Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 27

"Hai Bubay!" sapa seorang gadis yang merupakan pacar Bayu.

Bayu tengah duduk di bangku kantin bagian tengah. Dia sedang menikmati bakso kuah pangsit-nya. Tiba-tiba Mela datang tanpa permisi dan menyapanya manja seperti itu.

"Hah? Bubay?" tanya Bayu.

"Iya, Bubay. Singkatan dari Bubu Bayu. Gimana, keren kan?" ujar Mela dengan nada genit.

Bayu memutar bola mata sebal. Menurutnya, Mela terlalu berlebihan. Sampai memakai nama kesayangan segala.

"Idih! Enggak, lebay yang ada! Bukan keren," ucap Bayu lalu menyeruput es orange-nya.

"Duh, Bubay kok gitu? Itu kan keren."

Mela menggelendot di bahu Bayu yang membuatnya risih. Apalagi ini di kantin yang merupakan tempat umum.

Dari arah meja pojok, terlihat sosok sepasang mata memandang mereka. Sosok itu adalah Dhira. Dia tidak tahu kenapa, ketika melihat kemesraan Bayu dan Mela, hatinya sedikit meronta tidak terima. Apakah dia cemburu? Tidak, tidak mungkin. Mana mungkin dia menyukai Bayu?

Dhira menepis pikiran demi pikiran seperti itu dari benaknya.

"Hai Dhira."

Dhira menoleh terkejut akan panggilan Rangga, karena arah pandangannya buyar.

"Eh, kamu Ngga."

"Kamu sendirian aja, Dhir? Aku temenin ya. Kebetulan aku baru aja pesen makanan." Terlihat di kedua tangannya terdapat nampan berisi siomay dan satu gelas es teh.

"Boleh, Ngga. Silahkan."

Setelah berbicara itu, pandangannya kembali ke arah Bayu dan Mela. Bahkan makanan di depan Dhira dianggurkan begitu saja. Rangga yang melihatnya heran dan memilih mengikuti arah pandang Dhira.

Dhira keliatannya cemburu melihat kebersamaan Bayu dan Dhira. Apakah dia suka sama Bayu ya? Entahlah.

Batin Rangga menerka-nerka, dan memang benar bahwa Dhira cemburu. Dia tidak menyadari akan perasaannya sebelumnya pada Bayu. Setelah melihat Bayu dengan gadis lain, dia baru sadar bahwa dia menyukai Bayu.

"Dhira. Kamu gak makan? Makanan kamu masih utuh tuh." Rangga sengaja memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Eh? Iya kenapa Ngga? Oh makanan ya? Iya, tiba-tiba saya merasa kenyang.. Jadi, saya coba minum saja," ucap Dhira membuat alasan.

Pandangan Dhira kembali pada Mela dan Bayu di tengah sana.

"Kamu cemburu ya, Dhir?" ucap Rangga akhirnya.

Dhira menoleh seketika.

"Eh? Cemburu? Enggak kok."

Dhira berbohong. Lisan dan batinnya tidak bersatu padu.

Rangga pun terdiam dan melanjutkan kegiatan makannya. Diam-diam matanya melirik Dhira yang memandang Mela dan Bayu. Tidak salah lagi, Dhira memang cemburu pada dia.

"Eh, Dhir," panggil Rangga.

"Iyaa?" untuk ke sekian kalinya, dia menoleh.

"Ikut aku yuk!" ajak Rangga.

"Kemana?"

"Udah, ayo ikut aja."

Rangga menarik pergelangan tangan Dhira pelan namun pasti. Dari arah tengah, tampak sorot mata sendu menatap kepergian Rangga dan Dhira.

Ohhh, ternyata dia nolak gue karena suka sama Rangga ya. Mereka emang cocok. Si Dhira mana mau sama gue yang begajulan ini.

Batin Bayu sedikit kecewa. Ada rasa tidak rela di sana. Namun, Bayu harus memenuhi permintaan Dhira agar bahagia. Walau rasanya sangat menyebalkan dan tidak nyaman sama sekali.

Setiap hari harus digelendoti cewek manja dan centil ini.

"Bubay? Lo kok diem aja? Lo dengerin apa yang gue omongin gak sih, daritadi?"

Suara nyaring Mela memudarkan lamunan Bayu itu. Wajahnya terlihat terkejut.

"Apa? Emangnya lo tadi ngomong apa?"

"Nyebelin lo ya, Bay. Gue bilang nanti hari Minggu kita jalan ya? Nonton film, makan, belanja, dan masih banyak lagi."

Bayu mendengus pelan dan tentu saja Mela tidak mendengarnya karena saking pelannya.

"Oke," jawab Bayu singkat.

"Thank you so much, Bub."

***

Di akhir pekan ini, Mela sudah siap untuk kencan dengan Bayu. Dress selutut berwarna pastel yang soft, semakin menambah kecantikannya. Gadis itu berdiri di taman dekat rumahnya menunggu Bayu menjemput.

Dari arah kanan, suara motor terdengar oleh telinga Mela. Motor ninja berwarna maroon itu berhenti tepat di depannya.

"Kok lama sih, Bub? Gue kepanasan nih nunggunya. Make-up gue juga mau luntur," omel Mela.

"Sorry, tadi gue ada urusan," jawab Bayu cuek.

Tujuan pertama mereka adalah ke bioskop. Film yang dipilih bergenre thriller, karena jika takut Mela bisa modus dengan memeluk Bayu.

Mela memesan tiket, sedangkan Bayu membeli dua pop corn dan dua soda. Ketika di dalam bioskop, sesekali Mela memeluk Bayu saat melihat adegan film yang mengerikan. Merasa risih, Bayu melepaskan pelukan Mela perlahan tanpa menatapnya. Matanya fokus ke dalam film. Namun, dia tidak benar-benar memperhatikan film. Pikirannya berjelajah kemana-mana.

Ingatannya kembali pada Dhira dan Rangga saat di kantin waktu itu. Rasa cemburu mencuat dari diri Bayu.

Gue emang gak lebih baik dari Rangga. Makanya, Dhira nolak gue.

"Bay, filmnya ngeri banget ya! Perutnya ditusuk pisau sampe tembus ke punggung," ucap Mela ngeri sambil memeluk kembali Bayu yang sempat Bayu lepaskan tadi.

Bayu hanya diam saja dan tidak merespon perkataannya. Mela merasa aneh dengan Bayu. Raganya ada di sisinya, tapi jiwanya tidak disini.

Sebenarnya, saat di kantin Mela melihat tatapan cemburu Bayu terhadap Dhira dan Rangga. Tetapi, Mela berpikir itu hanya perasaannya saja. Hingga dia melihat tingkah aneh Bayu. Sepertinya dugannya benar. Dia menyukai Dhira. Mela tidak suka seperti ini. Kencan dengan seseorang yang memikirkan orang lain, padahal jelas-jelas yang ada di sebelahnya saat ini adalah dirinya.

***

Waktu seakan berlalu begitu cepat. Setelah mengantarkan Mela pulang, perasaannya sedikit lega. Akhirnya terbebas dari gadis rempong itu.

Ketika tiba di rumah, dia melihat ayah, ibu beserta Bima sedang bersiap-siap ingin pergi.

"Ma, mau kemana?" tanya Bayu setelah memasuki ruang tengah.

"Jalan-jalan ke Mall. Bima merasa bosan, jadi pergi ke time zone mungkin bisa meredakan kebosanannya."

"Bayu boleh ikut, Ma?"

"Gak boleh. Udah gede juga kamu. Mending belajar yang bener sana. Perbaiki nilai kamu yang jelek itu," ucap Dewi.

Kekesalan Bayu yang dia tahan sedari tadi, perlahan membuncah.

"Manjain aja terus. Lalu Bayu ditelantarin. Anak kandung berasa anak tiri!" ucap Bayu sedikit keras.

"Jaga omongan kamu Bayu! Jangan bicara sembarangan!" bentak Aryo karena ucapan Bayu sudah kelewatan.

"Kalo Bayu bukan anak tiri terus apa? Gak dipeduliin, diacuhin, dimarahin terus. Beda banget sama si Bima. Bayu pengen juga diperlakuin kayak Bima. Pa, Ma," ucap Bayu panjang lebar.

Bayu menumpahkan segala perasaan yang selama ini dia tahan. Dia sudah capek diperlakukan seperti ini. Terpaksa dia mengeluarkan kalimat-kalimat keterlaluan itu.

"Cukup semuanya. Tenang jangan ribut. Bima mohon!" teriak Bima karena lelah mendengar keributan tadi.

Tiba-tiba badan Bima sedikit oleng, pandangannya mengabur, perlahan terjatuh ke lantai dengan mata terpejam.

Bima tak sadarkan diri setelah keributan tadi. Dewi tampak sangat khawatir.

"Bima? Sayang? Bangun Bima. Tolong bangun!!!" teriak Dewi khawatir.

"Ini semua gara-gara kamu Bayu. Kalau saja kamu tidak mancing emosi mama, Bima gak akan seperti ini," bentak Dewi.

"Belain aja terus si Bima. Paling dia pura-pura pingsan. Dasar tukang cari perhatian," ucap Bayu tak peduli.

"Asal kamu tahu ya. Bima gak pura-pura. Dia itu sedang sakit. Udah lama dia sakit."

Dewi akhirnya membuka rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari Bayu. Sementara Aryo segera menggendong Bima menuju kamar dan menghubungi dokter kepercayaan mereka ke rumah.

"Sakit? Perasaan dia baik-baik aja selama ini," ujar Bayu tak percaya.

"Bima tidak ingin membuat kakak satu-satunya khawatir. Dia mencoba menyembunyikan sakitnya selama ini. Jadi, bisakah kamu berhenti iri dan menbenci Bima??" kata Dewi dengan nada bentakan.

Hati Bayu mencelos. Bak gas kompor yang meledak. Dia tidak percaya. Bisa-bisanya selama ini dia tidak menyadarinya. Bima sangat pintar menyembunyikan sakitnya sehingga membuat Bayu buta akan itu.

Setelah mendengar perkataan Dewi, Bima tak bisa berkata-kata. Dia terdiam dan terduduk, hatinya sesak. Dia sudah salah sangka selama ini. Dia terlalu larut dalam rasa keiriannya.

"Jadi, tolonglah Bayu. Tolong ngertiin Bima. Dia itu butuh perhatian yang lebih," ucap Dewi mulai melunak.

"Bima sakit apa, Ma?" setelah lama terdiam, akhirnya Bayu membuka suara.

"Tumor otak. Sejak dia kecil, tumor itu sudah bersemayam di otaknya. Dan terakhir kali periksa, kata dokter tumornya pelan-pelan mulai menyebar ke seluruh tubuh."

Lagi-lagi hati Bayu semakin dibuat sesak. Jadi, selama ini ayah dan ibunya sering mengajak Bima keluar adalah untuk pengobatan, bukan jalan-jalan seperti dugannya. Aryo dan Dewi terpaksa menyembunyikan hal ini dari Bayu, karena ini adalah permintaan dari Bima sendiri. Aryo dan Dewi tak kuasa untuk menolak terlepas wajah Bima yang memelas saat itu.

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Dewi berlalu meninggalkan Bayu menuju kamar Bima.

Tak lama kemudian, dokter kepercayaan keluarga Bayu tiba. Bayu masih terdiam, tidak menyangka dengan apa yang baru saja dia dengar. Bima, satu-satunya adik yang dia punya, dia selalu membencinya. Tidak pernah perhatian. Bayu merasa dia egois. Dia lebih memikirkan perasaannya sendiri sehingga tidak sadar dengan perasaan orang di dekatnya.

"Pak, Bu, tumor yang ada di tubuh Bima semakin mengganas. Ini butuh pengobatan lebih. Sebaiknya dirawat intensif di rumah sakit. Itu diakibatkan karena selama ini Bima menjalani rawat jalan."

Rawat jalan adalah permintaan Bima sendiri. Dia tidak suka berlama-lama di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain selain Aryo dan Dewi menuruti permintaannya.

Sementara Aryo dan Dewi sedang berbicara pada dokter, Bayu masuk ke kamar Bima. Kamar yang belum pernah dia masuki karena terlalu malas untuk masuk ke sini. Namun, situasi kali ini berbeda. Bayu masuk ke sana atas keinginannya sendiri.

Bima!! Kenapa kamu gak bilang dari awal sama kakak. Kenapa sok kuat dengan nyembunyiin ini semua. Ini lebih menyakitkan daripada rasa iri kakak terhadap kamu yang selalu disayang mama papa. Dasar adik busuk ngeselin! Cepet sembuh sana! Gak asih dong, jadi gak ada yang bikin gue kesel dan iri. Tolong sembuh yak adik busuk.

Bayu hanya bisa membatin. Dia tak mampu mengeluarkan suara untuk mengomeli Bima. Kemudian, Bayu keluar dari kamar Bima menuju bagasi. Menaiki motornya dan melesat pergi ke suatu tempat.

Hanya ada satu yang dapat sedikit menenangkannya. Itu adalah seorang gadis bernama Indhira Ayu. Gadis ngeselin yang membuat Bayu bahagia.

Saat ini, Dhira sedang jualan gorengan di tempat seperti biasanya. Tanpa pikir panjang, Bayu langsung menghampiri Dhira dan memeluknya. Isakannya pecah di bahu Dhira. Untung saja, sedang tidak ada pembeli.

Dhira terkejut akan perlakuan Bayu terhadapnya. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Bayu, kamu kenapa?"

Bayu tidak menjawab dan memilih memperkeras isakannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro