Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 30

Sejak kepergian Bima, suasana rumah menjadi sepi. Tidak seperti biasanya ketika ada Bima. Seperti saat ini, suasana meja makan terasa sepi tanpa Bima. Raut muka Dewi terlihat masih sedih. Terhitung, sudah hampir seminggu sejak kematian Bima.

"Ma, makan ya? Dari kemarin-kemarin mama jarang makan," ucap Aryo lembut.

Satu minggu terakhir, nafsu makan Dewi buruk. Makannya tidak enak. Lidahnya serasa mati rasa. Dewi masih merasa sangat sedih karena kepergian Bima.

"Iya, Ma. Mama harus makan biar gak sakit," timpal Bayu.

"Iya nyonya. Bener kata bapak sama Den Bayu. Nyonya harus makan," sambung Mbok Iyem sembari meletakkan air ke meja makan.

Bayu tidak tega melihat Dewi seperti itu. Wajahnya pucat seperti orang sakit. Dewi pun tidak berangkat bekerja beberapa hari terakhir. Dia terlalu kalut akan kepergian Bima.

Berkat bujukan suami, anak, dan Mbok Iyem. Dewi akhirnya mau melahap makanan walau tidak banyak. Bayu senang melihatnya.

"Yaudah, Bayu berangkat ke sekolah dulu."

"Kok masih sekolah aja? Belum libur? Kan habis UN" tanya Aryo.

"Ada urusan mengenai pendaftaran PTN, Pa. Semoga Bayu lulus SNMPTN ya ,Pa," ujar Bayu.

Dewi mendongak dan menatap anak sulungnya itu.

"Semoga lolos ya, Nak," ujar Dewi pelan.

Tak lupa Bayu bersalaman pada orang tuanya. Di perjalanan, dia berdoa semoga lolos SNMPTN. Setidaknya sejak kepergian Bima, ini bisa menjadi hiburan orang tuanya, terutama untuk Dewi.

"Bay, udah lihat hasil SNMPTN?" tanya Rangga sesaat setelah Bayu tiba di kelas.

Bayu menggeleng, dia belum memeriksanya. Terjadi kemacetan saat membukanya karena terlalu banyak yang memasuki laman tersebut.

"Aku juga belum, ayo buka sama-sama, Bay," ajak Rangga.

Sementara murid-murid lain, sedang riuh membuka hasil SNMPTN bersama-sama.

Setelah cukup lama menunggu, Bayu dan Rangga memutuskan untuk membuka bersama-sama. Dengan mata tertutup, dia men-scroll layar ponselnya karena takut akan hasilnya.

Sela-sela jari coba dia regangkan. Matanya mengintip perlahan. Bayu merasa terkejut dengan hasilnya. Mata Bayu dan Rangga bertemu seketika. Seolah berkata 'apakah kita sama?' kira-kira seperti itulah.

"Gue di terima, Ngga. Gue seneng banget. Gue gak nyangka sama sekali kalo gue bakal diterima."

Bayu merasa sangat senang dan tidak menyangka akan kenyataan ini.

"Aku juga, Bay. Aku diterima. Selamat untuk kita berdua," ucap Rangga tak kalah senangnya.

Bayu dan Rangga mendaftar ke Universitas yang sama yaitu Universitas Indonesia.

Mereka benar-benar senanh. Tidak menyangka mereka akan menjadi sahabat akrab hingga ke universitas.

***

Jadwal untuk masa ospek Universitas Indonesia dilaksanakan hari ini. Bayu sudah siap dengan seragam hitam putihnya.

"Hai Bay," sapa Rangga.

"Hai ... Gak kerasa kita bakal jadi anak kuliahan. Hahaha."

Bayu menabok bahu Rangga dan merangkulnya menuju tempat ospek.

"Hai Bay, Ngga," sapa seorang gadis yang mereka kenal.

"Mela? Kamu daftar disini juga?" tanya Rangga.

"Iya. Beruntung banget gue bisa lolos SNMPTN dan masuk ke sini," ucap Mela semangat.

"Selamat ya, Mel," ujar Bayu.

Hubungan Bayu dan Mela baik-baik saja sejak mereka putus. Sikap Mela sedikit demi sedikit mulai berubah. Jiwa dewasa mulai menghampirinya.

Sementara Dhira sudah berangkat ke Singapura dan berencana akan menetap di sana bersama ibunya hingga studinya selesai.

Tanpa direncanakan, Mela menjadi semakin akrab dengan Bayu dan Rangga. Mungkin karena mereka satu universitas juga sering bertemu juga di sana.

"Eh Ngga? Lo dapet kabar gak dari Dhira?" tanya Bayu.

Rangga menggeleng karena memang tidak ada kabar.

Dua tahun dijalani Bayu tanpa sosok Dhira. Sejak melayat adiknya Bima saat itu, dia hilang bagai ditelan Bumi. Dia tidak berpamitan atau bagaimana dan tiba-tiba terdengar kabar kalau dia sudah di luar negeri yaitu Singapura. Hanya itu yang Bayu dan lainnya ketahui. Setelah itu, tidak ada kabar sama sekali dari Dhira.

Saat ini Bayu dan Rangga sedang duduk santai di koridor kampus. Dengan ada Mela juga di sebelah mereka.

"Eh guys, gue lihat ada Dhira nih?"

Sontak Bayu segera bangun dari duduknya dan mendekati Mela. Melihat ponsel yang ditunjukkan Mela.

Di dalam ponsel tersebut terdapat retweet-an mutual Mela yang menunjukkan postingan Dhira di twitter. Dhira menggunakan uname yang sulit ditemukan. Dalam postingan tersebut, terdapat foto Dhira yang mengenakan sweater berwarna navy dengan celana jeans warna biru langit. Dia tampak senyum di sebelah patung Merlion yang sedang menyemburkan air dari mulutnya.

"Ayo kita nyusul dia ke Singapura," ucap Bayu tiba-tiba.

Mela dan Rangga sesaat melongo.

"Seriusan?" tanya Mela.

"Iya. Kita kan sebentar lagi libur semester. Jadi, ayolah!" ajak Bayu.

Rangga dan Mela pun menyetujuinya, karena ada sesuatu yang harus mereka selesaikan kepada Dhira.

***

Saat ini, mereka sedang berada di bandara Soekarno Hatta. Terlihat ada Rangga dan Mela di sana sedang menunggu Bayu.

"Ngga, Bayu di mana? Sebentar lagi landing loh," ucap Mela khawatir.

"Katanya sih, sebentar lagi sampe," ujar Rangga, "nah, itu dia!" lanjutnya.

Bayu berjalan dari arah pintu masuk dan melambaikan tangan pada Rangga dan Dhira.

Mereka bertiga pun memasuki kawasan check-in. Apakah mereka membawa perlengkapan yang sudah ditetapkan.

Membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih untuk tiba di bandara internasional Changi, Singapura.

Mereka bertiga segera mencari alamat Dhira tanpa menunda. Namun, tentu mereka mampir ke sebuah rumah makan terlebih dahulu.

Terlihat dari postingan, mungkin rumah Dhira tidak jauh dari Taman Merlion.

Tujuan Rangga dan Mela ikut karena Rangga yang ingin mengatakan bahwa dia sudah merelakan perasaannya pada Dhira. Juga Mela yang ingin meminta maaf atas kesalahpahaman mereka.

Cukup lama mereka mencari, bahkan hampir tersesat tapi akhirnya ketemu juga.

Mereka pun mendatangi sebuah apartemen yang ditempati Dhira. Di Singapura, Dhira kuliah sambil bekerja. Selama hampir dua tahun ini, dia mampu menyewa satu apartemen untuk ditempati dua orang.

Tok! Tok! Tok!

Rangga mengetuk pintu apartemen nomor 612 yang diduga adalah milik Dhira.

"Assalamualaikum," ucap Rangga.

Terdengar ada pijakan kaki di dalam.

"Walaikumsalam," seorang wanita paruh baya muncul dibalik pintu tersebut.

"Maaf, ada apa ya?" tanyanya.

"Apa benar ini ruangannya Dhira?" tanya Rangga.

"Iya benar. Kalian teman-teman Dhira? Saya ibunya," ujar wanita paruh baya yang ternyata ibu Dhira itu.

"Betul, Bu. Kami ingin bertemu Dhira," ucap Bayu.

"Saat ini dia sedang bekerja. Tidak jauh kok. Dia bekerja di kafe dekat apartemen ini," ujarnya.

"Baiklah, terima kasih, Bu. Kami permisi dulu."

Mereka bertiga tak lupa menyalami ibu Dhira.

Setelah itu, mereka bergegas menuju kafe tersebut. Benar saja, terlihat Dhira sedang melayani pelanggan. Mereka bertiga memutuskan masuk ke dalam dan memesan sesuatu.

Dhira berjalan menuju meja mereka. Dhira belum menyadari akan keberadaan mereka.

"Baiklah, permisi. Mau pesan apa?" ucap Dhira yang sedang memegang catatan kecil untuk pesanan pelanggan.

Bayu memandang Dhira tanpa berkedip. Sudah lama dia tidak melihat sosok gadis yang sangat dia sukai.

"Dhira?" suara Bayu pecah dan membuat Dhira menoleh.

"Eh kalian? Kalian kok bisa ada di sini?" heran Dhira.

"Bisa dong! Kamu kok gak ngabarin apa-apa sih, Dhir? Kita kangen tahu. Apalagi cowok di sebelahku ini," mata Rangga melirik orang di sebelahnya, Bayu. Orang yang dilirik hanya menyengir konyol.

"Wahh, saya gak nyangka. Sebentar! Sif saya sebentar lagi akan selesai," pamit Dhira.

Beberapa lama kemudian, Dhira duduk bersama mereka.

"Jadi, apa kabar kalian semua?" tanya Dhira.

"Kami semua baik Dhir. Kamu kenapa? Hilang tanpa kabar?" tanya Rangga.

"Maaf semuanya, setelah tiba disini saya mengalami perampokan. Jadi barang-barang hilang termasuk ponsel. Tentu saja kontak kalian hilang. Untung saja, ada sedikit uang yang tidak terambil," ujar Dhira panjang lebar.

Dengan segelintir uang yang tidak dirampok, Dhira bersama sang ibu bisa hidup di negara singa ini dengan layak berkata kerja kerasnya.

Beruntung, Dhira mendapat beasiswa di Universitas Nanyang Singapura. Itu merupakan berkat terbaik baginya.

Tak lupa tujuan Mela dan Rangga menemuinya mereka utarakan. Sementara Bayu ingin mengajak Dhira ke suatu tempat ingin mengatakan sesuatu.

"Mau kemana?" tanya Dhira.

Bayu tidak menjawab dan menyuruh Dhira ikut saja.

***

Keesokan harinya, Bayu sudah menunggu Dhira di samping patung Merlion. Dia duduk di kursi sekitar patung tersebut.

Bayu memilih taman Merlion untuk menembak Dhira. Dia pikir, tempat ini sangat istimewa seperti Dhira.

Cukup lama Bayu menunggu di sana. Dia mengenakan kaos putih dengan luaran kemeja kotak-kotak warna navy dengan celana jeans warna hitam. Dengan memakai sepatu keluaran converse. Seolah melengkapi ketampanannya.

Dari kiri Bayu, tampak Dhira sedang berjalan ke arahnya dengan setelah dress selutut berwarna maroon dengan sepatu kets warna hitam juga rambutnya yang tergerai menambah kecantikannya.

Saat melihat, Bayu terpesona akan Dhira. Perasaannya pada Dhira masih sama seperti saat itu.

"Hai," sapa Dhira tetap ada di hadapan Bayu saat ini.

Bayu tidak menjawab, dia masih fokus dengan penampilan Dhira yang cantik dan anggun. Sehingga Dhira menepuk pundak Bayu agar tersadar dari lamunan.

"Hei," ucap Dhira lagi dan mampu menyadarkan Bayu.

"Eh, lo udah sampe ya. Gak nyadar gue," ucap Bayu disertai cengiran seperti biasa.

"Jadi, ada apa kamu ngajak saya ke sini?" tanya Dhira.

"Ayo kita jalan-jalan dulu."

Bayu dan Dhira memutuskan berjalan-jalan sebentar disekitar taman Merlion. Ke taman hiburan yang dapat merefresh pikiran.

Setelah cukup lama berputar-putar, mereka kembali ke patung taman Merlion. Bayu berdiri berhadapan dengan Dhira di sebelah patung Merlion.

Cukup lama mereka bertatapan, hingga Bayu tiba-tiba berlutut di depan Dhira. Dengan pelan dia merogoh saku bajunya terlihat mengambil sesuatu. Sebuah benda berbentuk lover berwarna merah.

"Dhira, I Love you! Will you become my girlfriend," ucap Bayu lalu membuka benda tersebut dan menampakkan sebuah emas berbentuk lingkaran.

Sebuah cincin emas berkilau membuat Dhira tertegun seketika. Bukan karena cincin, tapi karena dia tidak menyangka seorang Bayu bisa berlaku seperti ini.

Dhira terdiam sesaat karena terkejut. Untuk kedua kalinya, Bayu menembak Dhira. Dia yakin Dhira akan menerimanya kali ini.

"Hmmmm, " Dhira menggumam sebentar dan, "saya mau," jawab Dhira.

"Benarkah? Gue gak salah denger kan?" Bayu sangat terkejut dengan apa yang baru didengarnya.

Dhira mengangguk sebagai jawaban. Lalu Bayu memasangkan cincin tersebut di jari manis Dhira.

Sebenarnya, Dhira sudah mau menerima Bayu saat pertama kali menembak. Namun, karena Mela dia tidak bisa. Pada akhirnya Mela sadar dengan sendirinya akan perasaan yang tidak bisa dipaksakan. Jadi, Mela sudah merelakan Bayu untuknya.

Bayu sangat bahagia hingga memeluk bahkan menggendong Dhira saking senangnya. Begitu pun Dhira yang tak kalah bahagianya.

Dari semua ini, Bayu bisa belajar bahwa sebuah kesalahpaham antar hubungan manusia akan merusak hubungan manusia tersebut. Jadi, untuk ke depannya jangan sampai kesalahpaham terlalu larut dalam kehidupannya.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Gak kerasa udah selesai aja ceritanya ini.

Terima kasih banyak untuk theWWG udah bikin challenge kece yang bertajuk ODOC (One Day One Chapter)

Untuk semua SUJU VIII semangat semua. Karya-karya kalian sangat bagus. Maaf, gak bisa sebutin satu persatu. Kalian terbaik pokoknya. Tetap menulis apa pun yang terjadi.

Jurusan Romance

HairunnisaYs Dee14007 mah bnilastories PetogPingitan Ravenuraadan masih banyak lagi. Maaf jka ada di

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro