Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 24

Pagi-pagi sekali, Dhira sudah siap untuk berangkat sekolah. Jalanan pun masih cukup sepi.
Ketika tiba di sekolah, para murid dapat dihitung jari.

Dengan gontai, dia langkahkan kaki menuju kelas. Namun, ada sesuatu yang membuatnya terkejut. Mela duduk di bangkunya dengan tatapan tajam. Saat Dhira berdiri di tengah pintu, dengan cepat Mela menghampiri Dhira dan menyeretnya dengan menjambak rambut. Mata Dhira membelalak. Batinnya bertanya-tanya, entah apa lagi yang diinginkan Mela. Apakah masalah Bayu lagi? Jika benar, dia sudah tidak peduli lagi. Toh, dia tidak mendekati Bayu duluan. Justru sebaliknya.

Suasana sekolah masih sepi, itu membuat Mela senang karena dia bisa melancarkan aksinya.
Aksi yang direncanakan Mela adalah merundung Dhira. Dia sudah benar-benar muak padanya. Mela tidak tahu harus dibuat apa agar si Dhira nurut dengan apa yang dikatakannya.

Dhira masih saja dekat-dekat dengan Bayu. Itu membuat kesal Mela semakin membludak. Dia memutuskan akan merundung Mela separah-parahnya.

"Aduh! Mel? Ada apa? Kenapa kamu menyeret saya seperti ini?" Kulit kepala Dhira sedikit pedih karena jambakan Mela.

"Udah, jangan banyak nanya. Ikut gue aja!" ucap Mela kesal.

Terlihat, Mela membawa Dhira ke kamar mandi wanita. Tentu saja di sana masih sepi karena ini masih begitu pagi.

"Awwww!" Dhira merintih sesaat setelah jambakan keras di rambutnya lepas.

Tampak, Mela memutar kran air di wastafel.

Cepluk! Cepluk!

Mela memasukkan kepala Dhira ke dalam wastafel yang hampir membludak karena Mela membiarkan kran itu terbuka lama.

Ketika ditenggelamkan, Dhira terlihat sedikit sulit bernapas. Kali ini, apa yang dilakukan Mela benar-benar keterlaluan.

"Dhira!! Lo bener-bener gak peduli ya sama omongan gue kemaren-kemaren?" tanya Mela disertai gertakan di gigi setelah menarik kepala Dhira dari kubangan air di wastafel.

Dhira terdiam. Ketika ingin membuka suara, Mela memotongnya cepat.

"Jauhin Bayu!! Dua kata itu saja. Sangat sederhana kan?? Kenapa lo masih deketin juga? Lo tuh paham gak sih omongan gue??" bentak Mela tepat di depan wajah Dhira yang tertutup oleh rambut berantakannya karena air tadi.

Dhira tertunduk, memilih bungkam tidak ingin membalas perkataan Mela. Karena Dhira pikir, penjelasannya sama sekali tidak diindahkan oleh seorang Mela.

"Kenapa diem aja?? Ngomong dong! Dasar keparat."

"Percuma kalo saya ngomong, kamu gak akan percaya juga," ucap Dhira lirih sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

"Aishh! Ngeselin banget sih lo. Nyolot banget lagi."

Mela kembali menenggelamkan kepala Dhira di wastafel. Lalu menghadapkan Dhira di depan cermin.

"Lihat!! Lihat bener-bener!"

Mela dan Dhira fokus menatap bayangan masing-masing di cermin.

"Gue lebih cantik dari lo! Gue juga kaya! Fashionable, gak kayak lo! Kampungan!" bentak Mela dengan mata melotot.

"Gue jadi heran, kenapa dulu Kanu suka ya sama lo? Jelas-jelas lebih unggul gue daripada lo!"

Mela mengatakannya berapi-api.

"Jangan-jangan lo pake pelet ya?" terka Mela.

Dhira berbalik dan berhadapan dengan Mela.

"Mel! Kamu kalo ngomong jangan sembarangan. Saya gak pernah pake kayak gituan. Buat apa juga, gak ada manfaatnya. Yang ada malah dosa," ucap Dhira tegas.

"Halah! Jangan sok suci lo! Gue tau kebusukan lo! Kebusukan yang baru gue liat sejak saat itu."

Lagi-lagi, Mela mengungkit masa lalu yang Dhira coba lupakan. Namun, Mela selalu saja mengungkit.

"Mel! Harus berapa kali saya jelasin ke kamu! Apa yang kamu pikirkan tentang saat itu tidak benar! Percayalah!"

"Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan Kanu. Saat itu, saya hanya sedang sedih dan Kanu datang untuk menenangkan," jelas Dhira.

"Haha! Udah muak gue sama penjelasan lo yang itu-itu aja."

"Percayalah, Mel. Saya benar - benar mengatakan apa adanya."

Mela terlihat berpikir sejenak. Meletakkan jari telunjuk di dagu sambil menatap langit-langit.

"Baiklah, gue bakal percaya sama lo. Tapi dengan satu syarat."

"Apa syaratnya?"

"Lo jauhin bayu dan deketin gue sama Bayu. Oke?" ucap Mela dengan mata tajam.

"Baiklah jika itu maumu. Yang penting kamu percaya dengan penjelasan saya."

Dhira tidak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut. Mengingat, sudah begitu lama masalah ini tak terselesaikan. Mungkin dengan cara ini masalah itu bisa terselesaikan.

Sekitar dua tahun lalu

"Duh, si Dhira mana ya? Katanya janjian di taman?" Mela mondar mandir di taman dekat SMP Pancasila.

Ketika menelepon, ada suara seorang wanita yang mengatakan bahwa nomor Dhira tidak bisa dihubungi.

Akhirnya Mela memutuskan mencari Dhira ke dalam sekolah. Mungkin dia keluar. Namun, ada sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Dhira!! Lo ngapain sama Kanu??"

Sudah lama Mela menyukai Kanu. Bahkan memuji-mujinya di depan Dhira. Namun, apa yang sekarang dia lihat? Kanu bermesraan dengan Dhira? Sahabatnya sendiri?
Dhira tengah bersandar di bahu Kanu.

"Mel, gue bisa jelasin!" teriak Dhira.

Namun, Mela tetap melanjutkan langkahnya cepat. Tidak memedulikan perkataan Dhira.

"Udahlah Dhir, gak usah dipikirin. Mela emang kayak gitu. Mudah emosi," ucap Kanu menenangkan.

"Ini semua gara-gara kamu. Persahabatan saya sama Mela jadi hancur."

"Loh? Kok gue? Gue kan cuma nenangin lo aja. Karena lo lagi sedih keinget ayah lo yang meninggal kan?"

"Iya. Tolong dong kamu jelasin ke Mela apa yang terjadi sebenarnya."

Kanu menolak permintaan Dhira. Tak lama kemudian, Kanu pindah sekolah tanpa memberitahu Mela ataupun Dhira. Bak seperti penjahat yang meninggalkan korbannya begitu saja.

Sekelebat ingatan masa lalu terputar di otak Dhira. Dia menceritakan apa adanya. Seharusnya ada Kanu, agar semuanya lebih jelas. Tapi tidak tau dimana sosok Kanu berada sekarang.

Mela meninggalkan Dhira yang basah kuyup di kamar mandi. Terlepas sekolah mulai ramai karena murid demi murid berdatangan.

Setidaknya kesalahpahamanku dengan Mela sudah selesai. Aku hanya perlu menjauh dari Bayu dan mendekatkannya pada Mela.

***

Di koridor, Bayu melihat Dhira yang sedang berjalan di depannya. Bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Oyyy, cewek ngeselin!"

Dhira terkejut karena tiba-tiba Bayu ada di depannya.

"Eh? Kamu ngapain?"

"Lo bawa motor?" tanya Bayu.

Dhira menggeleng. Lagi-lagi motor Dhira masuk ke bengkel. Maklum, motor sudah tua. Tetapi, Dhira tetap menyayanginya.

"Pulang bareng gue yuk!" ajak Bayu tiba-tiba.

"Apa pulang bareng?"

Dhira terdiam dan mengedarkan pandangan karena terkejut dan bingung harus menjawab apa. Saat pandangan terarah ke belakang, terlihat di sana sosok Mela yang sedang berdiri dengan sorot mata tajam.

Ingatan Dhira kembali lagi pada kesepakatannya dengan Mela pagi tadi di kamar mandi.

"Eh maaf, saya sudah janjian pulang bareng Rangga. Saya pulang duluan," buru-buru Dhira berlalu meninggalkan Bayu.

Bayu memasang mimik wajah bingung seperti ada apa dengan dia? Mungkin seperti itulah kata-kata yang mencerminkan ekspresi Bayu.

"Hai Bay!!!" suara nyaring dari arah belakang mengejutkan Bayu.

Wehh cewek ini lagi! Mau ngapain dia!

"Kita pulang bareng yuk. Gue gak bawa motor nih," ajak Mela.

"Em sorry, ban motor gue kempes. Jadi, ga bisa buat bonceng," bohong Bayu,
"yaudah, gue duluan ya," lanjut Bayu dan meninggalkan Mela dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.

Mela hanya melongo dan berdecak sebal sembari memandang punggung lebar Bayu yang semakin menjauh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro