Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 3

Cuaca pagi ini, begitu cerah. Namun, tidak untuk Bayu. Baginya, pagi ini adalah pagi yang mendung. Seperti perasaannya yang suram. Saat sarapan tadi, orang tuanya memuji adiknya tanpa jeda. Saking dongkolnya, Bayu tidak menghabiskan sarapannya dan langsung berangkat ke sekolah.

"Contoh tuh, adik kamu. Selalu juara kelas. Gak kayak kamu, bisanya buat ribut terus dan ujung-ujungnya dikeluarkan dari sekolah."
"Benar apa kata ibumu, kamu harusnya bisa kayak adikmu itu. Walau kecil, tapi pikirannya dewasa. Kamu harus belajar darinya."

Perkataan ibu dan ayahnya terus terngiang di pikiran Bayu. Dan membuat mood-nya semakin buruk di pagi ini.

"Bay...," panggil Rangga di sebelahnya.
"Hmmm," jawab Bayu yang masih dengan posisi wajahnya yang tertunduk dibalik kedua tangannya yang ditelungkupkan.

"Kamu kenapa? Gak enak badan?" tanya Rangga.
"Kata siapa? Enggaklah. Gue kan anak jantan. Anti sama yang sakit-sakit kayak gitu."
"Ohhh gitu. Gini, kemarin kan belum sempat ngenalin kamu tentang sekolah ini, Pak Dio menyuruhku untuk mengajak kamu berkeliling di sekolah ini."

"Ogahh, lagi mager gue. Emangnya harus ya?"
"Harus dong! Ayo nanti Pak Dio marah jika ini tidak dilakukan," ujar Rangga.
"Biarin, gue gak peduli."

Rangga berpikir sejenak. Mimik mukanya berbinar seketika. Karena dia mendapat ide yang dapat membuat Bayu menurutinya.

"Gini deh, kalau kamu mau kuajak keliling lihat-lihat sekolah ini, nanti aku traktir kamu makan di kantin. Gimana?" Bayu mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk.
"Sorry. Gue gak suka disogok-sogok," ujar Bayu.
"Beneran? Bahkan kamu bisa nambah loh?"
"Beneran nih? Gak boong lo?"
Rangga mengangguk.
"Okedeh, gue ikutin mau lo."

Walau Bayu kelihatannya suka bikin keributan, dia suka sesuatu yang tidak berbayar alias gratis.

"Tapi, beneran ya, lo bakal traktir gue nanti," ucap Bayu yang tidak ingin ditipu.
"Iya. Benar. Aku kan ketua kelas, pantang untuk berbohong."
"Oke kalo gitu. Kuy cabut sekarang."
Bayu menarik Rangga dari bangku.

Setelah perdebatan kecil tadi, Bayu dan Rangga berjalan beriringan di koridor. Banyak mata para gadis yang memandang dua lelaki yang sedang jalan bersama itu. Rangga yang kalem dan Bayu yang beringas. Dua lelaki tampan tapi kontras.

Kemudian, Rangga menjelaskan mulai dari jumlah ruang kelas di SMA Merah Putih ini. Saat menjelaskan ruang kelas XI jurusan IPA, Bayu tidak sengaja melihat Dhira disana.
"Ehh, itu kan cewek ngeselin itu."
Rangga mengikuti arah pandang Bayu. Lalu tersenyum, melihat Dhira yang sedang membaca buku sains.

Cantik. batin Rangga bersuara.

Rangga pun melanjutkan pengenalan sekolah ini ke Bayu.

"Jadi, ini adalah ruang BP di sebelah ruang UKS. Lalu itu, di sebelah perpustakaan ada Mushola." Rangga menjelaskan beberapa ruangan di sekolah itu. Dia menjelaskan secara detail tentang sekolah ini pada Bayu. Tapi sedari tadi, saat Rangga menjelaskan, Bayu tidak mendengarkannya dengan baik. Seringkali Bayu tidak memperhatikan apa yang sedang dijelaskan Rangga. Dia malah melihat ke arah lain.
Rangga sudah setengah jalan menjelaskan tentang sekolah ini kepada Bayu.

Ketika menunjukkan ruang olahraga yang tempatnya didekat kantin, tiba-tiba Bayu berkata, "Ngga, itu kantin kan? Gue laper, kapan selesainya sih?" keluh Bayu.

Pandangan Rangga mengikuti arah jari telunjuk Bayu.

"Sebentar lagi selesai kok," ujar Rangga.

"Sampe sini aja deh jelasinnya. Ntar kalo udah lama disini, gue juga bakal tau. Kita isi perut dulu, sebelum perut marah ke kita."
"Tapi nanti, kalo Pak Dio marah gimana?" Rangga khawatir.
"Yaudah lah ya. Tinggal bilang kalo lo udah nyelesain tugas lo, ngasih tau gue tentang sekolah ini."
"Tapi aku gak mau bohong Bay."
"Ahhh, banyak bacot lu. Ayok lah ke kantin aja. Masalah Pak Dio gak usah dipikirin. Ntar urusannya gue. Lo kan katanya mau traktir gue!"

Bayu pun menyeret Rangga menuju kantin. Suasana kantin tidak begitu ramai, mungkin karena sebentar lagi bel jam pelajaran berikutnya akan segera berbunyi.
Mereka memesan dua minuman orange yang didalamnya terdapat beberapa balok kecil es batu dan bakso kuah dengan pangsit yang masih panas.

"Ngga, bakso kuah disini enak banget ya ternyata," ucap Bayu dengan mulut yang masih penuh dengan bakso.
"Iya. Memang enak dan juga higienis. Kantin di sekolah ini, sangat mengutamakan kebersihan dan kelayakan makanan." Rangga menjelaskan.
Bayu hanya manggut-manggut sambil menikmati bakso kuahnya yang sebentar lagi habis. Rangga terkejut karena Bayu sangat cepat menghabiskan makanannya itu. Sedangkan dia, setengahnya saja belum habis.

"Aahhhh..!"

Bayu meneguk es orange itu dengan khidmat.

"Kalo gitu, gue nambah ya? Abis bakso kuah-nya enak banget," ucap Bayu.
"Iya, aku kan sudah janji sama kamu tadi."

Dengan cepat Bayu berdiri dari tempat duduknya. Namun, dari arah tempat makanan di kantin, Bayu melihat ada seorang murid berjalan di belakang Rangga yang duduk di depannya dengan membawa nampan berisi siomay dan es campur. Dia pun mendudukkan dirinya kembali. Saat murid itu melewati mejanya, Bayu menjegal kaki murid itu dengan kaki kirinya. Lantas murid itu terjatuh bersama makanan dan minuman tersebut.

"Hahahahaha. Hahahahaha. Hahahahaha. Rasain lo."

Bayu tertawa terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjai anak itu. Anak itu tersungkur begitu saja ke lantai yang bersih itu. Baju dan celana anak itu kotor, berlumur saos siomay dan juga es campur.

Di sela tawanya Bayu, dari meja lain, terlihat seorang gadis yang berjalan ke arah mereka. Gadis itu membantu anak yang jatuh itu.

"Apakah kamu baik-baik saja?" ucap si gadis.

Bayu memperhatikan gadis itu dan ternyata gadis dihadapannya itu adalah gadis yang membuatnya kesal tadi pagi. Nama lengkapnya adalah Indhira Ayu.

"Lo lagi? Ngapain lo disini?"
"Kamu tidak lihat? Saya sedang membantu seseorang yang terjatuh, dan itu karena kamu," jelas Dhira.
"Apa lo bilang? Jangan ngasal kalo ngomong. Gak ada bukti sama aja bullshit," ucap Bayu seperti api yang berkobar.

Dan dibalik tembok depan kantin, terlihat ada sepasang mata yang sedang menyaksikan kejadian tersebut diam-diam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro