1 - Suicide Syndrome
Di sebuah rumah yang tampak berada di pinggir kota, lampu rumah itu terlihat tidak menyala. Meskipun malam semakin larut, namun hanya rumah itu yang tampak sangat gelap seolah tanpa ada penghuni. Tampak seorang pria yang napasnya memburu tampak menatap sekelilingnya.
Istrinya, kedua anaknya, semuanya tampak tergeletak di lantai dan tampak tidak bergerak dengan mulut berbusa. Mata mereka yang kosong dan terbelalak tampak menunjukkan kalau mereka sudah tidak bernyawa.
"A-ada apa ini..."
'Ada apa? Kau takut hidup tanpa mereka?'
Suara yang tampak menggema di telinganya tampak tidak memiliki sumber. Namun, dari raut wajah pria separuh baya itu, pria itu mendengar suaranya dengan jelas.
'Kalau begitu, bukannya mudah?'
Matanya tampak kosong, menoleh kearah sebuah pisau dapur yang ada di dekat sana. Tangannya bergerak, senyuman kosong tampak terlukis di wajah pria itu.
'Susul saja mereka....'
Sebuah senyuman seolah tergambar jelas dalam pikiran pria itu sebelum ia menancapkan pisau itu ke lehernya.
Sementara di luar jendela, tampak seorang perempuan berambut pirang panjang yang duduk di dahan pohon besar dan melihat kearah jendela rumah itu. Ia tampak memperhatikan apa yang terjadi sejak awal hingga akhir, namun sama sekali tidak membantu apapun.
"Mereka lemah," ia tertawa kecil dan menggoyangkan kakinya, "dan mereka menganggapku tidak normal?"
.
.
Suasana di depan sebuah sekolah itu tampak terlihat ramai dengan beberapa pembicaraan yang terdengar antar siswa siswi disana. Gerbang sekolah tampak cukup ramai dengan murid yang tampak diperiksa oleh beberapa pengurus sekolah yang ada disana.
"Pakaian apa itu? Kau pikir ini klub malam hah?! Rokmu kurang panjang!"
"Eh tapi kan ini cuma diatasnya 2 cm dari aturan sekolah!"
"Mau kugunduli diatas 2 cm dari aturan sekolah hah?"
Seorang pemuda berambut hitam dengan kacamata tebal. Tipikal orang kutu buku yang gila aturan. Biasa, tidak ada keistimewaan sama sekali. Dia adalah Harumoto Souma, wakil ketua OSIS yang bersikap sangat hectic dengan peraturan sekolah.
"Jangan terlalu keras dengan murid-murid Souma-kun," suara itu membuat semua murid menoleh. Yang perempuan tampak kaget dan melihat orang itu dengan wajah memerah, sementara Souma sendiri tampak hanya berdecih dan menatap kearah pemuda itu, "kalaupun hanya rok pendek tidak masalah bukan? Mereka bisa membuat suasana sekolah menjadi lebih berwarna."
Pemuda berambut biru itu tampak berjalan dan menghampiri gadis yang dimarahi oleh wakil ketua OSIS itu. Wajahnya semakin dekat dan tampak membuat gadis itu sedikit mundur.
"Siapa namamu?"
"Sa-Sakura, senpai..."
"Sakura-chan?" Ia tampak memiringkan kepalanya dan tampak mendekat hingga wajahnya berada di depan telinganya, "kalau kau tetap pakai rok pendek seperti itu kupotong-potong sampai robek di depan semua orang loh~"
...
"Mengerti~?"
"Ba-baiklah senpai..."
Dan gadis iru segera berlari kearah depan meninggalkan mereka. Pemuda itu tersenyum dan melihat kearah bangunan sekolah sebelum Shouma menepuk pundaknya dan menatapnya kesal.
"Apa yang kau lakukan..."
"Aku?" Pemuda itu tampak memiringkan kepalanya dan tertawa lepaa, "hanya sedikit berbincang dengannya dan membantumu."
"Kau membuatnya seperti baru mendapatkan mantra kematian tahu! Lagipula, kemana saja kau? Ketua OSIS macam apa yang ikut terlambat?!"
"Karena banyak pekerjaan, lagipula kau tahu aku itu susah tidur dan bangun bukan?" Pemuda itu tertawa dan Shouma hanya menggela napas, "hei, gaya rambut yang bagus. Bagaimana kalau kucat jadi warna warni saja?"
"A-akan kucat ulang lagi Noel-senpai!"
"Heeee~?"
"Kau tahu kalau selain menjadi idola sekolah kau jadi ketua OSIS paling kejam kan?" Shouma menghela napas dan tampak menoleh pada pemuda itu, "hentikan sikapmu yang mengerikan itu."
...
"Mengerikan bagaimana?" Ia memiringkan kepalanya seperti tidak mengerti.
"....lupakan."
.
.
Shou's POV
.
.
Namaku adalah Harumoto Shouma. Kelas 2 SMA dan merupakan wakil ketua OSIS. Sementara orang yang ada di sampingku saat ini adalah Noel Christopher. Murid dari luar negri yang masuk ke SMA di Jepang saat tahun lalu. Dan dia, adalah ketua OSIS disini.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idola sekolah. Saat dulu kulihat, kukira ia hanya seseorang yang mengandalikan penampilan daripada otak. Tetapi kenyataannya, pemuda itu punya otak yang encer. Saat SMP aku selalu mendapatkan juara pertama di sekolah, tetapi saat ia datang dengan segera ia merebut posisi itu.
Belum lagi kenyataan jika ia adalah anak dari pengusaha kaya raya sekaligus salah satu penjabat negara. Jangan ditanya lagi apakah ia kaya atau tidak. Kepala sekolah saja menaruh hormat padanya.
Rasanya aku benar-benar kesal saat dengan mudah merebut posisi ketua OSIS.
"Hei Shou," dan yang lebih menyebalkannya, "sudah tidak ada murid yang terlambat dan juga melanggar~"
Aku tidak pernah bisa menyangkal kalau ia lebih baik dariku dari segala hal. Ia terlalu sempurna untuk dikalahkan. Hanya ada satu sifatnya yang buruk adalah mengancam dan juga berbicara kasar dengan nada yang tenang dan senyuman yang ramah.
Ia mengerikan dalam beberapa hal.
"Shou, ayo kita harus membuat laporan sebelum masuk kelas," lihat saja Noel bersikap seolah tadi ia tidak mengancam beberapa murid dengan cara yang menurut mereka lebih menyeramkan daripada di bentak olehku.
"Baiklah..."
.
.
End Shou's POV || Noel's POV
.
.
'Kumohon ayah, jangan menyuruhku untuk memakan obat itu lagi!'
'Sampai kau menjadi anak yang normal, ayah tidak akan membiarkanmu berhenti meminumnya!'
Entah sudah berapa lama semenjak Schizophrenia mengubah hidupku dan juga ayah serta ibuku. Semenjak dokter Dean pergi, ayah selalu melakukan semua cara untuk membuatku meminum obat-obatan itu. Bagiku semua obat itu sampai sekarang adalah sebuah siksaan. Namun karena perlakuan yang terjadi selama 2 tahun tanpa henti itu membuatku benar-benar takut untuk tidak meminumnya.
Hingga akhirnya aku menyerah, melakukan apa yang ayah suruh agar ia tidak lagi menyuruh orang-orang berpakaian dokter itu untuk memaksaku meminum obat ini. Dan sejak saat itu, Angel sama sekali tidak datang ataupun muncul.
Aku selalu berpikir jika keputusan yang kuambil salah saat itu...
'Ah, aku lupa kalau obatku habis,' kulihat botol obat yang kugoyangkan beberapa kali itu sambil menghela napas. Kurasa, ini kali pertama aku kehabisan obat sama sekali, dan kurasa ayah terlalu sibuk dengan pekerjaannya akhir-akhir ini hingga tidak otomatis mengirimkannya padaku.
Sudah tahun keduaku berada di Jepang untuk melanjutkan sekolah. Selama ini ayah selalu mengurungku dalam rumah dan memanggilkanku guru terbaik untuk Home Schooling. Hingga saat awal tahun lalu aku bisa memastikan pada ayah untuk melepasku dengan beberapa syarat.
Termasuk selalu meminum obat itu.
...
'Bukan salahku obat ini habis. Ayah juga yang tidak ingat mengirimkannya,' aku mengangkat bahu acuh, meletakkan botol kosong itu di atas meja sebelum berjalan keluar dari ruangan OSIS tempat aku bekerja.
.
.
End Noel's POV || Normal POV
.
.
Ia bukan pemuda jenius. Noel hanyalah anak biasa yang bahkan memiliki kekurangan dan perbedaan dengan anak normal lainnya. Namun, satu hal yang membuatnya bisa mendapatkan seluruh kepintaran itu hanya karena ia ingin mendapatkan pengakuan dari ayahnya jika ia anak yang normal. Jika ia memiliki sesuatu untuk dibanggakan.
Setiap malam ia akan selalu menghabiskan sebagian waktu tidur orang normal untuk membaca dan belajar kembali. Ia tidak akan membuang waktu untuknya bergaul dengan semua orang untuk belajar dan menjadi kutu buku. Ia hanya berusaha menjadi orang normal didepan semuanya meskipun harus mengorbankan sesuatu sebagai bayarannya.
"Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa hidup hanya dengan tidur selama 3 jam," selain menjadi wakilnya, Shouma adalah teman satu asramanya. Sekolahnya memang menggunakan sistem asrama dan hanya kebetulan ia berada satu kamar dengan pemuda itu.
"Aku bukan seseorang yang jenius kau tahu? Aku harus mengulangi pelajaran hingga bisa mengerti dan mengerjakan beberapa laporan OSIS yang harus kukumpulkan besok," Noel hanya tertawa pelan dan kembali pada buku pelajaran yang ada di depannya, "bagaimana denganmu? Setiap pagi kau juga harus menjaga gerbang bukan agar tidak ada yang terlambat atau membolos?"
"Aku hanya terbangun karena haus. Tidak lebih dari itu," Shouma menunjukkan gelas abu-abu yang ia bawa dan kembali pada Noel yang tampak hanya tertawa pelan.
'Hei Noel...'
Gerakan tangannya terhenti saat ia mendengar tawa anak kecil dan juga seseorang yang memanggilnya.
"Shou, kau dengar seseorang memanggilku?"
"Hm? Jangan bicara yang aneh-aneh malam-malam begini," wajah pemuda itu memucat dan hendak memarahi Noel saat ia menatap kearah wajah Noel yang menunjukkan wajah datar. Tidak pernah sekalipun sejak ia mengenal Noel, pemuda itu melihat raut wajah seperti itu, "hei Noel?"
'Kau bisa mendengarku lagi Noel?'
Bukannya menjawab pertanyaan dari Shou, ia melihat kearah sekeliling. Matanya tampak mengedar hingga menemukan pintu yang sedikit terbuka karena tertiup angin. Ditengah kegelapan dari apa yang ada dibalik pintu itu, senyuman gadis kecil membuatnya berdiri dengan cepat.
"Hei kau tidak apa?"
"Angel?"
'Senangnya~'
"NOEL!"
Shou bahkan tidak sempat untuk menghentikannya saat Noel sudah berlari meninggalkan kamar mereka.
"Ada apa dengan," ia baru berpaling saat melihat sesuatu yang jatuh dari atas. Diluar jendela lantai 4 asrama sekolah tersebut.
BRAK!
"Ap--" ia menatap kearah bawah saat mendengar sesuatu yang sepertinya besar tampak terjatuh dengan keras keatas tanah. Matanya membulat saat melihat apa yang terlihat disana dan segera menoleh ke atas.
.
.
"Angel!"
Noel berlari tanpa henti, menapaki seluruh tangga yang menuju ke lantai atas. Ia melihat bagaimana Angel tampak menghilang dan muncul dengan cepat seolah ingin ia mengikutinya.
'Angel itu tidak nyata! Kau harus menghilangkan itu!'
Langkah kakinya tampak melambat dan perlahan berhenti saat ia berada di depan pintu menuju ke atas atap asrama. Napasnya masih memburu, ia menunduk saat menyadari dan mengingat perkataan dari ayahnya.
'Ya, Angel itu tidak nyata bukan? Itu hanya... itu hanya khayalanku...'
Ia tampak sedikit murung, mencoba untuk menenangkan napasnya sebelum ia mendongakkan kepalanya untuk menemukan sesuatu yang membuatnya membulatkan matanya.
Angel yang seharusnya tidak nyata, berdiri di belakang seorang murid yang berjalan akan memanjat dari batas atap asrama dan akan terjun dari lantai 5. Tanpa berpikir apapun, ia segera berlari dan menangkap tangan gadis itu sebelum tubuh itu jatuh bebas dari lantai 5 asrama tersebut.
"Hampir..." napasnya masih memburu saat ia melihat gadis itu yang ia tangkap. Ia ingat, gadis itu yang terlambat dan melanggar peraturan sekolah tentang panjang rok. Baru saja ia akan menarik gadis itu kembali, matanya menangkap pemandangan mengerikan dibawah dimana beberapa siswa siswi tampak tergeletak di tanah dengan darah bersimbah dari seluruh tubuh mereka.
"A-apa....?"
Mereka seolah baru saja melakukan bunuh diri masal dengan menjatuhkan diri dari atap asrama.
"Noel!" Suara Shou tampak membuatnya sadar dan menarik gadis itu lagi dibantu oleh Shou, "aku sudah menghubungi polisi, dan para guru sudah dihubungi dan akan kesini sebentar lagi."
"Juga ambulance," Noel menghela napas dan melihat gadis yang ia selamatkan tadi, "kurasa ia tidak sadar saat akan melompat..."
To be Continue
Nama : Harumoto Shouma
Age : 17 Tahun
Note : Teman satu kamar dan juga wakil OSIS di SMA tempat Noel bersekolah sekaligus menjadi ketua OSIS. Pemuda yang sangat serius dengan apa yang ia rasakan ini, tidak pernah bisa diajak berbicara santai dan bercanda. Ia tidak suka disebut berteman dengan Noel. Sepertinya... ia tahu tentang penyakit Noel.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro