Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 : Poor Girl

Rambut hitam panjangnya berkibar pelan ditiup angin. Sinar terik matahari membuat surai hitamnya itu berkilauan bak sebuah permata. Postur tubuh yang proporsional itu dibalut dengan seragam kemeja putih dan rok mini merah kotak - kotak. Menambah kesan "sempurna" di mata orang - orang.

Digandengnya seorang anak laki - laki tampan berwajah datar di lengannya. Anak lelaki itu mengenakan setelan jas almamater sekolah dengan gagahnya. Menambah kesan "sempurna" pada si gadis pemilik surai hitam kemilau itu.

Yah, tapi ini bukanlah kisah tentangnya. Ini kisah hidupku. Protes? Silahkan. Tapi aku serius.

"Pembantu!!!" panggil si gadis sempurna.

Seketika pandangan semua mata beralih menatapku. Dengan tergopoh - gopoh aku berlari menghampiri si gadis sempurna sambil mendorong sebuah....troli.

"Lama sekali." komentarnya.

"Maafkan aku, Himeka Stanford - sama." balasku sesopan yang aku bisa.

"Cih." lagi - lagi dia meludahi sepatuku.

"Lain kali aku tidak akan memaafkanmu." ujarnya ketus lalu menaruh tasnya di troli yang aku bawa.

"Ayo masukan tasmu juga." suruh gadis itu, Himeka menatap si pujaan hatinya.

"Kenapa?" tanyanya balik.

"Ck, punya pembantu itu jangan disia-siakan." jawab Himeka sembari merebut paksa tas milik si lelaki. Kemudian ia menaruh tas itu di dalam troli, sama seperti yang ia lakukan pada tasnya.

Aku menatap wajah si lelaki sambil tersenyum. Bermaksud berterimakasih karena kupikir dia agak berbeda dengan orang - orang sekolahan ini. Ia balik menatapku namun ia sama sekali tidak tersenyum.

Sakit. Diabaikan oleh orang yang kusukai, ternyata sangat sakit ya...

Itu benar. Diam - diam aku menyukai lelaki ini. Seorang kekasih hati dari gadis kaya nan sempurna yang hobi sekali menyiksaku. Tapi apa daya, dengan fisikku yang seperti ini, aku tidak mungkin bisa mendapatkannya.

Maksudku, tubuh pendek, rambut panjang berwarna merah muda yang diikat dua dan sifat penyendiri yang aneh. Siapa juga yang akan menyukaiku? Setan kurasa.

"Ayo jalan" perintah Himeka.

Grep! Tiba-tiba lengan kokoh si lelaki memegangi lengan Himeka. Membuat Himeka mengurungkan niatnya pergi ke kelas.

"Sebaiknya kita tidak perlu bantuan orang lain untuk membawa tas kita." ujarnya yang tentu saja mengagetkan Himeka dan juga aku.

"A-apa?" Himeka gagap.

"..." aku terdiam menatap wajah tampan lelaki itu.

"Kasihan dia, walau bagaimanapun dia kan, murid sekolah ini juga. Kita tidak berhak memperlakukannya seperti ini." jawab si lelaki.

"Sayang, sudah kukatakan. Aku adalah cucu pemilik sekolah ini. Jadi apapun yang kulakuan, mustahil ada yang salah." bantah Himeka enteng.

Si lelaki menghela nafas berat masih dengan wajah datarnya.

"Ayo jalan!" sahut Himeka mendorong punggungku keras.

👑

Aku berjalan di lorong koridor sembari membawa tumpukan buku di tanganku. Sepuluh menit yang lalu Himeka menyuruhku untuk mengambilkan buku anak - anak kelas di ruang guru. Entah sial atau beruntung, tapi aku satu kelas dengan Himeka dan juga pacarnya. Antara anugrah dan juga kesialan.

BRUK! Karena aku keasyikan melamun, bahuku tak sengaja menabrak bahu seseorang. Tubrukan keras itu cukup untuk membuat tumpukan buku yang sedang kubawa berjatuhan ke lantai. Sial.

Percuma marah. Tak ada yang mau mendengarkanku disini. Satupun tak ada. Jadi tanpa basa-basi aku langsung saja memunguti buku - buku itu satu-persatu. Kurasa Himeka akan menamparku setelah ini. Tapi yah.., bodo amat. Sudah biasa, kok.

"Maaf."

Eh-? Apa aku tidak salah dengar? Seketika tanganku berhenti dari aktivitasnya memungut buku.

"Biarkan aku membantu."

DEG!

"Ti-ti-tidak boleh!" sahutku. Aku refleks berdiri dan menatap orang yang baru saja bicara padaku.

Canggung.

"Jadi kau marah?" tanyanya dengan wajah datarnya yang seperti biasa.

Aku menggeleng cepat. Mimpi apa aku semalam, bisa bertabrakan dengan pujaan hatiku ini?

Tanpa mengatakan apapun lagi, dia langsung berjongkok dan memunguti buku - buku yang berserakan di lantai. Aku yang tidak biasa diperlakukan seperti itu, hanya bisa melongo menatapnya. Apa yang terjadi?

"Sebenarnya..." gumamku hendak bertanya tapi sebuah teriakan mencegahku melakukannya.

"Sialan!"

Tap!tap!tap!tap!

PLAK!!

Himeka menampar wajahku sangat keras. Aku terhuyung - huyung ke arah tembok di belakangku. Semuanya serasa berputar dan berkelap-kelip. Lalu semuanya perlahan menjadi gelap. Tapi sebelum dunia terasa lenyap, samar - samar kudengar Himeka meneriakkan kata "Jalang sial." di telingaku.

He..? Kurasa aku cocok dengan sebutan itu. Maafkan aku telah lancang.

👑

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro