Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25 - [The Beginning]

Bunyi dicecit rem mobil terdengar, bersamaan dengan sebuah mobil yang berhenti tepat di depan sebuah bangunan tua yang begitu besar dengan tingkatan yang begitu tinggi. Rem mendadak itu menyisakan bekas roda mobil jalan depan bangunan, membuat penjaga yang berdiri di sana menggeleng-gelengkan kepalanya.

Beberapa siswa yang melihat itu dari bawah menghentikan aktivitas mereka, beberapa yang berdiri di lantas atas juga sampai menyempatkan diri untuk mengintip--melihat apa yang terjadi. Apalagi setelah melihat Simon yang berbadan besar, keluar dari pintu sopir dengan wajah panik.

Keluarnya Simon diiringi Seth, dan kemudian Teressa di bangku belakang. Mereka memasuki pintu dengan cepat, meninggalkan seorang pemuda dengan seragam kuningnya di dalam mobil. Wajahnya tegang, dan tangannya bergetar. Bisa dilihat jelas juga matanya tidak berkedip sama sekali. Ini pasti ulang anak-anak itu.

Beralih ke Seth, Simon, dan Teressa. Mereka memasuki sekolah, mengundang banyak tanya dan ekspresi mencurigakan dari semua orang. Padahal, seharusnya mereka tidak memancing perhatian begitu banyak seperti sekarang.

Langkah mereka terhenti, di depan sebuah pintu kuno tinggi yang dulu sempat beberapa kali mereka kunjungi. Secepat mungkin Simon membuka pintu itu, lantas langsung berhadapan dengan penjaganya. Seperti perencanaan sebelumnya, Fuji Rin bisa diajak bekerja sama.

"Hallo, Teressa, Simon? Dan ... Seth, bukan?" sapanya ramah, menurunkan kacamatanya agar orang yang jauh darinya bisa terlihat.

Senyuman Teressa membuat Fuji Rin ikut tersenyum. "Kek, kami ingin menanyakan sesuatu." Sadar dengan kata-katanya, Teressa kembali mengulangnya, "Ah, bukan. Maksudku ... kita ingin mengatakan sesuatu."

Fuji Rin langsung berjalan mendekati Teressa. "Benarkah? Katakan, apa itu?" tanyanya.

Tanpa pikir panjang, Seth maju selangkah. Mereka akan menerima resiko dikucilkan, atau dilaporkan oleh Fuji Rin. Hal yang paling penting sekarang adalah menceritakan semua kejadian yang telah mereka dengar dan ketahui. Setidaknya, jika sudah menceritakan, Fuji Rin bisa saja percaya dan mereka bisa melakukan gerak untuk menghancurkan semua rencana yang didengar Simon.

Fuji Rin menjadi penyimak yang baik, sesekali dia menanggapi dengan anggukan kecil tanda mengerti. Dari wajahnya terlihat begitu serius jikalau dia memang berusaha untuk memahami alur rumit yang diceritakan Seth. Saat semuanya selesai, Fuji Rin terdiam sejenak.

Beberapa saat setelah terdiam dalam keheningan. Dia berjalan, mengabaikan tatapan heran Seth dan Simon. Dia pergi tanpa mengatakan apa pun. Kemungkinan terburuk bisa saja terjadi sekarang.

Dia berjalan ke sebuah rak buku yang lumayan besar. Lantas menarik sebuah buku berwarna merah di atas rak. Buku itu ditarik, bersamaan dengan membaliknya rak itu hingga menampakkan sebuah ruangan yang belum pernah dilihat ketiganya.

"Apa itu?" tanya Simon kaget sedikit ngeri, karena suasana gelap di sana membuatnya semakin takut.

Pandangan Fuji Rin beralih pada Simon. "Ini adalah ruangan di kaki gunung tempat GT Academy ini dibangun. Hanya beberapa orang pilihan leluhur sebelumnya lah yang bisa memasukinya dan tahu kuncinya.

Wajah Teressa berubah sumbringah, walaupun dia tak bisa melihat bagaimana isi dari ruangan itu. Setidaknya dia bisa mendengar betapa bersejarahnya tempat itu. Kini, dia bisa memasukinya.

"Ayo, kita tak bisa membuang waktu!" ajak Fuji Rin.

Mereka semua bergegas masuk, dan setelah semuanya memasuki ruangan itu, pintu kembali berbalik meninggalkan mereka yang ada di sana dalam gelap gulita.

Fuji Rin melangkah terlebih dahulu, disusul Teressa, Simon, dan terakhir Seth. Mereka memperhatikan satu per satu patung-patung wajah pemimpin sebelumnya dari Gold Taksa Academy. Mata Seth melihat patung terakhir. Ya, namanya kalau tidak salah adalah Limont. Pimpinan dari GT akademi yang wajahnya hanya pernah dilihat Seth dari foto-foto di sekolah.

Dia belum pernah melihatnya langsung, berbicara atau berinteraksi dengannya. Meskipun mereka mengemban misi-misi berat, tetap saja bukan Limont yang memberikan mereka pekerjaan. Hanya Ave.

Tiba-tiba Fuji Rin berhenti, membuat Teressa yang tak bisa melihat apa-apa menubruknya. Padahal, dia sendiri menggunakan kemampuannya di sana, tapi terlambat menyadari karena fokus menelusuri sudut lain dari ruangan itu.

Fuji Rin berjalan ke tepian. Meraih sebuah kayu yang memiliki sumbu di atasnya. Saat obor itu berada di tangannya, seketika api di sana hidup, dan sekeliling mulai terlihat dengan penerangan seadanya. Seth, Teressaa, dan Simon dibuat kagum dengan ukiran-ukiran kayu detai di dinding sepanjang lorong. Di sana menggambarkan banyak kejadian dari awal adanya Skizoa sampai kejadian bersejarah terakhir.

Lorong itu berakhir saat terlihat setitik cahaya dengan sebuah ruangan yang lumayan besar ada di sana. Berisi rak-rak buku seperti layaknya sebuah perpustakaan. Hanya saja, perbedaannya kali ini adalah, di tengah-tengah perpustakaan melingkar itu, terdapat sebuah meja bundar yang di tengah-tengahnya terdapat kompas dengan jam yang berputar seiring berjalannya waktu.

"Ini gila!" seru Simon tak percaya.

Kekaguman mereka membuat ketiganya tidak menyadari, ada seseorang yang tiba-tiba saja muncul dari balik lemari buku. Ia mengenakan jas hitam dengan sepatu berkilau. Namun, wajahnya terkihat kusut, seperti tengah memikirkan banyak cara penyelesaian masalah.

"Selamat datang, Johnson," sambut Fuji Rin sopan.

Johnson tersenyum, menampakkan deretan gigi rapinya. Seth yang melihat penampakan itu sontak mundur ke belakang, dia lantas mengambil ancang-ancang menyerang, karena yang dia tahu laki-laki itulah yang membawa ibunya.

Fuji Rin yang melihat refleks Seth langsung mendekatinya. "Tenanglah, aku akan menjawab semua pertanyaanmu mulai dari sini."

-oOo-

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro