Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Kakak Kelas


Menurut Icha ada empat golongan kakak kelas. Golongan pertama, kakak kelas baik hati dan ramah. Kedua, kakak kelas sombong dan sok berkuasa. Ketiga, kakak kelas aneh dan mengganggu. Keempat, kakak kelas yang cuek dan pendiam.

Erlang masuk ke dalam golongan pertama sedangkan Ardo masuk golongan ketiga.

Entah kenapa akhir-akhir ini Icha lebih sering melihat cowok yang murah senyum. Bukan cowok dingin dan irit senyum seperti yang diceritakan di novel-novel sekarang. Tetapi senyuman Ardo dan Erlang itu berbeda. Senyuman Ardo mengandung unsur mengejek dan menjengkelkan, berbeda dengan Erlang yang senyumannya bisa menenangkan dan membuat bibir Icha ikut tersenyum.

Eh? Kok gue bandingin Kak Erlang sama Ardo si tengil itu sih?

"Emm, Cha? Lo dengerin gue nggak?" suara Erlang menyadarkan Icha dari pergulatan pikiran anehnya tadi.

"Eh, sorry. Denger kok, Kak." Icha cengengesan. Ia sedikit malu ketahuan tidak fokus saat Erlang mengajaknya bicara. "Soal bergabung dengan klub bahasa atau komunitas itu ... gue masih ragu, Kak. Maaf banget. Untuk saat ini aku belum berminat gabung dengan kelompok-kelompok seperti itu."

Erlang memperhatikan raut wajah Icha dengan saksama. "Kenapa lo ragu? Bukan karena dulu itu kan?"

Icha langsung mendongak menatap Erlang. Apa maksud Erlang berkata seperti itu?

Mengetahui tatapan Icha yang mulai berubah terhadapnya, Erlang cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. "Oh, nggak. Gue nggak bermaksud apa-apa. Mana hape lo?"

"Bu ... buat apaan, Kak?" tanya Icha bingung.

"Gue kasih nomor hape gue. Misalnya lo ingin gabung, lo tinggal hubungin gue. Oke?"

Icha mengangguk dan memberikan ponselnya pada Erlang.

Erlang mengetikkan sederet nomor, kemudian ia menekan tombol panggilan ke nomornya sendiri. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan segera menyimpan kontak nomor Icha.

"Itu nomor gue. Jadi kalau lo berubah pikiran suatu hari nanti, lo bisa telepon atau chat gue. Ehm ... mulai sekarang kita berteman kan? Jangan canggung ke gue. Gue masuk golongan kakak kelas yang baik kok. Gue cabut dulu. Bye, Icha."

Horor. Ini cowok tahu isi pikiran gue kali ya?

"Iya, Kak. Thanks."

Erlang melambaikan tangannya dan menghilang di kerumuman anak-anak kelas 11 yang mulai bergerombol menuju kantin. Tiba-tiba saja Meta menepuk pipi Icha dan mencubitnya hingga Icha meringis kesakitan.

"Cie ... yang disamperin kakak kelas tampan. Setelah Kak Ardo, sekarang ganti Kak Erlang. Keren lo, Cha. Terkenal juga ya temen gue ini." Meta menyenggol lengan Icha. "Oh, ya. Gue denger Kak Erlang itu ketua klub bahasa ya, Cha?"

"Kayaknya sih, gitu," jawab Icha cuek. Sebenarnya Icha malas untuk mengikuti semacam komunitas seperti itu. Selama setahun ini, Icha memang sengaja tidak mengikuti ekstrakurikuler ataupun bergabung dengan klub-klub tertentu. Itu karena ... suatu hal yang enggan Icha bicarakan. Meski ia selalu memikirkannya setiap saat.

--**--

"Reaksi lo cuma diem aja gitu waktu Erlang deketin gebetan lo?" lagi-lagi Roni merecoki Ardo.

Lama-lama Roni sudah mirip dengan Ratna si tukang gosip di kelas mereka. Sok tahu dan tingkat keingintahuannya itu sudah overdosis.

Ardo melirik Roni dengan tajam. "Mulut lo gue kasih bubuk cabai baru tahu rasa ya, Ron. Siapa yang bilang Icha gebetan gue?"

"Anak-anak sekelas nganggepnya kayak gitu," sahut Umar yang asyik mengunyah bakso.

"Nah, bener apa kata Umar. Semua orang yang lihat tingkah lo tuh pasti berpikiran kayak gitu, Do. Terus apa tujuan lo kalau bukan mau deketin Icha?" pertanyaan dari Roni membuat Ardo malas untuk menyantap siomay yang baru dimakannya sedikit.

Ardo diam sejenak. Cowok itu seolah sedang berpikir keras. Haruskah ia memberitahu tujuannya mengerjai Icha pada Roni dan Umar? Tidak. Mungkin bukan sekarang.

"Gue punya alasan tertentu," jawab Ardo.

"Alasannya?" Roni kembali mendesak Ardo.

"Ya, ada pokoknya."

"Cih, main rahasia-rahasiaan. Sok drama dia, Ron." Umar meminum es tehnya dengan cepat. Cowok berambut keriting itu sedikit merasa kesal dengan sikap Ardo.

Ardo hanya tersenyum simpul dan kembali melahap siomaynya yang sudah terabaikan sejak tadi. Ardo justru teringat cilok Mang Ujang. Ia tidak sabar menunggu Icha membelikan cilok itu untuknya.

--**--

Pelajaran yang dibenci Icha adalah Matematika, dan pelajaran yang paling disukai Icha adalah Bahasa Inggris. Ia pernah berpikir ingin menjadi seorang penerjemah novel-novel Bahasa Inggris. Atau ia bisa menulis cerita-cerita dongeng dalam Bahasa Inggris. Semua itu adalah mimpi Icha yang sekarang. Karena mimpinya yang dulu dan sekarang sudah berbeda.

"Kalau  disuruh milih antara Kak Ardo atau Kak Erlang, lo milih siapa, Cha?" lagi-lagi pertanyaan tidak penting muncul dari mulut Meta.

Icha melirik Meta sekilas. "Gue milih Park Bo Gum," jawab Icha cuek. Pelajaran Bahasa Inggris yang diajar oleh Miss Wenny masih berlangsung. Memang Miss Wenny tidak segalak Bu Susi, tetapi tetap saja mengobrol disaat pelajaran masih berlangsung itu namanya kurang ajar.

"Ngawur. Gue nanya serius. Kesempatan langka, Cha. Lo dideketin dua orang cowok kakak kelas pula. Kalau nggak nyangkut salah satu, kan sayang."

"Lo kira apaan nyangkut? Udah, ah. Perhatiin pelajaran ya, Meta sayang!"

Meta mendengkus kasar. Usahanya untuk menggoda Icha gagal total. Cewek itu justru berkonsentrasi penuh menyimak apa yang sedang dijelaskan oleh Miss Wenny di depan kelas.

--**--

Bel pulang baru saja berbunyi nyaring membuat siswa-siswi SMA Tunas Bangsa bersorak dan berebut untuk keluar dari kelas. Tak terkecuali Icha, cewek itu cepat-cepat memasukkan semua buku dan peralatan tulisnya.

"Ayo, Met. Lo mau temenin gue beli cilok Mang Ujang, kan?"

Meta mengangguk semangat. "Iya, gue temenin. Sekalian gue beli juga. Penasaran seenak apa sih sampai Kak Ardo segitu ngefansnya. Ayo, cabut!"

Icha dan Meta berjalan bersisian. Tanpa mereka ketahui seseorang sedang mengawasi mereka. Bukan, tepatnya mengawasi Icha.

"Woi, Erlang. Gue cariin juga. Jadi rapat kan kita hari ini?"

Cowok yang sejak tadi berdiri mengawasi Icha itu menoleh ke arah suara yang mengagetkannya. "Hem, jadi. Ayo ke ruang klub."

Sesekali Erlang masih menoleh ke arah Icha berjalan.

--**--

Icha menghentikan motornya tepat di gang perumahan dekat dengan sekolah. Ia dan Meta menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sesosok penjual cilok yang bernama Mang Ujang. Seketika itu juga ada tukang cilok yang mendorong gerobaknya dengan berteriak 'Cilok! Cilok!'

"Itu pasti Mang Ujang, Met." Icha menunjuk satu-satunya tukang cilok yang ada di gang perumahan itu.

"Oke. Kejar, Cha," teriak Meta dari belakang Icha. Mereka berdua berboncengan menggunakan motor Icha. Sedangkan motor Meta ditinggal di parkiran sekolah.

Tadi Icha sudah datang ke kelas Ardo dan mengatakan agar cowok itu menunggunya di gerbang sekolah.

"Mang Ujang, ya?" tanpa basa-basi Icha langsung bertanya pada penjual cilok itu.

"Eh, kok si Neng tahu?" tanya Mang Ujang balik.

Seperti biasa, Icha cengengesan. "Iya, tahu aja Mang. Kalau gitu saya beli cilok satu bungkus. Paling pedes sekalian ya, Mang." Icha tersenyum iblis. Membayangkan Ardo kepedesan langsung membuatnya bahagia tiada tara.

"Satu bungkus lagi, Mang. Nggak pedes." Tak lupa Meta juga ikut pesan cilok. "Lo nggak beli, Cha?"

Icha menggeleng. Ia memang tidak pernah memakan makanan yang bernama cilok.

Tiba-tiba ponsel Icha berdering dengan lagu Perfect milik Ed Sheeran. Cewek itu segera mengambilnya dari dalam tas dan berdecak kesal ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Oma Ambar calling...

"Iya, Oma."

"Sudah pulang sekolah?" suara Oma Ambar terdengar tegas dan keras.

"Belum," jawab Icha ragu. Ia paling malas jika Oma Ambar sudah bertanya seperti itu. Sebentar lagi Oma pasti akan tiba-tiba muncul di sekolahnya.

"Tunggu di sana. Oma jemput kamu sekarang." Beep. Sambungan telepon dimatikan. Icha mengerang kesal.

"Kita balik ke sekolah sekarang, Met," ucap Icha lesu.


---------

Rabu ceria bersama Icha dan Ardo... eh satu lagi ada Erlang. Hihihi... semoga kalian nggak pernah bosan untuk menunggu ceritaku yah. 

Perjalanan BWM Batch 2 masih panjang. Dan minggu ini sudah memasuki bab 8 nih. Apa harapan kalian untuk cerita-cerita di BWM Batch 2? Ada yang nyantol banget di hati kalian nggak? Hohoho. Semoga Ardo menjadi salah satu yang nyantol di hati kalian yah. Eaaaakk...

Oh ya, ada quotes-quotes  dari cerita2 BWM Batch 2 keren di akun instagram Bentang Pustaka. Jangan lupa intip2 yah.


See you next chapter...


Xoxo,

AprilCahaya


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro