Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36 - [Yarn Princess]

"Ibu suka aku, Ina makan nangka." Seorang anak kecil mulai mengeca tulisan yang ada di atas lembaran kertas di depannya.

Wajahnya cerah, rambut panjangnya sampai menyentuh lantai rumahnya. Senyum mengembang di wajah itu, dan giginya yang rapi membuat senyuman manis itu membuat siapa saja merasa tenang.

"Wah, pinter ... Tere sudah bisa baca ya, Nak!" seru seorang wanita paruh baya sembari mengusap kepala anaknya.

Gadis kecil itu tersenyum. "Itu karena Ibu yang mengajari, Tere. Makasih, Ibu ...." Dia memeluk ibunya.

Di sisi lain, ayahnya tersenyum, menikmati betapa bahagianya keluarganya saat itu. Raut wajah tua dan sudah berkerut itu mendekati ke arah anaknnya, ikut berpelukan hangat.

"Tere sudah bisa baca, berarti Tete udah boleh masuk sekolah, Bu? Asyik! Tere akan masuk sekolah!" Anak itu berdiri riang, menari kiri-kanan dan bernyanyi ria.

Dia menuju ke arah lemarinya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Lantas, dia berusaha meraih sebuah baju di dalam sana dan membawanya keluar lemari. Kini, dia berdiri di depan cermin tersenyum senang dan menatap tubuhnya yang sudah mengenakan seragam yang akan ia pakai di sekolah nanti.

"Tere baik-baik di sekolah, ya. Ayah yakin Tere akan menjadi anak yang sangat pintar."

Tere membalas ucapan ayahnya dengan senyuman manis. Matanya berbinar, merasa sudah sangat tidak sabar untuk masuk ke sekolah dan menuntut ilmu seperti anak-anak yang lainnya.

Tanpa ia sadari, kedua orangtuanya malah menjauh ke sudut ruangan dan membisikkan hal yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Yah, apakah tidak sebaiknya kita masukkan saja di langsung ke Gold Taksa Academy? Karena kemampuan dia dan benang-benang itu bisa saja membahayakan teman-teman sekolahnya yang tidak punya kekuatan."

Pria itu terlihat berpikir sejenak. "Tidak, Bu. Lebih baik kita berikan dia kesempatan untuk menuntut ilmu juga seperti sekolah kebanyakan."

"Ta-tapi ... itu terlalu berbahaya."

"Tenanglah. Aku yakin Tere bisa mengendalikan kemampuan itu dalam waktu dekat, dan dia pasti tidak akan membahayakan orang lain."

Setelah percakapan itu berakhir, keduanya kembali menghampiri Tere yang berputar kiri-kanan menikmati baju barunya.

Kembali diiringi senyuman dan rasa bahagia. Keluarga hangat itu bisa dikatakan keluarga paling bahagia di sana. Berkecukupan, mempunyai anak, dan kedua orang tua yang saling pengertian pada anaknya. Tentu saja ini membuat Tere menjadi seorang gadis yang penuh lemah lembut dan kebaikan. Dia tak pernah nakal, karena orang tuanya selalu mengajarkan hal baik padanya.

Akan tetapi, semuanya berubah begitu cepat.

-oOo-

"Ayah, Ibu! Tere berhasil dapat nilai seratus di sekolah. Tadi kata bu guru langsung ujian dadakan, dan Tere bisa benar semuanya Yah, Bu!" teriak Tere saat dia dibimbing memasuki rumah oleh kedua orang tuanya.

Tawa bahagia menyelimuti ayah dan ibunya, namun seketika sirna saat mendengar sebuah alarm tanda bahaya dari speaker tengah kota.

Keduanya langsung bergerak, membereskan barang dan mengemasi hal-hal yang penting akan dibawa.

"Tere, cepat pergi dulu ke balai kota, Ibu dan Ayah akan ambil keperluan kita dulu," ucap ayahnya cepat.

"Ke-kenapa pergi, Ayah? Kenapa juga ada suara nyaring seperti itu? Apa yang terjadi, Yah?" tanya Tere dengan polosnya saat melihat kondisi di sekitarnya sangat panik.

Dia masih diam di tempat, tak mau mengikuti interupsi yang disampaikan oleh ayahnya. Masih saja dia memandangi ayah dan ibunya yang terlihat begitu panik.

"Kenapa, Ibu?" tanya Tere kembali mengulang.

Ibunya menatap sejenak. "Pergilah, Tere!" bentak ibunya keras.

Mata Tere berkaca-kaca, untuk pertama kalinya ia dibentak oleh ibunya. Sementara ayahnya hanya diam sambil terus berusaha membongkar lantai entah mencari apa. Untuk kesekian kalinya, Tere kembali bertanya. "Kenapa ini?" ucapnya.

Perkataan itu diiringi suara hantaman keras di halaman rumah. Kedua orang tua Tere yang mendengar itu lantas kaget bukan main, dia tak menyangka jika makhluk itu akan datang secepat ini.

"Pergi, Tere!" bentak ayahnya semakin garang.

Tere berjalan ke arah yang ditunjuk ayahnya. Sebuah jendela yang mengarah ke taman belakang dan terbuka. Saat ia berusaha keluar, dia melihat satu makhluk tinggi besar yang memasuki rumahnya.

Makhluk itu lantas mencengkeram kedua orang tuanya. Membuat Tete yang melihat itu menangis tanpa suara.

Dia merasa ketakutan, baru kali ini dia melihat makhluk itu di dunia. Benar, dunia yang selama ini ia anggap selalu bahagia dan tenang tanpa ada orang-orang jahat. Kini ia melihat kejahatan itu menjadi sosok makhluk mengerikan.

"Ayah, Ibu!" teriak Tere histeris saat kaki ayahnya mulai memasuki ruang mulut monstet itu.

Tere kembali berusaha memanjat jendela, mengabaikan tatapan sinis monster itu yang seolah-olah ingin melahapnya.

Api di perapian perlahan mulai menyebar, saat satu lagi Skizoa memasuki rumah dan menghancurkan semuanya.

Tubuh ayah Tete habis dilahap Skizoa, meninggalkan bercak darah yang memenuhi lantai rumahnya. Sementara itu, Tere terus menangis, meratapi dirinya yang kehilangan sang ayah.

Masih saja ia berusaha memanjat jendela, mencoba untuk membantu ibunya. Namun, ia tak pernah bisa kembali masuk karrna tubuhnya yang terlalu kecil. Hingga akhirnya, teriakan histeris ibu Tere terdengar tatkala setengah badannya mulai memasuki mulut Skizoa itu. Sampai suara itu hilang.

"Ibu!" teriak Tere histeris, mengundang perhatian Skizoa yang ada di dalam rumah sana.

Skizoa itu melangkah ke depan satu langkah, lantas mengayunkan sabitnya hingga membuat kaca-kaca di depan Tere pecah. Bersamaan dengan itu, Tere merasakan beling kaca memasuki matanya, hingga membuat kedua matanya berdarah.

Gadis kecil itu berteriak kesakitan. Dia sudah merasakan jikalau dia akan mati saat itu juga menyusul kedua orang tuanya.

Pandangan Tere sekarang gelap, segelap hatinya saat ditinggal kedua orang tuanya. Tere memegangi kedua tangannya, terus menangis darah meratapi semuanya. Pandangannya yang gelap seolah-olah tak membuat pikirannya beralih. Bayangan saat kedua orang tuanya dilahap Skizoa terus saja melayang di kepalanya.

Sampai akhirnya, seorang pria berjubah hitam menghampirinya, lalu melepaskan puluhan peluru ke arah kedua Skizoa itu. Hingga Tere dibawa pergi, meninggalkan bangkai Skizoa dan arwah kedua orang tuanya.

Berulang.

Terus saja berulang.

Kejadian itu kembali terbayang di kepala Teressa bagai film pendek di kepalanya. Dia yang saat ini terbaring di atas tanah dengan mata terpejam. Menangis, dan terus saja menangisi kepergian kedua orang tuanya.

Benar-benar menjadi mimpi yang sangat buruk. Ilusi dari Seth membuat semua orang merasakan itu, semua kepedihan dan kesakitan.

-oOo-

To be continued
Oh, jadi karena itu Teressa ga bisa lihat, ya. Dan ... masa lalu mereka kelam banget, ya. :"(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro