Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 19

Keesokan pagi ketika bangun, badan Dhira serasa digebukin orang sekampung, benar-benar pegal. Dhira sedikit merintih ketika bangun dari tidurnya.

Ternyata lelah juga sekolah sambil bekerja. Tapi, aku harus melakukan ini. Semangat Dhira, satu bulan akan berlalu dengan cepat. Kamu juga pasti bisa menaikkan nilaimu kembali.

Dhira menyemangati diri sendiri.

"Kalau begitu, Dhira berangkat dulu Bu. Assalamu'alaikum," tak lupa dia membawa keranjang gorengan untuk dititipkan ke kantin.

Semakin hari, kaki ibunya semakin baik. Tentu saja, sudah bisa berjualan seperti biasa. Dhira pun sudah tidak bisa membantu ibunya jualan di malam minggu, karena harus bekerja paruh waktu.

Di tengah perjalanan, Dhira memutuskan membeli koyo. Badannya benar-benar pegal, mungkin dengan beberapa koyo akan sedikit lebih baik. Dia pun menempelkan koyo tersebut ke beberapa bagian tubuh yang terasa pegal.

Dhira mengendarai motor matic-nya pelan. Hari Jum'at pagi ini, jalanan tidak begitu macet. Sesekali Dhira merintih kesakitan karena badannya yang pegal.

Di sekolah, Dhira mencoba bersikap seperti biasa. Dia tidak ingin menunjukkan kelelahan dan kesedihannya kepada orang lain.

Ketika waktu istirahat, Dhira memilih ke perpustakaan. Dia ingin menghemat uang jajannya. Roti yang dibawanya dari rumah dia makan di dalam perpustakaan secara diam-diam.
Padahal, di sana di larang makan dan minum. Namun, dia terpaksa melanggar karena perpustakaan adalah tempat yang dapat meredakan kesedihannya.

Penderitaan yang menyakitkan adalah koyaknya kulit pembungkus kesadaran - seperti pecahnya kulit buah supaya intinya terbuka merekah
bagi sinar matahari yang tercurah.

Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan. Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak
kalah menakjubkan daripada kesenangan.

Banyak di antara yang kalian menderita adalah pilihan kalian sendiri - ubat pahit kehidupan agar manusia sembuh dari luka hati dan penyakit jiwa.

Percayalah tabib kehidupan dan teguk habis ramuan pahit itu
dengan cekal dan tanpa bicara.

Dhira membaca dalam batin salah satu kutipan puisi karya Kahlil Gibran tentang penderitaan di buku kumpulan-kumpulan puisi beliau. Dhira merasa, seolah dapat meredakan setiap kesedihannya. Tak jarang, dia akan mendapat titik terang akan masalahnya.

Dhira sosok yang begitu menyukai puisi. Namun, dia sendiri tidak pandai membuat puisi. Baginya, puisi adalah kumpulan kata-kata yang indah dan dapat menginspirasi. Terkadang dia heran, mengapa sebuah kata dapat dirangkai menjadi sajak yang begitu indah. Sesekali dia memandang keluar jendela perpustakaan lalu menatap kembali sajak indah tersebut.

Terlihat dari pojok rak, seseorang sedang mengintipnya. Menatap gadis yang sedang fokus membaca buku di sisi jendela perpustakaan. Sesekali wajah gadis itu tersenyum manis. Membuat retina seseorang tersebut, berkilau seketika.

Jiahh!! Ngapain tuh cewek? Baca buku sambil senyum-senyum kayak orang gila.

Batin seseorang itu yang ternyata adalah Bayu.

Sedari tadi, Bayu memandangi Dhira yang sedang fokus membaca. Sebelum Dhira ke perpustakaan, Bayu sudah terlebih dahulu ada di sana. Tentu saja bukan untuk membaca, tetapi ingin tidur dengan tenang tanpa gangguan. Karena perpustakaan adalah tempat terbaik di sekolah untuk mendapatkan ketenangan selain mushola.

Bayu mencoba menilik kira-kira apa yang sedang dibaca Dhira hingga membuatnya bahagia seperti itu. Setelah merasa sudah mengetahui judulnya, dia mencoba berkeliling dari rak satu ke rak lainnya.

Akhirnya! Ketemu juga.

Lalu diambilnya buku tersebut dan Bayu mulai membaca lembar demi lembar buku itu. Matanya terlihat memicing. Alis terangkat ke atas. Dia terlihat sedang berpikir sesuatu.

Ini maksudnya apa dah? Kok gue kagak paham yak?

Dia tidak memahami apa maksud kalimat di buku itu.

Ini pasti puisi. Boro-boro, nilai Bahasa Indonesia gue aja jelek. Mana tau puisi kayak gini. Tapi kok tuh cewek bisa paham ya. Ampe senyum-senyum lagi. Manis sih, eh? Bay! Sadar Lo ngomong apa barusan?

Batinnya terus saja berbicara tanpa jeda. Dia menepis batinnya sendiri ketika hendak memuji Dhira.

Setelah aku membaca puisi ini, perasaanku menjadi sedikit lebih baik. Selain Allah, puisi memang obat mujarab yang dapat membuat perasaanku sedikit lebih baik.

Dhira memutuskan untuk meminjan buku puisi tersebut.

"Pak, saya pinjam buku ini," ucap Dhira sembari menunjukkan buku pada penjaga.

"Jangan lupa seminggu kemudian dikembalikan."

"Baik, Pak. Terima kasih, saya permisi."

Melihat Dhira keluar, Bayu memilih untuk tidur saja di perpustakaan, karena setelah istirahat adalah jam pelajaran yang Bayu tidak suka yaitu Sejarah.

Seiring langkah pelannya, Dhira memikirkan pembagian waktu antara belajar dan bekerja. Dia menulis di sebuah buku kecil agar waktunya fleksibel dan berusaha semaksimal mungkin agar tidak mengganggu belajarnya.

"Dhir!" panggil seseorang yang ternyata salah satu teman satu kelas Dhira.
"Kamu dari mana? Aku cariin daritadi," lanjutnya.

"Saya abis pinjam buku di perpustakaan," ujar Dhira sambil menunjukkan buku tersebut.

"Wahh, buku apa itu? Kayaknya keren? Puisi ya?"

Dhira mengangguk.

"Ada apa kamu mencari saya?" tanya Dhira.
"Aku mau minta diajari pelajaran matematika. Ada yang aku tidak paham."

Tak jarang teman sebangku Dhira meminta diajari olehnya, karena dia terkenal pandai dalam matematika. Jika dijelaskan Dhira, kebanyakan akan paham.
Dikarenakan penjelasannya yang simple dan mudah dimengerti.

Aku jadi punya ide. Gimana kalo aku juga jadi guru private? Kayaknya uangnya lumayan.

Tiba-tiba terbersit ide tak terduga dari pikirannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro