BAB 28
Langit di malam ini sedikit mendung. Hanya segelintir bintang yang menghiasi langit. Dunia atas sana seolah sedang mengerti perasaan kalut Bayu.
Cukup lama Bayu jatuh di pelukan Dhira. Mengeluarkan segala beban di dada dengan air mata yang keluar dari pelupuk mata. Sebenarnya Bayu malu menangis seperti ini di depan seorang gadis. Tetapi, dia tidak peduli akan itu. Dia merasa nyaman bila ada di dekat Dhira. Perasaannya menjadi sedikit lebih tenang.
Sementara Dhira hanya mematung. Menunggu tangisan Bayu mereda. Sampai jika ada seorang pembeli, tidak jadi ke sana karena melihat Bayu dan Dhira sedang seperti itu. Dengan maksud tidak ingin mengganggu mereka.
Setelah cukup lama, Bayu melepaskan pelukannya kepada Dhira. Menghapus sisa-sisa air matanya.
"Sebenarnya, kamu kenapa?" tanya Dhira sekali lagi setelah sebelumnya belum terjawab.
"Gue selama ini udah salah Dhir. Gue udah salah banget. Gue emang egois. Cuma mikirin perasaan gue aja," ucap Bayu penuh emosi batin.
"Coba duduk dulu. Cerita sama saya, sebenarnya ada apa?"
Dhira mengajak Bayu untuk duduk di kursi pembeli gorengannya.
"Gue salah paham sama ortu gue. Mereka sebenarnya sayang sama gue. Gue-nya aja yang baper-an. Terlalu mikirin perasaan gue sendiri sampe gue gak merhatiin sekitar gue."
Bayu menghela napas panjang sebelum melanjutkan. Dhira memilih diam mendengarkan Bayu bicara hingga selesai.
"Gue salah ngira. Gue kira ortu gue lebih sayang sama Bima, dan gue gak dipeduliin. Ternyata mereka kayak gitu karena adek gue Bima sakit parah. Gue bener-bener gak nyangka, kenapa gue gak sadar selama ini? Gue ngerasa bodoh."
Dhira mengusap punggung Bayu mencoba menenangkan.
"Menurut saya, setidaknya kamu udah tau yang sebenarnya. Jadi, lebih baik kamu menyesal sekarang daripada nanti," ujar Dhira pelan.
"Gue jadi ngerasa bersalah banget. Selama ini, gue udah bikin keributan gak jelas dan membuat orang tua gue susah. Mereka sedang susah mikirin Bima, eh gue malah nambah kekacauan gak guna gini."
Bayu menundukkan kepalanya. Menjambak rambutnya asal karena sangat menyesal.
"Gue harus gimana, Dhir? Gue ngerasa kesel banget sama diri gue sendiri."
Bayu menatap wajah Dhira meminta saran.
"Pertama, kamu harus minta maaf sama orang tua kamu. Kedua, minta maaf juga pada Bima. Dan berikan perhatian kamu kepada Bima yang sedang membutuhkan saat ini," ucap Dhira pelan.
Ingatan Bayu terbang kembali saat dia sering memarahi Bima dan tidak pernah bersikap baik padanya. Dia benar-benar menyesal saat ini. Dia bertekad, tidak akan menjadi Bayu yang dulu. Dia harus berubah menjadi lebih baik.
"Sebaiknya kamu pulang sekarang. Ini udah malem. Orang tua kamu pasti khawatir," suruh Dhira.
Bayu pun membangunkan diri dari duduk dan menaiki motornya.
"Maaf ya, gue udah meluk lo tanpa ijin," ucap Bayu sebelum melesat pergi dari hadapan Dhira.
Dhira mengangguk dengan senyum untuk menanggapi. Lalu merapikan dagangannya karena waktu sudah malam. Dia harus pulang sekarang.
Ketika tiba di rumah, Bayu masuk pelan. Dia mencoba menengok kamar Bima. Terlihat di sana orang tuanya tertidur di samping kanan Bima. Wajah khawatir terpatri di wajah mereka. Bayu memutuskan untuk langsung masuk ke kamar, tidak ingin mengganggu.
Untuk saran Dhira tadi, Bayu akan meminta maaf pada semuanya besok. Mulai besok, Bayu akan bereinkarnasi menjadi Bayu yang lebih baik.
***
"Pagi Ma, Pa," sapa Bayu pada Dewi dan Aryo yang sudah duduk di meja makan.
"Pagi juga, Mbok Iyem," tak lupa Bayu menyapa Mbok Iyem yang seharian kemarin tidak di rumah karena ijin untuk menengok cucunya yang sakit. Cucunya itu tinggal tidak begitu jauh dari rumah Bayu.
"Pagi juga, Den."
Aryo dan Dewi merasa aneh dengan sikap Bayu saat ini. Ini bukan Bayu seperti biasanya.
"Bima keadaannya gimana? Ma? Pa?"
"Kamu enggak lagi sakit kan, Bay?" tanya Dewi.
"Enggak kok Ma. Bayu sehat banget," ucap Bayu menunjukkan wajah penuh senyum yang belum luntur dari tadi.
"Bayu minta maaf ya Ma, Pa. Selama ini sudah salah paham. Maaf, Bayu sering ngebuat mama papa kesel dan susah," ucap Bayu tiba-tiba yang membuat Aryo dan Dewi tertegun.
Mereka tidak menyangka seorang Bayu akan bilang seperti itu.
"Tidak apa-apa Bay, kamu gak salah. Mama aja yang kurang merhatiin kamu. Maaf, ya? Kamu pasti menderita banget selama ini," ujar Dewi.
"Iya Bayu. Kami minta maaf karena belum bisa menjadi orang tua yang baik buat kamu," sambung Aryo.
"Justru Bayu yang belum menjadi anak baik untuk mama dan papa. Udah ah, maaf-maafan mulu kayak lebaran aja."
Ketiga orang itu tertawa bersama-sama.
"Mama sama papa kenapa gak ngasih tau tentang Bima pada Bayu?" tanya Bayu sesaat setelah tawa mereka reda.
"Itu adalah permintaan Bima. Jadi, kami tak kuasa untuk menolak. Dia tidak ingin membuat kakak satu-satunya yang dia sayangi khawatir."
Bayu terkejut. Bima menyembunyikan penyakit darinya karena tidak ingin membuat dia khawatir. Sekali lagi, hatinya bak ditusuk oleh tongkat sihir Harry Potter. Sakit tapi tidak ada darahnya.
Di sekolah, para murid merasa aneh terhadap perubahan Bayu yang signifikan. Tetapi, mereka senang akan perubahan Bayu yang menjadi lebih baik.
***
Waktu berlalu sangat cepat. Rasanya baru kemarin Bayu melaksanakan pindah ke sekolah ini. Dia masih tidak percaya bisa berada di sekolah ini cukup lama. Saat ini, dia sudah menjadi anak kelas dua belas. Ketika di kelas sebelas, Bayu mencoba memperbaiki nilai demi nilainya yang anjlok.
Sementara hubungannya dengan Mela, Bayu memutuskan untuk mengakhirinya. Beruntung, Mela bisa menerimanya. Mela mulai sadar, siapa sebenarnya yang disukai Bayu. Malam itu, Mela tidak sengaja melihat Bayu yang sedang memeluk Dhira. Dia bisa melihat bahwa Dhira yang disukai Bayu. Dia juga sadar, perasaan tidak bisa dipaksa. Mela juga memutuskan untuk memperbaiki hubungannya dengan Dhira. Toh, tidak ada gunanya berlama-lama membenci karena alasan yang tidak jelas berkat salah paham di dalamnya.
Keadaan Bima semakin memburuk sejak malam itu. Saat ini, dia dirawat di rumah sakit. Sudah sekitar tiga bulan dia dirawat di sana.
Seminggu lagi, Ujian Nasional akan segera tiba. Bayu sudah memantapkan diri akan mendapatkan nilai yang bagus. Agar orang tuanya bangga juga akan membuat Bima senang.
"Kakak harus lulus dengan nilai bagus, ya!"
Suara Bima tempo hari lalu terngiang di pikiran Bayu. Dia tidak ingin mengecewakan adik satu-satunya yang dia miliki itu.
Tak jarang, Bayu menemani Bima di rumah sakit sambil belajar.
Hubungan Bayu dan Bima sudah membaik. Adik busuk yang sangat Bayu benci berubah menjadi adik bungsu yang sangat dia sayangi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro