Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 2

"Mbok.. Mama sama Papa udah berangkat?"
"Iya Den. Bapak sama Ibu sudah berangkat pagi-pagi sekali," jawab Mbok Iyem yang sudah bekerja bertahun-tahun di keluarga Bayu menjadi pembantu.

"Bima juga udah berangkat, Mbok?"
"Sudah Den, bareng Bapak sama Ibu."
"Oh iya Den. Itu ada seragam baru untuk sekolah baru Den Bayu."

Kompak banget sih mereka. Pergi bareng dan gue terabaikan. Iya, gue tau. Gue udah gede. Tapi kan, gue belum gede-gede amat. Umur 17 tahun masih kecil kan?

Suara batin Bayu meronta tidak terima.

"Iya mbok. Terima kasih."
"Yaudah, simbok tak buat sarapan untuk Den Bayu."

Air hangat mengguyur tubuhnya yang kekar itu. Sesekali Bayu memejamkan matanya agar tidak terkena shampo yang sedang menjamahi rambutnya.
Setelah itu, Bayu mengambil seragam barunya yang sudah digosok oleh Mbok Iyem.

"Yaudah Mbok, Bayu berangkat dulu. Sarapannya Bayu bawa aja ke sekolah."
"Iya Den. Hati-hati."

Sejak Bima lahir, perhatian orang tua kepada Bayu teralihkan sepenuhnya pada Bima. Oleh karena itu, dia membenci Bima. Jadi, sejak Bayu berumur 7 tahun, Mbok Iyem yang merawat Bayu. Jadi, Bayu juga sudah menganggap Mbok Iyem sebagai ibunya sendiri. Namun, dia masih menginginkan kasih sayang orang tuanya kembali padanya. Dia pikir, dengan membuat keributan, orang tuanya akan perhatian padanya dan tau keadaannya di sekolah.

***

Jalanan pagi ini tidak begitu ramai. Jadi, Bayu bisa ngebut dengan motor gedenya. Motor ninja berwarna merah maroon itu menambah kesempurnaannya terlepas dari rupanya yang tampan.

Saat motor ninja Bayu melalui parkiran sekolah, semua mata tertuju padanya. Dia melepas helm yang melindungi kepalanya dan melepas kacamata hitam yang bertengger di bawah kedua matanya dengan cool. Semua gadis terpukau akan auranya yang mempesona.

"Mel... Mel... Siapa tuh? Cool banget." Yang dipanggil sedang sibuk bercermin apakah bedaknya tidak rata dan cemong.
"Apasih... Bentar gue lagi benerin bedak di muka gue. Jangan ganggu gue."
"Iihh Mela. Liat dulu dong! Sumpah ganteng banget. Lebih ganteng daripada Rangga ketua kelas XI IPS 1." Rina menepuk-nepuk bahu Mela.
"Apasih Rin.. Bisa diem gak sih. Gue belum sele-" Ucapan Mela terputus saat Bayu berlalu di depannya. Mulutnya menganga dan matanya tak berkedip.

Tipe gue tuh! batin Mela.

"Oyy Mel? Mel? Mel!!" teriak Rina.
"Apasih Rin! Jangan tereak napa. Gue kagak budeg juga kali."
"Abisnya dipanggil-panggil, gak nyadar-nyadar sih lo."
"Namanya juga liat cowok ganteng. Auto cengo dong gue. Siapa sih dia? Kok baru liat hari ini ya?" tanya Mela.
"Kayaknya sih, anak baru."
"Ohh.. Yaudah yuk masuk ke kelas."

***

"Oyy! Ruang kepala sekolah dimana?" Bayu bertanya pada segerombolan murid yang sedang berkumpul.
"Tinggal lurus aja, nanti belok kanan, lalu belok ke kiri."
Bayu pun berlalu meninggalkan segerombolan murid itu tanpa sepatah kata apapun.
"Sombong amat sih tu orang? Gak tau terima kasih. Anak baru ya?" ucap salah satu murid.
"Iya. Dia Bayu, pindahan dari SMA Garuda. Dia terkenal badung dan nakal di sekolahnya," sahut murid di sebelahnya.
"Ohh... Pantesan kelakuannya kayak gitu."

Saat Bayu berjalan menuju ruang kepala sekolah, dia tabrakan dengan murid lain.
"Woyy..., kalo jalan pake pikiran dong. Biar gak nabrak," marah Bayu.
Buku-buku besar yang dibawa anak itu, sepenuhnya jatuh ke lantai berserakan.
"Maaf..., aku gak sengaja," ucap murid yang tabrakan dengan Bayu.
"Apa? Minta maaf? Enak banget. Lo udah bikin badan gue sakit dengan buku-buku besar lo itu."
Murid yang ternyata lelaki itu menunduk sambil memungut buku-buku besar tersebut dalam diam.
"Eh? Lo denger gue ngomong gak sih?" Bayu mengambil kacamata minus anak itu karena merasa diabaikan.
"Tolong balikin kacamataku." ucap anak itu mencoba meraihnya dari tangan Bayu.

Tiba-tiba dari arah belakang Bayu, ada sepasang tangan yang merampas kacamata itu. Bayu terkejut dan matanya membelalak seketika.
"Permisi. Dia kan sudah minta maaf, jadi saya kira kamu tidak perlu melakukan hal ini," ucap sosok yang merampas kacamata itu.
"Apa? Siapa lo? Berani banget lo nasehatin gue?"
Sosok itu hanya diam dan mengembalikan kacamata itu ke murid tersebut.
"Terima kasih, Dhira."
"Iya, sama-sama. Mari saya bantu bawa ke perpustakaan."

"Ohhh... Jadi nama lo Dhira. Bakal gue inget nama lo. Ingat itu!" ancam Bayu.
Tapi, Dhira tidak mengindahkan perkataan Bayu. Dia berlalu dengan murid itu meninggalkan Bayu seorang diri yang sedang dilanda kekesalan.
"Njirr.. Ngeselin banget sih tuh cewek. Sok Iye banget tuh orang." Bayu mengumpat di tengah perjalanannya ke ruang kepala sekolah.

Kalo bukan cewek, udah gue hajar abis-abisan lo karena bikin gue kesel.

Pantang bagi Bayu untuk melakukan kekerasan pada seorang perempuan.

"Oke anak-anak, perkenalkan. Ada anak baru di kelas kita. Silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Pak Dio yang merupakan wali kelas X1 IPS 1 juga guru mata pelajaran geografi di sekolah ini.

"Nama, Bayu Pratama."
"Segitu saja?" Pak Dio bertanya.
Bayu hanya diam tidak bergeming.
"Baiklah, silahkan duduk di kursi kosong yang tersisa," suruh Pak Dio.

Bayu berjalan menuju bangku tersebut dan menjatuhkan bokongnya ke kursi.
"Hai. Namaku Rangga. Ketua kelas di kelas ini," sapa seseorang yang duduk di sebelahnya.
Bayu diam saja. Bahkan pandangannya lurus ke depan. Rangga hanya tersenyum melihatnya.

Hari pertama di sekolah ini, cukup membuat Bayu sedikit jengkel. Karena di sekolah barunya kali ini, ada yang berani menantangnya. Dan sesuatu hal yang tidak bisa dia terima, orang itu adalah seorang gadis. Karena kesal, saat pulang sekolah dia melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

Dia juga ada janji hangout sebentar dengan teman-teman di sekolah lamanya.

"Gimana bro, dengan sekolah baru lo? Ceweknya cantik-cantik gak?" tanya Tono penasaran.
"Cantik apanya. Cewek disana ngeselin. Ada satu, cantik sih tapi sok keren deh. Benci gue."
"Benci? Bener-bener cintrong maksud lo?" timpal Rian yang duduk diantara Bayu dan Tono di sebuah starbucks dekat taman Ibukota Jakarta.
"Apasih lu berdua. Gak jelas banget. Gue cabut dulu lah. Males sama kalian berdua." Bayu mengambil kunci motor dari saku jaketnya dan menstarter motor ninjanya.
"Ceileh, gitu doang marah," ujar Tono.
"Bimat. Bjirr amat. Gue cabut, bye."
Tono dan Rian hanya tertawa.

Suasana rumah sama seperti tadi pagi. Masih sepi, padahal ini sudah jam 7 malam lewat. Orang tua dan adiknya belum juga pulang.

"Mbok.. Mama sama Papa belum pulang ya?"
"Tadi sudah Den. Tapi pergi lagi sama Den Bima juga."
"Mereka mau kemana emangnya Mbok?"
"Duh, simbok kurang tau Den," jawab Mbok Iyem.
"Yaudah, Aku ke kamar dulu Mbok."
"Simbok siapin makan malam ya, Den."
"Gak usah Mbok. Bayu udah makan tadi di jalan," ucap Bayu bohong. Nafsu makannya hilang saat membayangkan orang tua dan adiknya saat ini sedang bersenang-senang, sedangkan dia tidak diajak. Bahkan, saat dia hangout dengan teman-temannya tadi dia hanya minum saja.

"Baiklah Den. Nanti kalo laper atau haus panggil simbok aja."
Bayu mengangguk dan masuk ke kamar.

Seperti biasa saat kesal atau sedih dia akan menyetel lagu dengan volume maksimal dengan earphonenya sambil memandang langit-langit kamarnya yang berwarna dark blue itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro