BAB 10
Dhira terus saja memegangi pipi yang sedikit perih karena tamparan Mela cukup keras tadi di kelas. Dia termenung di perpustakaan sambil membaca buku dan sesekali meringis karena perih di pipi. Lagipula jam kosong sedang menghinggapi kelasnya saat ini.
Kejadian di kelas beberapa saat lalu :
"Apa sih, yang menarik dari lo! Udah miskin, sekolah disini karena beasiswa, dekil, sok bijak lagi," ucap Mela remeh.
"Kamu gak berhak menilai saya seperti itu. Setidaknya saya gak nyusahin orang tua saya untuk bersekolah disini." Dhira berucap dengan nada tegas.
"Lo nyindir gue? Udah ngerasa hebat lo?"
PLAKKK!!
Tamparan mendarat di pipi mulus Dhira. Suara tamparan tersebut cukup keras mampu membuat Dhira hampir tersungkur ke lantai. Rina terlonjak kaget mendengar suara tamparan itu di luar kelas. Sementara anak-anak yang lain sudah meluncur ke kantin. Rina memilih menunggu Mela hingga urusannya selesai.
"Berani-beraninya lo nyindir gue? Siapa lo? Hah?" bentak Mela.
"Kita kan teman, Mel?" ucap Dhira sambil menahan sakit di pipi.
"Temen? Sejak kapan? Emang lo temen gue?" Mela memutar bola matanya kesal.
"Kamu tidak ingat? Saat SMP kan kita tem-"
"Ingat ya, gue gak punya temen kayak lo pas SMP! Camkan itu!" potong Mela cepat.
"Kita gak bisa terus seperti ini. Jangan terlalu percaya dengan asumsi kamu."
"Lo ngomong apa, sih? Gue gak paham. Gue kan lagi ngomong kalo lo harus jauhin Bayu. Kenapa malah bahas-bahas masa lalu yang menurut gue udah lenyap itu?" omel Mela.
Dhira hendak mengeluarkan suara, namun Mela memotongnya cepat.
"Udah deh, intinya jauhin Bayu! Dasar cewek keparat!" ucap Mela kasar pada Dhira. Sedangkan Dhira diam dan meraba pipinya yang sakit.
"Mel? Ada apa sih sebenernya? Jadi, lo sama Dhira dulu temenan pas SMP?" tanya Rina penasaran setelah Mela keluar kelas.
"Udah deh. Itu gak penting, jadi jangan tanya-tanya lagi. Yuk kita ke kantin, lagian setelah ini jam kelas kita kosong. Kita bisa berlama-lama di kantin dan bersantai." Mela merangkul Rina dan berlalu ke kantin.
Mel? Kamu kok sekarang berubah? Kamu yang dulu dimana? Kamu benar-benar beda sekarang. Kamu bukanlah Mela yang ku kenal dulu.
Batin Dhira bersuara seiring dengan mata yang sedang fokus pada tulisan tidak bergambar di dalam buku yang sedang dipegang. Matanya melihat tulisan, namun batinnya tidak menyuarakan tulisan itu.
BRUKK!!
Suara itu mengejutkannya. Pikirannya buyar dan mencari asal suara itu. Dari arah pojok rak buku, terlihat sebuah kaki yang menyilang. Dhira mencoba bangkit dari duduknya dan mendekati kaki tersebut.
Terlihat ada sosok sedang tertidur pulas dengan buku yang menutupi wajahnya. Dhira coba membangunkannya dengan menendang kaki milik sosok itu.
"Ehh, bangun. Ini perpustakaan, nanti kalo penjaga perpus lihat, bisa kena marah," ucap Dhira lirih takut didengar penjaga perpus.
"Duh, Mbok. Bentar masih ngantuk," sosok itu bersuara masih dengan buku yang menutupi wajahnya.
Mbok? Dia kira suaraku keliatan tua gitu?
Batin Dhira berceloteh tidak terima.
"Eh, bangun cepetan. Bangun!" ucap Dhira sedikit keras, juga tendangan di kaki tersebut semakin keras.
"Apasih!! Gue kan udah bilang masih ngantuk!!" reflek sosok itu sedikit berteriak.
"Kamu? Ternyata kamu!" Dhira terkejut dengan apa yang dilihat.
"Lo! Kenapa lo lagi? Ya Tuhan, salah apa aku pada-Mu? Hingga harus ketemu cewek ngeselin ini lagi?" omel sosok itu yang ternyata adalah Bayu.
"Saya ngeselin? Bukannya kamu yang ngeselin?" ucap Dhira tak terima.
"Kamu tadi manggil saya Mbok. Kamu kira saya sudah tua?" lanjutnya lirih, mengingat saat ini mereka sedang berada di perpustakaan.
"Maaf ya, jangan ge-er. Panggilan itu bukan buat lo," bantah Bayu.
"Benarkah?"
"Kalo gak percaya yaudah, gue gak peduli. Gue juga gak butuh kepercayaan lo!"
Terdengar suara bising dari arah pojok rak buku, penjaga perpustakaan mencoba meniliknya. Walaupun Dhira sudah berusaha berbisik, namun suara Bayu masih saja keras hingga penjaga perpustakaan mendengarnya.
"Ternyata kalian yang daritadi bikin bising. Keluar kalian! Ganggu anak lain yang sedang belajar aja," ucap penjaga itu tegas."
"Lagipula, ini kan jam pelajaran. Kalian seharusnya tidak bolos," lanjut sang penjaga.
"Maaf Pak, kami sudah buat bising. Kami permisi dulu," ujar Dhira seraya menarik tangan Bayu keluar.
Setelah itu, Dhira langsung mengibaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Bayu. Dhira memasang wajah kesal dan mencoba pergi meninggalkan Bayu.
"Eh, tunggu!" ucap Bayu yang membuat langkah Dhira terhenti.
"Ada apa?" Dhira menoleh masih dengan ekspresi kesal di wajahnya.
"Lo marah sama gue?" tanya Bayu karena ekspresi kesal Dhira tidak seperti biasanya.
Dhira memilih diam tak menjawab sambil berdiri menatap Bayu tajam.
"Kenapa?" tanya Bayu lagi karena pertanyaan sebelumnya tak kunjung mendapat jawaban.
Dhira tetap setia pada kediamannya.
"Woyy! Kalo ditanya tuh jawab! Jangan diem aja. Jangan bikin gue kesel deh!" Bayu sedikit membentak.
Dhira sedikit terlonjak dan teringat suara tamparan Mela tadi. Reflek Dhira menutup kedua telinganya diikuti kedua mata yang terpejam.
"Eh, lo kenapa?" Bayu coba mendekat ke Dhira. Raut wajah Bayu sedikit khawatir.
"Berhenti! Saya tidak apa-apa. Saya pergi dulu," ucap Dhira cepat meninggalkan Bayu yang dilanda kebingungan.
"Dih! Kenapa sih tuh cewek? Gue tanya gak jawab. Ditanyain kenapa bilangnya baik-baik aja dan pergi gitu aja. Emang ya, cewek itu ribet. Untung gue cowok, bukan cewek," umpat Bayu.
Dhira berjalan cepat menuju kamar mandi. Dia butuh membasuh wajah agar lebih segar. Dengan cepat dia mengguyur wajahnya di bawah air kran mengalir. Matanya terpejam dan sedikit menahan perih pipi bekas tamparan tadi. Tidak ada bekas merah atau apa pun, tapi itu terasa sakit bagi Dhira.
Kemudian, dia menatap wajahnya di cermin.
Hari ini kenapa tidak beruntung sekali? Sudah kena tampar, berniat pergi ke perpus untuk nenangin pikiran. Eh, malah ketemu cowok itu. Kena bentak lagi. Emang salahku sih, bangunin dia. Seharusnya tidak aku bangunin, jadi aku gabakal dikeluarin dari perpus. Tempat favorit-ku itu.
Dhira merutuki diri dalam batin. Perasaan sesak yang menggerogoti, membuat dia enggan menumpahkan kekesalannya pada Bayu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro