira.

Brakkk!!

Mela menggebrak meja Dhira sangat keras dan membuat murid-murid sekelasnya terlonjak kaget.

"Keluar lo semua!! Gue ada urusan sama cewek keparat ini," Namun, mereka masih terdiam di tempat.
"Gue bilang, keluar!!! Denger gak si," teriak Mela semakin keras.

Rina pun memberi instruksi pada mereka untuk keluar. Di dalam kelas itu, hanya tinggal Dhira dan Mela yang sedang melotot tajam ke Dhira. Beruntung karena sebentar lagi istirahat, jadi Mela dapat melancarkan aksinya.

"Ada apa, Mel?" tanya Dhira yang dipenuhi kebingungan.

"Jangan pura-pura gak tahu lo!" ucap Mela yang menatap Dhira semakin lekat.

"Saya benar-benar tidak tahu maksud kamu," Dhira berdiri dari duduknya dan menatap Mela.

"Apa sih, yang menarik dari lo! Udah miskin, sekolah disini karena beasiswa, dekil, sok bijak lagi," ucap Mela remeh.

"Kamu gak berhak menilai saya seperti itu. Setidaknya saya gak nyusahin orang tua saya untuk bersekolah disini." Dhira berucap dengan nada tegas.

"Lo nyindir gue? Udah ngerasa hebat lo?"

PLAKKK!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro