Bab 5
Memerlukan waktu kurang lebih satu Minggu bagi Khaelia untuk berpikir. Ajakan Carter sangat menggodanya. Ia memang menyukai kemesraan yang dilakukannya bersama Carter, ingin mengulang lagi dan lagi, tapi kalau berkelanjutan dalam batas yang sudah sangat intim, Khaelia tidak tahu apakah bisa melakukannya atau tidak. Terlebih Carter menekankan tidak boleh ada hubungan asrama, tidak boleh melibatkan perasaan, dan segala macam peringatan tentang cinta. Berarti saat melakukan sex sekalipun murni karena kebutuhan tubuh.
"Sebagai submissive kamu dilarang menolak perintahku. Apapun yang aku inginkan harus kamu turuti. Tidak ada pemaksaan Khaelia, kamu berhak menolak dan aku tidak akan sakit hati."
Meskipun Khaelia sangat menyukai Carter tapi ajaka untuk hubungan sex seperti ini adalah hal baru untuknya. Bagaimana kalau ia tidak bisa memenuhi ekpektasi laki-laki itu? Bagaimana kalau perjanjian baru berlaku satu bulan dan akhirnya Carter kecewa? Apakah itu berarti sang mama berhenti mendapatkan bantuan. Dalam hati Khaela memaki diri sendiri, menggunakan nama sang mama untuk mendapatkan laki-laki yang diinginkannya. Setiap kali mereka berciuam, Khaelia merasa kalau dirinya makin suka dan suka. Sayangnya rasa sukanya terlarang untuk diungkapkan.
"Aku memberimu nomor ponsel pribadiku. Hubungi aku kalau kamu sudah siap dengan keputusanmu."
Sungguh tidak disangka kalau Khaelia menghubungi Carter demi sang mama. Suatu siang sang mama tersedak dan kondisinya tidak stabil. Dalam keadaan panik, tidak ada orang di rumah yang mengerti bagaimana cara menangani. Khaelia yang putus asa memutuskan untuk meminta bantuan Carter, tanpa banyak kata laki-laki itu membantu. Ambulan datang menjemput dan membawa Khaelia dan mamanya ke rumah sakit terdekat. Setelah hari itu, dokter memutuskan agar sang mama tetap berada di rumah sakit dengan pengawasan dokter.
"Rupanya, nasibku sudah ditentukan," gumam Khaelia menatap sang mama yang terbaring di ruang ICU.
Paman, bibi, dan Mila datang menjenguk. Hal pertama yang mereka tanyakan adalah dari mana Khaelia mendapatkan uang untuk merawat sang mama. Tanpa basa basi ia menjawab lugas.
"Asuransi, perusahaanku yang sekarang menanggung asuransi karyawa dan keluarganya."
Mila menyipit. "Enak sekali. Apa nama perusahaanmu, barang kali aku bisa kerja di sana juga. Kalau gajinya bagus."
Khaelia tidak menanggapi perkataan sepupunya, memilih diam karena tidak ingin membuat keributan. Setelah keluarganya pergi, ia duduk di teras rumah sakit, memejam sesaat sebelum mengirim pesan pada Carter.
"Tuan, saya siap menjadi submissive."
Lama tidak ada balasan, mungkin Carter sedang tidur. Kebetulan ini hari Sabtu, dan tidak ada pekerjaan di kantor. Menjelang pukul enam, balasan yang diharapkan Khaelia datang.
"Datang ke toko Unrosed. Aku sudah pesankan kostum untukmu. Minta atas nama Cara. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Cara."
Khaelia yang penasaran arti nama Cara, mencari di internet dan tertegun. Berasal dari bahasa Italia yang artinya sayang. Tanpa sadar ia tersenyum. Bangkit dari kursi dan berpamitan pada perawat untuk pergi ke toko Unrose. Ia mengirim foto pada Carter setelah mendapatkan barang-barang itu.
"Bagus, kamu simpan dulu. Nanti kapan dan di mana kamu memakainya, tunggu perintahku."
Selama beberapa hari berikutnya Khaelia mendapatkan dispensasi waktu kerja. Bisa pulang lebih awal satu jam untuk menjaga sang mama. Selama itu pula Carter tidak pernah mengajaknya berciuman, keduanya bekerja dengan tekun. Setiap hari Bosman datang untuk rapat, dan sekarang Khaelia dilibatkan untuk mencatat.
"Proyek taman bermain sudah selesai sekitar sembilan puluh persen, Tuan. Kalau tidak ada aral melintang, dalam enam bulan kedepan sudah bisa beroperasi."
"Bagaimana dengan wahana permaiannya?"
"Sudah siap semua. Sepuluh persen yang tersisa untuk memoles bagian kantor, dapur, serta area penjualan makanan dan souvenir."
"Baiklah, sepertinya aku harus berkunjung ke sana sebelum beroperasi."
"Itu akan sangat baik Tuan."
Sepanjang bekerja dengan Carter, ada banyak hal baru yang dipelajari Khaelia. Bukan hanya tentang mencatat tapi juga belajar bagaiman negosiasi dengan klien. Sejauh ini tidak ada yang bisa menolak permintaan Carter, apa pun itu. Khaelia sendiri merasa lemah menghadapi laki-laki itu.
Pulang bekerja, Khaelia tidak lagi ke rumah bibi dan paman melainkan ke rumah sakit. Ia menyewa satu kamar kecil di dekat rumah sakit, dengan begitu bisa berjalan kaki saat berkunjung. Para perawat dan dokter yang merawat sang mama mengira kalau pekerjaan Khaelia ada pramutamu di bar dan ia tidak menyanggah. Tidak peduli apa pun yang dikatakan orang tentang pekerjaannya. Mereka tidak perlu tahu apa pun tentang hidupnya.
Sabtu siang pukul lima, Carter mengirim pesan. Meminta Khaelia datang ke hotel yang alamatnya dikirim lewat pesan.
"Pakai semua kostum yang kamu ambil dari Unrosed. Kalau tidak mengerti cara memakainya, mereka ada nomor layanan pelanggan untuk bertanya."
"Baik, Tuan!"
Khaelia menyewa perawat paruh waktu untuk membantu mengawasi sang mama selama dirinya tidak ada. Beralasan harus ke luar kota untuk bertugas, ia berani membayar sedikit mahal. Berdiri di depan cermin dalam keadaan telanjang dalam kamar kosnya yang sempit, Khaelia mencoba pakaian satu per satu. Dimulai dengan G-string merah, lalu sepatu hak tinggi dengan stoking mencapai pangkal paha. Ada mawar dari kain satin di ujung stoking. Ia memakai dengan sedikit kesulitan dan saat selesai, menatap bayangannya sambil tertegun.
Tidak ada lagi Khaelia yang lugu dengan kemeja dan rok selutut. Yang berdiri di depan cermin perempuan muda yang sexy dengan dada menyembul serta kemaluan ditutup kain segitiga mini. Tubuhnya seluruhnya terlihat, kecuali puting dan vagina. Ia menghela napas panjang, menepuk lembut dadanya. Berusaha menguatkan diri untuk tidak goyah. Menutupi penampilannya dengan jas hitam panjang hingga ke pertengangan paha, dan menali dengan erat. Pakaian sexynya tertutup sempurna. Khaelia menyetop taxiu dan meluncur ke Vermonte Hotel.
Taxi berhenti di depann lobi hotel bintang lima yang megah dan mewah. Entah kenapa Khaelia tidak merasa aneh saat Carter memintanya datang ke tempat ini. Semua hal yang berhubungan dengan laki-laki itu memang dipenuhi kemewaham. Ia menunjukkan pesan dari Carter pada resepsionis. Seorang bell boy mengantarnya langsung ke kamar Carter yang berada di lantai lima. Menyusuri lorong berkarpet tebal yang sunyi, dada Khaelia berdebar keras dengan jantung berdetak kencang. Tiba di depan pintu, ia memencet bel dan Carter sendiri yang membukanya.
"Selamat datang, Cara."
Khaelia menyunggingkan senyum dan melangkah malu-malu. Menatap ruangan luas dengan ranjang, sofa, serta lemari besar. Ia pernah datang ke hotel tapi tidak sebesar dan semewah ini dengan jendela kaca menghadap langsung ke pemandangan kota.
"Minumlah, kamu pasti haus."
Tanpa banyak tanya Khaelia menyesap minuman berbuih serta dingin dalam gelas tinggi yang diberikan Carter padanya. Hampir tersedak saat menyadari kalau minuman itu adalah alkohol.
"Tuan, minuman apa ini?"
Carter menaikkan sebelah alis. "Sampanye. Kamu belum pernah minum?"
"Belum, Tuan."
"Kalau begitu sesap perlahan, jangan buru-buru dan biarkan kehangatan masuk ke tubuh. Duduklah yang nyaman di sofa saat minum."
Khaelia menuruti semua perintah Carter. Duduk di sofa dan menyesap sampanyenya hingga habis. Meskipun tidak menyukai rasanya tapi tidak berani menolak. Carter pun menandaskan satu gelas dan saat gelas kedua dikosongkan olehnya, Khaelia merasa tubuhnya panas dan kepalanya ringan.
"Tuan, boleh buka jas? Gerah sekali."
Carter menggeleng. "Tidak! Biar aku yang membantumu membukanya. Ayo, berdirilah menghadap dinding. Aku ingin melihatmu telanjang sambil mengamati pemandangan kota."
Bulu kuduk Khaelia meremang saat melangkah perlahan mendekati dinding kaca. Ia meneguk ludah, menunggu dengan debar di dada yang menggila. Apa yang akan dilakukan Carter padanya?
"Kamu merasa gerah?" Carter berbisik lembut, memeluk Khaelia dari belakang.
"Iya, Tuan."
"Kalau begitu, aku akan membantumu agar lebih nyaman."
Carter mengangkat rambut Khaelia dan melayangkan kecupan di pipi. Jemarinya turun ke pinggang dan membuka pengait. Dalam sekejap, jas membuka dan tubuh Khaelia terpapar pendingin ruangan. Carter melemparkan jas ke atas sofa, menangkup dada Khaelia yang membusung dari belakang dan menciumi leherenya.
"Sebagai permulaan, aku akan bersikap layaknya kekasih, Cara. Kamu tidak perlu banyak berpikir, hanya mengikuti kata-kataku."
"Iya, Tuan."
"Gadis baik, buka pahamu dan biarkan jariku menyentuhmu."
Khaelia membuka pahanya sedikit, menggigit bibir saat jemari Carter menyelusup masuk ke dalam celana. Ia mendesah dan napasnya berat seketika saat jemari itu mengusap serta membelainya dengan lembut. Khaelia ingin dicium tapi Carter sepertinya tidak ingin melakukannya. Bibir laki-laki itu justru sibuk mengecup serta menggigit lehernya.
"Kamu takut?" tanya Carter di antara belaian memabukkan di vagina Khaelia.
"Se-dikit, Tuan."
"Wajar, karena kamu masih perawan bukan?"
Khaelia mengangguk lalu mendesah saat satu jari Carter masuk ke dalam lubang sensitif di pangkal tubuhnya. Carter menekuk tubuh Khaelia, meletakkan tangan gadis itu bertelekan pada dinding sementara jarinya bekerja. Ia suka dengan area intim yang hangat dan makin lembab seiring sentuhannya. Erangan Khaelia pun sungguh menyenangkan untuk didengar. Benar-benar erangan murni penuh gairah dan tanpa kepura-puraan. Carter mendesah saat merasakan kejantananya menegang dengan hebat. Ia menghentikan gerakan jarinya untuk membuka pakaian dan celana. Dalam sekejap berdiri telanjang dengan kejantanan yang menegang.
Menegakkan tubuh Khaelia dan membalikkannya hinggi kini saling berhadapan. Khaelia terbelalak, saat pandangannya tertuju pada kejantanan Carter. Baru pertama kali ia melihat alat kelamin laki-laki begitu jelas dan tanpa sadar meneguk ludah.
"Kalau kamu sudah selesai dengan apa yang kamu lihat, sekarang gantian aku melihatmu. Lepaskan celana dan bra, biarkan stoking serta sepatunya."
"Ya Tuan."
Dengan jari gemetar, Khaelia melakukan perintah Carter. Saat ini ia bukan sekretaris melainkan submissive sedangkan laki-laki telanjang di depannya adalah dominant. Sudah terlambat untuk berhenti serta berbalik arah.
.
.
Cerita panas ini sudah bab 20 di Karyakarsa
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro