Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 6

"Dhir.. kamu udah mau berangkat ya?" tanya sang Ibu.
"Iya Bu. Dhira udah mau berangkat. Ibu udah diminum obatnya?" tanya Dhira.
"Belum. Obatnya sudah habis dari kemarin."
Beberapa waktu lalu, Ibu Dhira keserempet motor saat berjualan keliling, sehingga kakinya terluka dan harus diperban.

"Yasudah, Dhira pamit dulu. Nanti Dhira beliin pas pulang sekolah. Assalamu'alaikum."

"Walaikumsalam," jawab sang Ibu.

Dhira menstarter motor matic yang sudah dia ambil semalam dari bengkel setelah menunggu hujan reda. Dia mengendarai dengan kecepatan sedang. Dia berangkat awal karena hari ini adalah jadwal piketnya.
Saat tiba di sekolah, terlihat masih tampak sepi. Hanya beberapa motor yang menghiasi parkiran. Karena mengingat ini masih terlalu pagi. Setelah Dhira memarkir motornya, dia berjalan santai menuju ke kelas. Di kelasnya juga masih sepi. Tak ada seorang pun disana selain dirinya.

Setelah meletakkan tas ke bangkunya, Dhira mulai mengambil sapu yang berada dipojok kelas. Mulai menyeret debu-debu bekas kemarin. Ada empat baris bangku di kelas untuk lima orang anak yang piket. Dhira mendapat bagian barisan bangku paling kanan.

Ketika Dhira coba menyapukan debu itu keluar, nampak ada siluet seseorang di depan pintu seperti berjalan menuju kelas. Ternyata itu adalah Mela. Mela memasuki kelas dengan wajah tak senang karena harus melihat wajah Dhira di pagi bahagianya ini.

"Ehh, lo suka ya sama Bayu?" tiba-tiba Mela bertanya.
"Hah?" Dhira tampak bingung dengan pertanyaan Mela ini.
"Gue tanya. Lo suka ya sama Bayu?" tanya Mela lagi.
"Enggak, kok kamu bisa mikir kayak gitu?" heran Dhira.
"Karena lo kayaknya sok cari perhatian gitu ke Bayu. Lo suka kan?"
Dhira menggeleng.
"Jangan bohong deh. Gini ya, gue peringatin! Gue suka sama Bayu, jadi lo jauh-jauh deh dari dia. Gue gak mau lo rebut dia dari gue," ucap Mela ketus.
"Benar, kok. Saya gak suka sama dia. Saya hanya menolong orang yang dikerjain sama dia. Itu aja," jelas Dhira.
"Terserah apa kata lo! Yang pasti, jangan deket-deket sama Bayu," ujar Mela lalu pergi meninggalkan Dhira yang masih memegang sapu.
Dhira pun melanjutkan kegiatan menyapunya setelah terhenti karena Mela tadi.

***

"Eh pelajaran pertama hari ini apa, Ngga? Gue belum sempet catet jadwalnya," ucap Bayu.
"Sejarah," jawab Rangga.
"Hah? Yaudah, bilangin ya gue ijin ke UKS."

Bayu malas untuk ikut jam pelajaran ini. Kata anak-anak satu kelas, ketika menerangkan, guru mata pelajaran tersebut membuat ngantuk dan bosan. Jadi, Bayu lebih baik memilih bolos di jam ini.

"Loh kenapa? Kamu sakit? Katanya anti sama yang sakit-sakit."
"Udah... Jangan banyak cincong. Bilang aja gitu, gue di UKS sakit gitu."
"Tapi, aku gak mau bohong Bay," tolak Rangga.
"Gak usah sok alim gitu dah. Semua orang pasti pernah boong kali. Tolongin gue sekali ini aja."

Bayu memohon dengan merangkul dan memandang Rangga dengan mata sedih.
Rangga akhirnya pun mengangguk daripada Bayu akan memandangnya lebih dalam. Itu geli bagi Rangga.

"Nah gitu dong dari tadi. Yaudah, gue cabut dulu. Bye!"

Bayu melenggang keluar kelas dengan santainya. Sesampainya di UKS, dia dibuat sedikit kesal. Ternyata ranjangnya penuh. Ranjang yang ada di UKS sekolah itu ada lima ranjang, dan entah mungkin ini hari sial Bayu atau bagaimana. Karena semua ranjang sudah terisi murid-murid yang benar-benar sakit. Tidak seperti Bayu yang hanya pura-pura.

Akhirnya Bayu memutuskan ke perpustakaan. Dia beralasan bahwa jam kelasnya kosong makanya ke perpustakaan. Dia mengambil beberapa buku yang sedikit tebal. Tapi bukan untuk dibaca, melainkan digunakan sebagai bantal untuk dia tidur.

"Pak.. Saya disuruh Bu Irma untuk meminjam buku paket Biologi sebanyak 36 buku," ucap Dhira pada penjaga perpus.
"Bukunya ada di rak paling ujung. Kamu bisa mengambilnya disana lalu nanti bawa kesini untuk di data."
"Baik, pak," jawab gadis di sebelah Dhira yang membantunya untuk membawa buku paket itu.

Saat Dhira dan temannya sibuk mengambil buku paket, Dhira tidak sengaja melihat Bayu yang tertidur dibalik rak yang sedang dia ambil bukunya. Tapi, Dhira tidak berniat membangunkan karena dia sedang tidak ingin ribut. Mengingat, ini di perpustakaan yang mana tidak boleh membuat kebisingan.

"Udah semua Dhir?" tanya teman sekelasnya itu.
"Iya udah. Ayo bawa ke penjaga perpustakaan."

Entah kenapa, Dhira tidak ada niatan untuk memberitahu penjaga perpustakaan bahwa ada yang tidur disana, bahkan buku dijadikan sebagai bantal. Saat melihat wajah Bayu yang sedang tidur tadi, Dhira merasa ada kesedihan disana. Namun, saat dia membuka mata, kesedihan itu tak terlihat. Melainkan sifatnya yang mengesalkan itu.

"Ehh, motormu udah selesai di benerin?" tanya Mia, teman sebangku Dhira.
"Udah, Mi. Semalam saya ambil dari bengkel."
"Ohh gitu. Yaudah, gue pulang duluan ya Dhira. See you."

Dhira melambaikan tangan pada Mia.

Sore ini cukup cerah dan tidak mendung seperti kemarin. Sebelum pulang, Dhira mengambil wadah gorengan yang dia titipkan di kantin tadi pagi. Gorengan tersebut tersisa sedikit. Itu membuatnya senang. Itu artinya, gorengannya banyak yang beli. Karena ibunya sakit, jadi Dhira pikir dengan menitipkan di kantin akan sedikit menambah penghasilan.

"Bu, wadah gorengan ini saya ambil ya."
"Iya Neng, dan ini uang hasil dari gorengan Eneng," ujar Ibu kantin.
"Iya, Bu terima kasih. Terima kasih juga sudah boleh nitip disini."
"Iya, gak apa-apa neng. Besok-besok juga boleh nitip disini lagi."
"Iya, Bu. Terima kasih banyak sekali lagi. Kalau begitu, saya permisi pulang dulu. Mari," ucap Dhira sopan.

***

"Ibu, Assalamu'alaikum. Dhira pulang."
Dhira bersalaman pada ibunya yang masih berbaring di ranjang. Karena kakinya tidak bisa dibuat untuk lebih banyak bergerak.

"Ohiya, obat Ibu kan habis. Ini tadi di jalan Dhira beliin obat buat Ibu. Lalu ini hasil penjualan gorengan Ibu yang Dhira titipkan di kantin sekolah."

"Iya, terima kasih ya Dhir. Kamu memang anak yang bisa Ibu andalkan." Ibu Dhira membelai pucuk kepala Dhira lembut.

"Yasudah, Ibu makan dulu. Dhira udah beliin nasi tadi di warung dekat gang rumah kita. Setelah makan, Ibu minum obatnya," ucapnya lembut.

"Iya. Sebaiknya kamu sekarang mandi, makan, lalu istirahat. Pasti kamu capek," perintah Ibu.

"Iya, Bu. Dhira ke kamar dulu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro