BAB 16
Murid-murid berhamburan keluar kelas menuju ruang ganti karena jam pelajaran olahraga akan segera dimulai. Ketika para murid bergegas ke ruang ganti, Rangga memilih setia dengan tempat duduknya.
"Ngga, lo kenapa lagi dah? Kemaren kusut, sekarang tambah kusut!" heran Bayu.
Rangga menggeleng sebagai jawaban.
"Ya udah, kalo enggak ayo kita ke ruang ganti buat ganti baju olahraga," ajak Bayu.
Untuk mata pelajaran ini, Bayu begitu semangat karena dia menyukai olahraga.
"Aku hari ini gak ikut, Bay. Lagi gak enak badan."
Bayu membedakan suhu Rangga dengan dirinya melalui dahi. Hasilnya suhu mereka sama-sama normal.
"Ah boong lu! Katanya gak pernah boong. Ini buktinya lo boong," Bayu mengomel.
"Ayolah, lo kan ketua kelas. Kalo enggak ikut, bisa ribet urusannya."
Sebelum Rangga membuka suara, Bayu menarik Rangga dari bangkunya.
Rangga masih merasa sedikit sedih terkait jawaban Dhira kemarin. Dia mengira Dhira akan menjawab sesuai yang dia harapkan yaitu menerimanya. Namun, takdir berkata lain. Dhira masih membutuhkan waktu dan Rangga akan berusaha tetap menunggunya.
Terlihat di lapangan sudah ramai para murid berkumpul dengan pakaian olahraga masing-masing. Kelas XI IPA 1 terdapat pertukaran jadwal karena salah satu guru ada urusan mendadak. Jadi, jadwal olahraga X1 IPA 1 dan XI IPS 1 menjadi berbarengan.
"Yey ... untung Bu Dian tukeran jadwal sama Pak Broto. Jadi kan bisa bareng sama kelasnya Bayu," ujar Mela senang.
Pak Broto adalah guru olahraga untuk jurusan IPA. Guru olahraga berbeda-beda tiap jurusan. Namun, jika salah satu guru dari jurusan tidak hadir, bisa dibantu oleh guru jurusan lain. Begitu juga sebaliknya.
"Cie ... yang seneng!" ujar Rina yang berada di sebelahnya.
Senyum Mela semakin mengembang.
"Oke guys ... ternyata Pak Wahyu gak hadir hari ini. Jadi kita diminta ikut kelasnya Pak Broto," tukas Rangga setelah mendapat informasi.
"Bareng kelas IPA dong, Ngga?" tanya Bayu.
"Iya Bay."
"Dih, ogah banget. Malesin deh,"
malas Bayu.
Bayu kesal karena harus melihat Dhira yang bikin dia kesal. Terlebih ada Mela yang membuatnya risih.
Ya Tuhan, kenapa Kau melakukan ini padaku?
Batin Bayu mengeluh.
"Pak Broto!" panggil Rangga.
"Iya."
"Pak Wahyu berkata bahwa kelas kami bisa ikut pelajaran Pak Broto karena beliau berhalangan hadir," tukas Rangga.
"Ohh, bisa-bisa. Kalian bisa bergabung."
"Baiklah, terima kasih Pak. Permisi," pamit Rangga.
"Oke anak-anak kelas sebelas IPS satu akan bergabung dengan kita, karena guru olahraga mereka berhalangan hadir," ucap Pak Broto.
Mela terlihat sangat senang. Itu artinya, dia akan lebih dekat dengan Bayu. Sementara Dhira masih memikirkan tentang jawaban kemarin untuk Rangga. Tetapi, dia berusaha bersikap biasa saja.
"Rin, gue kesana ya. Gue mau baris dekat Bayu," ucap Mela segera berlalu.
Rina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah temannya itu.
Dengan cepat, Mela memposisikan tepat di sebelah Bayu.
"Hai Bay," sapa Mela.
Bayu terkejut. Sejak kapan gadis rempong ini ada di sebelahnya.
"Eh, ngapain lo disini?"
"Mau olahraga dong. Gimana si Bayu nih," genit Mela mulai muncul ke permukaan.
"Menyingkir dari sebelah gue! Bikin gue badmood aja," usir Bayu.
"Gamau!" tolak Mela.
"Gue bilang pergi!" kemarahan Bayu membuncah.
"Ini kenapa ribut-ribut. Udah-udah berhenti," ujar Pak Broto meredam keributan.
"Dhira!" panggil Pak Broto.
"Kamu gantiin tempat Mela biar gak ada keributan," perintah Pak Broto.
Pantang bagi Dhira untuk membantah perintah orang tua, terlebih itu gurunya. Dia pun dengan sedikit terpaksa menuju tempat Mela.
"Ih Bapak mah, saya udah enak-enak disini. Kenapa malah harus pindah tempat," keluh Mela.
"Udah, nurut aja sama Bapak."
Bayu yang tadinya kesal dibuat menjadi semakin kesal. Gadis yang sangat dia benci ada di sebelahnya.
Dih! Kok malah jadi dia sih. Yang lain kek bikin gue tambah badmood aja.
Batinnya menggerutu kesal.
Pak Broto pun memulai jam pelajarannya. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum olahraga adalah pemanasan. Para murid merentangkan kedua tangan untuk mengatur jarak dari barisan agar bisa bebas tidak desak-desakan saat pemanasan.
Ketika merentangkan tangan, tidak sengaja ujung jari Dhira menyentuh ujung jari Bayu.
"Woyy! Modus ya lo!" ucap Bayu sedikit keras.
"Ada apa lagi ini ribut-ribut?" tanya Pak Broto.
"Ini nih Pak. Si Dhira modusin saya pake nyentuh-nyentuh tangan saya," jelas Bayu.
"Bener tuh Pak. Emang dasar cewek kegatelan," ujar Mela sinis.
"Tidak Pak. Itu saya tidak sengaja," ucap Dhira.
"Jangan boong lo!" Bayu tidak percaya.
"Udahlah Bay, jangan bikin ribut. Sudah bagus kita diperbolehkan ikut pelajaran olahraga dengan kelas mereka." Rangga coba menenangkan Bayu.
"Apa sih lo, Ngga. Diem gak!" kesal Bayu.
"Sudah! Jangan ribut lagi. Jika masih ribut, kalian semua Bapak hukum keliling lapangan sepuluh kali."
Bayu pun terdiam seketika. Dia tidak ingin di keroyok dua kelas sekaligus. Walau garang, dia kan tetap manusia biasa yang mempunyai rasa takut.
Pak Broto pun melanjutkan kegiatan pemanasan. Dari muai ujung kepala hingga ujung kaki. Tujuan dari pemanasan ini untuk meminimalisir cedera pada amggota tubuh. Jadi, sangat penting melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum olahraga. Setelah pemanasan, semua murid berlali keliling lapangan sebanyak tiga kali.
"Baiklah, karena ada kelas IPS juga. Bapak ingin kalian bertanding futsal. Ini hanya permainan, jadi jangan dibuat serius. Permainan futsal ini hanya untuk murid laki-laki saja. Untuk murid perempuan, menjadi supporter untuk mendukung kelas masing-masing."
"Baik, Pak," jawab para murid serentak.
Bayu sangat antusias dengan pertandingan ini. Dia berambisi harus menang walaupun ini hanya permainan bukan pertandingan sungguhan. Hitung-hitung menyalurkan hasratnya ingin bermain futsal setelah terakhir kali dia bermain dengan murid kelas lain sore itu.
Rangga diutus Pak Broto menjadi wasit, sementara Pak Broto akan mengawasi jalannya pertandingan.
Matahari semakin naik dan tentu saja semakin panas seolah mampu membakar semangat para murid yang ingin menang.
Babak pertama pun dimulai. Semua murid perempuan bersorak-sorai menyemangati kelas masing-masing juga murid laki-laki yang menjadi cadangan pemain.
"Sebelas IPA satu pasti menang! Go! go! go! IPA satu pasti bisa go! go! go!"
Dhira berteriak keras yang diikuti murid lainnya.
Supporter kelas IPS satu tak kalah hebohnya.
"Di sini menang, di sana menang. Di mana-mana IPS satu pasti menang," terlihat Mela berada di kerumunan supporter kelas IPS satu.
"Mel, ngapain lo disini? Ayo balik ke kelas kita. Dukung kelas kita," ajak Rina.
"Ogah ah! Gue mau dukung Bayu biar menang. Gak peduli gue kelas kita mau menang atau enggak," acuh Mela.
Rina pun memilih meninggalkan Mela seorang diri dan kembali ke supporter kelasnya.
Sementara di lapangan, pertandingan semakin sengit. Keduanya sama-sama kuat. Terlihat di papan skor menunjukkan 2-1 atas kelas IPS satu. Bayu tidak bisa tinggal diam, dia harus menang apa pun yang terjadi.
Priiittt!!!
Peluit tanda babak pertama berakhir pun tiba. Bayu mencoba mengatur strategi terhadap timnya agar menang.
Di babak kedua pun Bayu semakin memompa semangatnya. Hasratnya ingin menang semakin menjadi-jadi.
Dengan lincah, Bayu merebut bola dari lawan lalu mengoper ke rekan satu timnya. Dengan sigap, dia menuju gawang lawan untuk menerima operan dari rekan timnya. Bola pun dengan mulus masuk ke gawan lawan.
Gol pertama yang membuat Bayu semakin percaya diri. Butuh satu atau lebih lagi agar kelasnya menang. Fokusnya semakin dia tajamkan. Wajahnya terlihat begitu serius.
Dari tempat supporter terlihat Dhira tidak sengaja melihat Bayu di lapangan. Bayu yang sedang dilihatnya saat ini berbeda dengan biasanya yang selalu membuatnya kesal. Kali ini, dia menunjukkan eskpresi berbeda yang belum pernah Dhira lihat. Wajahnya yang serius dan tidak ngeselin membuat Bayu terlihat keren di mata Dhira tanpa dia sadari.
Eh aku kenapa? Kenapa jadi mikirin Bayu.
Dengan cepat, Dhira menghilangkan Bayu dari ingatannya dan berteriak mendukung kelasnya.
"Ayo guys... satu skor lagi sebelum waktu habis! Kita pasti bisa!" Bayu coba menyemangati rekan-rekannya juga dirinya sendiri.
Semangat rekan-rekannya pun terpacu dan membuat permainan mereka semakin kompak.
Lari Bayu semakin kencang untuk mengejar bola. Dengan cepat, merebut bola dari lawan yang coba menghindar darinya. Lalu menggiring bola dengan kaki lihainya dan menendangnya keras.
Tendangan keras Bayu mampu merobohkan pertahanan yang dibangun penjaga gawang lawan.
"Gooooolllllll... Yeeeeee!" teriakan riuh menyambut gol yang ditimbulkan Bayu diiringi dengan peluit panjang yang menandakan pertandingan telah berakhir.
Senyum cerah terpancar di wajah Bayu disertai keringat yang bercucuran di wajahnya. Setelah itu, dia menepi di pinggir lapangan untuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal karena lelah berlari.
Terlihat Mela menghampiri dengan membawa sehelai handuk dan satu air mineral dingin yang entah kapan dia menyiapkannya.
"Nih, handuk sama minuman buat lo." Mela menyodorkan kedua benda tersebut yang ditolak oleh Bayu.
"Gak, makasih."
"Eh, diterima dong," paksa Mela.
Dengan terpaksa Bayu pun menerimanya karena dia benar-benar haus sekarang.
"Betewe, lo hebat banget main futsalnya," puji Mela.
"Biasa bagi gue," ujar Bayu cuek.
"Gue cabut dulu." Bayu berlalu pergi setelah minum dan mengelap keringatnya dengan handuk pemberian Mela.
"Nih, gue balikin handuk lo!"
"Wahhh bekas keringat Bayu. Gak akan gue cuci selamanya," ucap Mela dengan senyum riangnya sembari melihat Bayu semakin menjauh.
"Mel, kelas kita kalah loh. Kok lo malah keliatan seneng banget sih," ucap Rina tak habis pikir.
"Gue gak peduli kelas kita mau kalah atau menang. Yang penting kelas Bayu menang. Uwuuuu!!"
Sekali lagi, Rina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
"Cieee, yang kelasnya kalah. Kesel nih ye, kesel pasti," ledek Bayu pada Dhira.
"Baru menang gini aja, udah sombong. Selamat deh, karena kelas kamu menang." Sedikit terpaksa, Dhira mengucapkan selamat ke Bayu.
"Nyombong dikit gak papa lah. Kapan lagi bisa nyombong di depan cewek sok iye kayak lo!"
"Apa kamu bilang?" tangan Dhira hendak memukul Bayu. Namun, secepat kilat guntur Bayu menghilang dari hadapan Dhira.
Dari tengah lapangan Rangga memandangi dalam diam sembari memungut bola futsal dan corong yang digunakan sebagai gawang ke gudang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro