Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 5

Makanan seperti roti, selai, nasi goreng dan minuman susu segar disusun rapi oleh Mbok Iyem. Lalu, dilanjutkan membangunkan Bayu dan Bima yang pasti masih bergelut di dunia mimpi yang fana itu. Untuk membangunkan Bima, sangat mudah. Karena saat dibangunkan akan langsung bangun. Terkadang, Bima sudah bangun bahkan sebelum Mbok Iyem membangunkannya. Berbeda dengan Bayu, butuh usaha lebih untuk membangunkannya.

Tokk.. Tokk.. Tokk..!

Mbok Iyem mengetuk pintu kamar Bayu.

"Den ... Den Bayu. Bangun, udah mau siang. Nanti terlambat sekolah," kata Mbok Iyem pelan.

Namun, tidak ada sautan dari dalam kamar itu.
Mbok Iyem pun coba mengetuk lagi, namun tetap sama. Akhirnya dia membuka pintu kamar Bayu dan masuk ke dalam.

Sudah biasa, Mbok Iyem membangunkan Bayu sampai masuk ke kamarnya. Karena sejak Bayu kecil, hampir semuanya Mbok Iyem yang merawatnya. Ibu Bayu terlalu sibuk merawat Bima kecil saat itu. Ayahnya juga sangat sibuk bekerja. Jadi, waktu Bayu dengan orang tuanya mulai berkurang dan tercurahkan sepenuhnya ke Bima.

"Den... Udah jam 6 pagi Den. Bangun Den Bayu," ucap Mbok Iyem sambil menggerak-gerakkan badan Bayu.

"Apa sih, Mbok. Bentar lagi. Aku masih ngantuk Mbok. Aku mau tidur sebentar lagi," ujar Bayu lesu.

Tidak ada cara lain, akhirnya Mbok Iyem mengambil kaos kaki Bayu yang belum dicuci seminggu dan tentu saja baunya sangat istimewa. Mbok Iyem mendekatkan kaos kaki itu ke hidung Bayu. Terlihat wajah Bayu berubah, hidungnya sedikit mengembang dan matanya yang terpejam bergerak-gerak.

"Uhukk... uhukkk..." Bayu terbatuk seketika.
Mbok Iyem tertawa dalam diam.
"Mbok, ini apa sih Mbok? Kok bau amat. Kayak ketek monyet."
"Emang Den Bayu sudah pernah nyium ketek monyet?" tanya Mbok Iyem.
"Anggap aja udah pernah, Mbok."
"Yaudah, karena Den Bayu sudah bangun. Simbok tak keluar dulu mau lanjut nyiapin sarapan," pamit Mbok Iyem.
Bayu mengangguk disertai uapan lebar.

Tidak perlu waktu lama untuk Mbok Iyem menyiapkan sarapan untuk keluarga beranggotakan empat orang ini.
"Pagi Mbok Iyem...," sapa Bima ramah.
"Pagi Den Bima...," balas Mbok Iyem.
"Duh anak bungsu kesayangan mama udah rapi ya," ucap sang ibu yang mendudukkan diri di kursi makan disusul sang ayah yang sudah berpakaian rapi untuk ke kantor.

Bayu mendengar perkataan ibunya saat dirinya keluar dari kamar menuju meja makan.

Puji aja terus! Anak bungsu kesayangan? Anak busuk kesayangan yang ada.

Bayu bergelut dengan batinnya yang memanas.

Suasana hening seketika saat Bayu mendudukkan diri di meja makan.

"Bayu. Gimana sekolah barunya? Apa kamu membuat keributan?" tanya sang ayah memecah keheningan sesaat itu.

"Tidak, Pa. Aman terkendali kok. Tenang saja," bohong Bayu.
"Awas aja kalo bohong dan buat keributan lagi. Papa dan Mama udah gak mau buang-buang duit untuk kamu pindah ke sekolah lain karena dikeluarkan. Mama harap ini yang terakhir. Jika terjadi lagi, Mama dan Papa udah gak peduli lagi. Entah mau jadi apa kamu nanti," ucap sang ibu panjang lebar.

"Mama kok gitu sama Bayu. Jahat banget."

"Kenapa kamu bilang Mama jahat? Kamu aja yang terlalu nakal. Contoh dong tuh, adik kamu. Prestasi bagus, gak pernah bikin keributan, gak bikin dongkol Mama. Kayak kamu!"

"Jangan kayak gitu, Ma. Kak Bayu gak nakal kok," ucap Bima.
"Gak usah sok care sama gue lo."
"Bayu! Gak usah kasar sama adik kamu. Dia itu masih SD. Masih kecil," ucap sang ibu.

Bayu diam seketika tapi tidak dengan batinnya.

Belain aja terus tuh si adik busuk. Sudah bisa ditebak, ujung-ujungnya pasti banding-bandingin gue sama adek busuk Bima itu.

Batinnya berkecamuk.

"Sudah-sudah, kok malah pada ribut. Kasian makanannya dianggurin," ucap sang Ayah menenangkan suasana.

"Yaudah, Bayu berangkat ke sekolah dulu Pa, Ma," pamit Bayu.

"Ingat jangan ngebut kalo bawa motor. Kalo ada apa-apa kan, Mama sama Papa juga yang repot," ketus sang Ibu.
"Iya. Bawel deh si Mama."
"Apa kamu bilang?" sang Ibu hendak berdiri untuk memukul Bayu.
"Udah, Ma. Jangan marah-marah di pagi yang cerah ini. Ntar cepet tua lo," goda Ayah.
Bima terkikik geli sambil menunduk.
"Apasih papa tuh," wajah sang ibu sedikit memerah dan meraba-raba wajahnya apakah ada keriput disana.

***

Bayu menstarter motor ninjanya dan melesat cepat berhamburan dengan pengendara lain di jalanan besar. Hatinya masih dongkol bahkan hingga dia tiba di sekolah.

Setelah memarkirkan motornya, Bayu berjalan di koridor dan melihat ada anak lelaki cupu berkacamata kuda sedang fokus membaca buku sejarah. Bayu memunculkan smirk di wajahnya. Saat melewatinya, dengan cepat Bayu menyaut buku itu. Anak cupu itu terkejut dan coba meraih buku yang diambil Bayu. Bayu semakin meninggikan buku itu, mengingat postur tubuhnya yang jangkung.
"Balikin bukuku," minta si anak cupu itu.
"Mau? Ambil dong! Masa gak bisa. Tinggal ambil dari tangan gue," tantang Bayu.

Anak cupu itu melompat-lompat seperti anak kecil yang sedang berusaha mengambil layangan putus yang tersangkut di pohon. Sambil sesekali membenarkan posisi kacamatanya yang terus saja melorot.

"Awokwokwokwok. Hahahahah."
Bayu tertawa terbahak-bahak melihatnya.

Mood-nya yang tadinya buruk menjadi baik seketika. Bayu semakin meninggikan buku itu sehingga anak cupu itu melompat semakin tinggi. Tawa Bayu pecah dan lebih terbahak keras. Dia sangat terhibur melihat wajah susah anak cupu ini.

Namun, tawa Bayu terhenti seketika saat buku yang ada ditangannya terlepas dari genggamannya. Bayu menoleh untuk mengetahui siapa yang merusak kesenangannya ini.

"Lo? Kenapa lo lagi sih? Ganggu kesenengan gue mulu dah lo!" ucap Bayu kesal.
"Ini buku kamu. Sudah saya selametin," ucap Dhira seraya memberikan buku itu pada anak cupu.
"Terima kasih." Anak cupu itu berlalu pergi tanpa sepatah kata apapun lagi meninggalkan Bayu dan Dhira yang diselimuti kekesalan yang sebentar lagi membuncah.

"Apa-apaan sih lo? Kacauin urusan gue aja."
"Maaf, saya hanya menolong anak tadi," kata Dhira.
"Hah? Nolong? Lo tuh ancurin kesenengan gue, tau gak!"
"Kesenangan? Kesenangan yang kamu maksud itu dengan membuat orang lain susah?" tanya Dhira.
"Iya? Emang napa? Toh, kalo gue susah, sedih gak ada tuh yang peka ke gue! Gak ada yang peduli sama gue. Tuh kan gue jadi curhat. Gak penting banget dah curhat di depan cewek ngeselin kayak lo."

"Apa maksud kamu? Mungkin kamu saja yang tidak mau dipedulikan!" ujar Dhira.
"Kalo ngebacot tuh jangan ngasal. Lo tuh gak kenal gue, jadi jangan ngomong sembarangan."
"Saya tidak asal bicara, saya hanya menduga."
"Alah serah apa kata lo. Gak peduli gue!"

Bel tanda masuk dibunyikan, perdebatan Bayu dan Dhira harus terhenti karenanya.

"Bel masuk sudah bunyi. Saya masuk kelas dulu," ucap Dhira.
"Masuk ya masuk aja. Ngapa bilang-bilang ke gue! Apa urusannya sama gue!"

Dhira hanya diam dan berlalu meninggalkan Bayu seorang diri yang masih dihinggapi kekesalan. Bayu dan Dhira berada di kelas yang berbeda. Bayu di XI IPS 1 sedangkan Dhira di XI IPA 1. Kelas mereka jaraknya cukup jauh karena beda jurusan.

"Sial! Tuh cewek ya ancurin mood gue aja. Baru aja mood gue membaik, eh tuh cewek malah ngancurin."

Bayu mengumpat seorang diri di koridor yang mulai sepi karena beberapa siswa sudah masuk ke kelas masing-masing.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro