Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30 - [Real Purpose]

"Blaxland, adalah sebuah kota mati di mana para Skizoa yang sudah berhasil membebaskan diri tinggal. Sekarang, kemungkinan besar semua Skizoa di Blaxland datang ke sini untuk memusnahkan manusia. Kalahkan kepalanya, dan kau akan menang."

Perkataan itu terus saja diulang Teressa, tangannya menggenggam jemari Seth. Tak ada lagi sekarang rasa malu untuk mengungkapkan rasa. Semuanya sudah jelas, bukan?

Di hadapan mereka, datang Skizoa bergerombolan yang melayang mendekati mereka. Wajah-wajah mengerikan dengan ekspresi naif yang terus saja menatap satu per satu pasukan di sana.

Sama seperti sisi selatan, sisi utara juga sudah diamankan. Semua warga berlindung di ruangan bawah tanah sebuah mall besar di tengah kota Bryan City. Benar, mereka berada tepat di hadapan kota Bryan City, menunggu giliran saat para Skizoa itu datang untuk menyerang.

Berdasarkan perkiraan dan perhitungan, karena bos besar atasan Skizoa itu ada di sini, dan di Bryan City juga sangat banyak sekali masyarakat yang bisa mereka mangsa. Pastinya kota ini jauh lebih banyak menjadi incaran para Skizoa.

Raungan itu terdengar, membuat bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya berdiri. Ratusan Skizoa siap menghadap, menghabisi satu per satu nyawa High Sense yang siap berjuang.

"Seth, aku percaya padamu," bisik Johnson sebelum akhirnya berlari ke arah depan dan menghadapi sekian banyak Skizoa.

Tangan Seth terasa gemetar, belum menghadapi semua Skizoa itu, dia sudah mulai merasakan keringat dingin yang keluar dari pelipisnya. Teressa yang menyadari akan hal itu kembali menggenggam tangan Seth erat. Sorot wajahnya mengatakan seolah-olah mereka semua akan baik-baik saja.

"Ayo, Seth," ajak Teressa.

Dia melepaskan pegangannya, lalu melemparkan ratusan benang ke hadapannya. Sekarang, dia siap bertarung.

Seth mengikuti, dia berlari ke depan, berusaha merasuki satu Skizoa yang ada di sana. Tepat sekali, dia merasuki sosok Skizoa paling besar dengan tangan yang mengobarkan api biru.

Mata Seth terpejam, sebelum akhirnya dia membukanya dengan cahaya merah pekat yang terpancar dari kedua bola matanya. Senyuman tipis Seth terlihat. Dia menggerakkan kakinya ke kiri dan kanan, membuat Skizoa itu langsung melakukan hal yang sama.

Tangan Seth bergerak ke udara, diiringi Skizoa besar yang berhasil menebas kepala rekannya sendiri. Teriakan dan raungan dari semua Skizoa yang terbantai bisa didengar dengan jelas. Namun, para High Sense berteriak riang, mengelukan nama Seth untuk kembali melakukan hal yang sama.

Dari awal pertarungan, sudah terlihat jelas, jikalau Seth akan unggul dan bisa menghabisi banyak Skizoa yang mereka hadapi.

Johnson yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Dia menarik pelatuk revolvelnya dan mengarahkannya pada leher Skizoa itu. Untuk kemampuan penghilang ingatan seperti Johnson yang hanya terkesan sebagai pelindung, dia juga bisa menjadi penyerang sekaligus.

Tetesan cairan hijau kental membasahi baju mereka. Tapi diabaikan, karena hal menjijikkan itu tak akan bisa mengganggu kemenangan mereka.

Hari itu, dipenuhi pertarungan sampai matahari terbenam. Para Skizoa itu tak ada habisnya, sebanyak itu juga kah manusia yang terkena gangguan jiwa di dunia ini?

Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah ada jawaban. Benar saja, sosok Skizoa akan terbentuk jika seorang manusia menyimpan penyakit hati. Dendam, amarah, kebencian, frustasi, kesedihan terlalu mendalam, dan rasa iri. Semua penyakit hati itu menjelma menjadi sosok makhluk yang mengerikan. Wajar saja jika begitu banyak Skizoa di hadapan mereka sekarang.

Tiba-tiba saja Seth mendengar teriakan dari kejauhan. "Seth, di belakangmu!"

Seth menoleh cepat, pikirannya buyar seketika saat melihat Skizoa yang sudah siap menyabetkan sabit ke arahnya. Secepat mungkin Seth mengelak, membuat Skizoa besar yang tadinya ia kendalikan oleng dan jatuh menimpa beberapa orang yang sedang bertarung.

Ia selamat, namun tidak dengan beberapa orang yang dihantam besarnya tubuh Skizoa berduri dengan tulang-tulang yang menonjol dari kulitnya yang keras.

Skizoa itu kepas kendali, dan kini Seth hanya bisa meringis dengan mata yang berair melihat dua orang temannya tertusuk tulang-tulang Skizoa itu. Dua temannya itu terkulai lemah, tulang itu menembus tubuhnya hingga sekarang saat Skizoa itu berdiri, tubuh itu juga ikut terbawa.

Semua orang berteriak histeris saat mengetahui dua orang dari mereka gugur. Tubuh itu mengeluarkan begitu banyak darah hingga menetes ke tanah.

Seth merasa begitu bersalah. Ia memejamkan kedua matanya, membiarkan ketenangan merasuki alam bawah sadarnya.

Lebih dalam.

Kini, Seth bisa merasakan dan membaca semua pikiran Skizoa yang akan ia hadapi. Begitu banyak, dan dia akan mengendalikan sebagain besar dari mereka.

Selang beberapa detik kemudian, mata Seth terbuka, bersamaan dengan beberapa Skizoa yang sekarang bergerak lincah membunuh satu sama lain. Cairan hijau berserakan di mana-mana. Semua dari Skizoa itu bertarung, dan setelah satu Skizoa membunuh Skizoa yang lain dia membunuh dirinya sendiri.

Kabut asap menyelimuti, karena begitu banyak tanah yang mengepul ke udara dan membuat pemandangan menjadi buram.

Hening seketika. Tak ada lagi raungan dan teriakan dari Skizoa termasuk pasukan yang berusaha melindungi kota. Semuanya hening.

Seth menghela napasnya, merasakan lapar yang begitu sangat di bagian perutnya. Dia menoleh ke arah matahari. Benar saja, matahari sudah setengah terbenam, itu artinya dia harus melakukan tugasnya selanjutnya.

Tanpa pikir panjang, Seth berlari ke arah belakang, mengambil banyak persediaan makanan dan memakannya dengan rakus. Tak lupa, Seth membawa sebuah tas berisi penuh makanan untuk dia konsumsi saat kelaparan.

Padahal, beberapa jam lalu dia sudah makan dan minum, namun karena menggunakan kemampuannya secara maksimal, rasa lapar kembali menghantuinya. Dia harus siap dengan banyak makanan dan bekal jikalau ingin memenangkan semua pertandingan.

Setelah mengambil makanan, dia berlari ke arah Teressa. Membantu gadis itu untuk berdiri. Tubuhnya dipenuhi luka, dan matanya sama saja. Tidak ada sama sekali cahaya dari sana.

"Seth, ke mana semua Skizoa?" tanya Teressa khawatir jika saja ada serangan lanjutan.

Seth memeluk Teressa. "Aku akan membawamu ke tempat yang aman terlebih dahulu."

Seth menarik tangan Teressa, sementara yang lainnya sudah mulai mencari teman mereka. Merasa pertarungan di utara telah selesai. Tidak diragukan lagi, kemampuan Seth benar-benar membuat pertarungan ini menguntungkan.

Setelah Seth dan Teressa sampai di bagian belakang barisan. Seth berhenti, lalu kembali memeluk erat tubuh Teressa. "Maafkan aku, tapi ... kau tidak akan bisa bergerak mulai dari sekarang," bisik Seth.

Tubuh Teressa seketika kaku, dia tak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Dia juga ingin berteriak, namun gagal. Sugesti dari Seth membuatnya benar-benar melakukan hal itu.

"Maaf, Teressa. Aku menyukaimu," lanjutnya.

Pelan tapi pasti, Seth mengarahkan wajahnya pada Teressa, memberikan satu kecupan manis di kening gadis itu. Tak beberapa lama kemudian, dia pergi, meninggalkan sudut utara yang mulai aman untuk sementara waktu.

Seth terus berlari, memebelah jalanan sepi dan perkotaan yang perlaha mulai hancur satu per satu. Beberapa bangunan sudah roboh, dan suara ribut terdengar dari arah lain. Yang dia tahu sekarang hanyalah kembali pada tujuan awalnya.

"Kau tak bisa pergi begitu saja, Seth." Sebuah suara berhasil menghentikan langkah Seth.

Dia tahu suara itu. Orang yang pertama kali mengajaknya dengan ramah memasuki dunia penuh fantasi itu. Orang yang dengan entengnya mengatakan jikalau kedua orangtuanya meninggalkannya. Orang yang menjadi pamannya untuk mengurus surat kepindahannya dari sekolah anak-anak normal. Orang yang juga menghilangkan ingatannya dan kedua orang tuanya.

"Johnson," lirih Seth pelan.

Johnson tersenyum. "Kau sudah yakin dengan pilihanmu sendiri?" ucapnya.

"Aku tahu kebenaran, Johnson. Kau hanya ingin menguasai pemerintahan Garret, bukan? Kau hanya ingin mengambil takhta dan mengorbankan begitu banyak manusia sekarang! Kau terlalu bajingan untuk dikatakan sebagai seorang manusia, Johnson."

"Seth!" Johnson berteriak memanggil namanya. "Aku jauh lebih mengetahui siapa pemerintah sekarang dibandingkan kau!" ujarnya berusaha tetap lembut.

"Kau bisa membohongi orang-orang di GT Academy, tapi tidak denganku. Menurutmu, setelah kau menghapus ingatan aku, ibuku dan ayahku, kau kira aku bisa percaya padamu? Aku beruntung karena Garret mau mempekerjakan kedua orang tuaku di pusat kota. Aku beruntung karena aku bertemu dengannya dan mengatakan kebenaran."

"Seth, jangan bilang kaulah dalang yang menjadi sebab banyak orang-orang bunuh diri untuk mendapatkan pasukan Skizoa sebanyak ini?" Suara Johnson sekarang terdengar bergetar.

Tak ada jawaban berarti dari Seth. Dia hanya tersenyum kecut.

"Kaulah yang membunuh semua orang, Seth! Kau ... kau ... mengendalikan pikiran orang-orang kota dan membuat mereka gila?!" bentak Johnson tak percaya. "Lebih tepatnya kau sekarang yang gila, Seth!"

Masih saja ucapan itu dibalas keheningan oleh Seth. Remaja itu malah memejamkan matanya, dia seolah-olah tak lagi mendengarkan perkataan itu. Sampai akhirnya, saat matanya terbuka, mata itu berubah menjadi merah bercahaya.

"Seth, jangan berbuat lebih kejam dari pada semua Skizoa itu!"

"Johnson, bunuh dirimu sendiri."

-oOo-

To be continued
Percayalah, ini baru permulaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro