Napas Seth yang menderu cepat menandakan jelas jikalau dia merasa terancam berada di hadapan Johnson. "Kau ke manakan orang tuaku!" bentak Seth emosi.
"Seth, dengarkan terlebih dahulu. Kau tak boleh langsung beranggapan Johnson adalah orang jahat karena dia yang menjemputmu ke Muxeuns!" halang Fuji Rin menahan tangannya.
Mata tajam Seth menusuk pandangan sejuk milik Johnson. Dia terus mengucapkan sumpah serapah dari mulutnya, karena dia sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orangtuanya. Johnson, adalah salah satu orang yang menjadi dalang dari hilangnya ingatan orangtuanya.
"Jelaskan apa lagi?" Emosi Seth semakin memuncak. "Jelas-jelas dia yang sudab membawa ibuku dan mengambil ingatanku serta kedua orang tuaku! Aku tak akan bisa memaafkan kau, Johnson!"
Teressa yang mendengar Seth emosi membantu Fuji Rin untuk menenangkannya. Dia menerbangkan benang-benangnya dan menahan gerak tubuh Seth agar tidak melawan.
"Teressa!" bentak Seth marah.
Teressa menggeleng. "Lebih baik kau dengarkan mereka terlebih dahulu, Seth. Aku tahu ada kejelasannya." Teressa menarik napasnya pelan. "Kita akan membantumu, dan mencari jalan agar dunia ini tak berakhir," lanjutnya.
"Sial! Kau terlalu dramatis!" Seth meludah ke sebelah kiri, berusaha lebih tenang, namun masih menatap Johnson dengan tatapan ingin membunuh. "Sudah kubilang tak ada manusia yang benar-benar baik di dunia ini."
Johnson yang sedari tadi merasa disudutkan maju ke depan. Dia mendekati Seth yang masih saja menatapnya penuh dendam. Sebenarnya, wajar saja anak remaja ini menyimpan begitu banyak dendam padanya. Karena dialah yang membuat Seth terjebak di dalam sini, dan membuat Seth menjauh dari kedua orang tuanya.
"Aku sangat mengenal Wren Christopher," lirih Johnson seketika membuat Seth terdiam menunggu kelanjutan kata-katanya. "Aku, dia, dan Fuji Rin, dan Dom Dom adalah teman baik."
"Kau bercanda?"
"Apa sudah membaca pikiranku? Apa aku bercanda?" Wajah Johnson sekarang hanya berjarak satu jengkal dari wajah Seth. "Aku selalu mengatakan kebenaran padamu, Seth. Termasuk saat aku mengatakan jikalau pemerintah hanya mengetahui jikalau kau bisa membaca pikiran saja." Johnson menjauh.
Di sisi lain, Simon mencoba memperhatikan. Menyimak jalan cerita, dan semua masalah yang sekarang dihadapu Seth. "Baiklah, kurasa aku belum mengerti. Aku akan menyimak dari sini," tuturnya.
"Aku tahu ayahmu yang dikenal sebagai pengendali otak manusia. Kemampuan yang berada di puncak rantai manusia." Dia menarik napas pelan, lalu mengembuskannya. "Kau Seth, juga memiliki kemampuan yang serupa, atau mungkin bisa lebih luar biasa dari apa yang orang tuamu miliki."
"Ba-bagaimana kau tahu? A-aku tak ingat sama sekali." Suara Seth terdengar serak sekarang. Dia tiba-tiba merasa ingin menangis.
Kilasan bayangan masa lalu yang sempat ia lupakan kembalu begitu saja bagai film pendek. Menyilaukan, membuat Seth langsung terduduk dan memegangi kepalanya yang semakin lama semakin sakit.
Tak lupa, Johnson terus merasuki pikiran Seth, mengambalikan ingatan-ingatan yang sempat ia ambil. Membuat Seth meraung kesakitan karena tak tahan dengan semua beban dan kilas cahaya lalu yang kembali ke kepalanya.
"Ibu!" teriak Seth histeris.
Dia mengingat itu, semuanya. Mulai dari masa kecil, sampai kenakalan yang sudah ia lakukan dengan kemampuannya. Sugesti dari Johnson beberapa bulan lalu saat mereka menuju GT Academy, membuatnya melupakan semua kenangan itu. Sekarang, Johnson mengembalikan ingatannya.
"Aku hanya tak mau pemerintah mengetahui kemampuanmu, dan memanfaatkanmu untuk menambah pasukan mereka memusnahkan manusia," tutupnya.
Simon yang mendengar kata memusnahkan manusia lantas langsung saja terpikirkan sesuatu. "Itu dia! Kami ke sini karena hal itu, kami ingin melaporkan hal itu pada Fuji Rin!"
"Bagaimana? Apa yang kau dapatkan?"
"Garret, kepala pemerintah akan melakukan serangan besar-besaran satu minggu lagi. Itu artinya ... mereka ingin memusnahkan semua manusia yang ada dan menambah pasukan mereka serta Skizoa yang ada," jelas Simon berapi-api.
Johnson dan Fuji Rin hanya mengangguk. "Akhirnya, ada orang-orang selain pasukan Putih yang mengetahui rencana terselubung dari para Skizoa menjijikkan itu."
"Tunggu, Garret adalah Skizoa?" Seth yang tak percaya lantas bertanya.
Anggukan dari Fuji Rin membuat keningnya berkerut. "Benar, dia adalah pimpinan Skizoa yang ada di Bryan City. Aku tak tahu pasti, yang jelas ... ada yang jauh lebih kuat daripada Garret yang menjadi pimpinan di sini."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Teressa yang mulai terlihat panik mulai angkat bicara. "Satu minggu itu bukan waktu yang lama, kita butuh persiapan!"
Johnson terdiam sejenak, dia mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi janggut tipis. Matanya menerawang ke langit-langit ruangan yang diterangi cahaya obor.
"Kau Simon, bukan? Dari mana kau dapatkan informasi itu?" tanya Johnson menunjuk Simon.
Simon mendekat sigap. "Aku menguping pembicaraan Grechiella Samoson yang waktu itu sempat berbicara di lorong gelap di dekat rumahku. Dia mengatakan ... jikalau dia adalah satu dari sekian Skizoa yang bisa menyamar menjadi manusia."
"Baiklah, kecurigaanku terhadap Ella memang benar. Dia yang selalu bisa memainkan emosi manusia, membuat senang, sedih, atau pun marah dengan alasan yang tidak jelas. Waspadai dia, jangan bersentuhan dengannya," ucap Johnson memperingati.
"Apakah kita harus memanggil semua pasukan Putih?" Fuji Rin bersiap untuk keluar, karena merasakan akan ada orang yang menjadi tamu perpustakaan berikutnya. "Akan ada tamu yang masuk ke perpustakaanku," lanjutnya.
"Benar, ini akan menjadi perang besar. Manusia tak bisa dimusnahkan, Bryan City dan kota kecil di sekitarnya harus tetap aman."
Fuji Rin menunduk singkat, lantas berlalu setengah berlari. Sementara itu, ketiga remaja itu masih saja berdiri di dalam dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
"Seth, aku percaya padamu. Semua keluargamu akan kembali saat Garret berhasil dijatuhkan."
-oOo-
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro