Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4

Khelia sedang melintasi lobi yang hari ini cukup ramai saat ponselnya bergetar. Ada notifikasi yang tidak dikenalnya dan ternyata pemberitahuan uang masuk. Ia terbelalak karena tidak menyangka gajinya akan sebesar ini. Hampir lima kali lipat dari gaji di perusahaan terdahulu. Ia sudah tahu gajinya besar, kisaran belasan juta tapi ternyata lebih dari itu. Tanpa sadar ia tersenyum, mengepalkan tangan dan melontarkannya ke udara.

"Yes!"

Beberapa pegawai yang berpapasan dengannya menatap curiga, Khaelia hanya mengangguk kecil pada mereka. Sedikit heran karena lobi lebih ramai dari biasa. Apakah karena hari gajian semua orang memutuskan untuk pulang lebih lambat. Bersama beberapa perempuan muda, ia mengantri lift. Mendengar mereka bercakap tentang lembur dan turun hanya untuk membeli makan malam.

"Departemen pemasaran memang paling sibuk di awal bulan." Gadis bertubuh kurus bicara sambil mencebik.

"Kita dituntut untuk selalu memenuhi target." Temannya yang berkacamata menimpali.

"Malam Minggu besok aku nggak mau lembur. Udah gajian, mau jalan-jalan dan bar!" Kali ini yang bicara adalah gadis berwajah tirus dengan kulit paling putih serta rambut pirang. Rencananya membuat teman-temannya menoleh iri.

Khaelia merogoh tas, nam tagnya terjatuh dari genggaman. Ketiga perempuan itu menatapnya seketika dengan pandangan bertanya-tanya.

"Name tagmu beda dengan kami. Kamu kerja di lantai berapa?" Si gadis berambut pirang bertanya pada Khaelia.

"Lantai sepuluh," jawab Khaelia. Menyadari kalau name tagnya berbingkai merah sedangkan para pegawai lain biru.

"Hah, lantai para eksekutif? Kamu kerja dengan Pak Bosman?" cecar gadis itu.

Khaelia mengangguk, dan menjawab ramah. "Iya, cleaning service di lantai sepuluh."

Dengkusan keras dengan tatapan mencibir tertuju pada Khaelia. Salah seorang dari mereka, gadis berambut pirang bahkan terang-terangan melayangkan tatapan menghina.

"Aku pikir kamu istimewa, ternyata hanya cleaning service."

Mereka terkikik bersamaan, sebelum masuk ke lift. "Tadinya aku iri tapi sekarang nggak jadi."

"Iyalah, staf marketing dibandingin cleaning servive. Yang benar aja?"

Saat Khaelia ingin menyusul mereka masuk ke lift, langkahnya tertahan.

Si Pirang berteriak. "Jangan ikut ke atas sama kita. Lift sebelah aja! Ada tuh khusus cleaning service, tangga darurat!"

Mereka tertawa terbahak-bahak saat pintu lift menutup, membuat Khaelia terdiam kehabisan kata. Tidak menyangka di jaman modern seperti sekarang masih ada orang yang membedakan status sosial berdasarkan jenis pekerjaan. Apakah semua pegawai di sini sama atau hanya mereka bertiga saja? Khaelia naik ke lift sebelah dengan murung, merasa sangat terhina dan tidak dihargai. Namun saat teringat akan gaji yang diterimanya, senyum merekah di bibir. Terserah apa kata mereka yang terpenting ia punya gaji besar.

Tiba di ruangan Carter belum terlihat. Khaelia menyalakan komputer, mesin espresso, serta merapikan dokumen. Banyak email yang harus dibalas, Khaelia mengecek pekerjaannya satu per satu dan membuat jadwal tele conference dengan cabang di India. Pintu membuka, Carter muncul dengan tas hitam di tangan.

"Selamat malam, Tuan."

Carter mengangguk. "Coffe please!"

Dengan cekatan Khaelia membuat satu cangkir kopi panas, meletakkan ke atas meja Carter. Bosman datang dan mereka membicarakan tentang situasi kantor serta urusan yang terjadi siang ini. Membahas juga tentang departemen marketing serta target yang belum tercapai. Setelah membacakan laporan selama satu jam, Bosman keluar sambil melambai ke arah Khaelia.

"Khaelia, aku pulang dulu!"

"Selamat malam, Pak Bosman. Selamat beristirahat."

Sapaan Khaelia membuat Carter mengernyit. Ia meminta Khaelia mendekat ke mejanya dan bertanya. "Kenapa kamu kelihatan senang malam ini?"

"Tuan, terima kasih untuk gajinya. Sungguh tidak disangka, sangat besar sekali."

"Kamu bekerja dengan baik dan juga tidak menolaj saat lembur. Apa rencanamu dengan gaji itu?"

Khaelia terdiam sebentar dan mulai membuat daftar. "Membeli obat mama, memanggil dokter, membeli pakaian kerja biar terlihat lebih modis, Tuan."

"Mamamu sakit parah?"

"Iya, Tuan."

"Kamu bekerja untuk mamamu?"

"Benar sekali."

"Berarti kamu membutuhkan banyak uang?"

"Bisa dibilang begitu, karena harapan satu-satunya mama hanya saya, Tuan. Kami tidak punya keluarga lain yang bisa membantu."

Carter terdiam sesaat, menatap Khaelia yang menunduk. Menarik tangan gadis itu hingga tubuhnya yang sintal terjatuh ke atas pangkuannya. Khaelia tidak kurus seperti gadis kebanyakan yang terlihat hanya tulang saja, melainkan berlekuk di tempat yang pas. Paling menonjol adalah dadanya yang cukup besar dan menggoda untuk disentuh.

"Kamu belum menciumku hari ini."

Permintaan Carter membuat Khaelia tersenyum, memberanikan diri mendekat dan mengecup bibir sang boss. Satu kecupan ternyata tidak memuaskan, Khaelia mencoba mengulum lembut dan kali ini bertindak lebih jauh dengan melumat dengan panas. Ia bahkan lupa di mana posisinya duduk, sampai merasakan jemari Carter mengusap pinggang.

Udara yang dingin menjadi hangat karena ciuman mereka. Decak lidah dan bibir berbaur hingga napas mereka terdengar keras. Hasrat naik seiring bibir yang bertaut. Khaelia tidak mengelak saat jemari Carter merayap naik dan kini mengusap dadanya. Pertama kalinya mereka sejauh ini, biasanya sentuhan Carter hanya sampai di pinggang saja.

"Dadamu sangat sexy, Khaelia. Aku menyukainya," bisik Carter di antara ciuman.

Khaelia sendiri suka semua yang ada dalam diri Carter, bibir, lidah, wajah, serta suaranya yang sexy. Laki-laki tampan dan mapan, sempurna dalam segala hal yang mudah sekali membuat dirinya bergairah untuk berciuman. Jemari Carter menyelusup masuk dari bawah kemeja untuk meremas dada Khaelia yang menegang. Ia mengerang tanpa tahu malu saat pikirannya mengatakan, kemeja yang dipakainya sekarang adalah penghalang terbesar untuk kemesraan mereka. Sama seperti saat dimulai, Carter mengakhiri ciuman mereka dengan tiba-tiba. Mengusap bibirnya dan menegakkan tubuh Khaelia.

"Kamu butuh dana untuk mengobati mamamu?"

Pertanyaan yang diulang membuat Khaelia bingung. "Iya, Tuan."

"Aku bisa memberikan perawatan yang terbaik bagi mamamu tapi tidak gratis."

Khaelia mengedip bingung. "Maksudnya bagaimana, Tuan?"

"Ada harga yang harus dibayar untuk setiap hal, Khaelia. Aku akan membantumu tapi menginginkan imbalan darimu. Apakah kamu bersedia?"

Khaelia kebingungan karena tidak mengerti imbalan apa yang diinginkan oleh Carter. Apakah selain ciuman, laki-laki itu menginginkan hal lain? Darahnya mungkin? Karena seingatnya dia diterima bekerja di sini salah satu alasannya karena golongan darah.

"Tuan, kalau boleh tahu apa syaratnya?"

"Kamu kerja dulu sekarang, nanti aku akan beritahu di penghujung jam kerja. Saat istirahat, bisa pesankan aku makanan berat? Hari ini aku tidak makan malam."

Khaelia membungkuk. "Baik Tuan."

Kembali ke mejanya sambil merapikan kemeja dan rambutnya, Khaelia memfokuskan diri pada pekerjaan meskipun sulit melakukannya. Setelah ciuman yang panas, disertai tawaran yang menggiurkan. Siapa yang bisa fokus bekerja? Namun begitu Khaelia mencoba tetap bekerja secara profesional. Menghela napas panjang dan mulai bekerja. Pukul sebelas, Carter mengeluh lapar. Khaelia memesan makanan berupa spagetti, salad, dan serta beberapa dessert. Tidak lupa pizza ukuran kecil untuk sang tuan. Ia turun langsung ke lobi untuk mengambil makanan. Petugas jaga pintu saat malam sudah mengenalinya.

Selesai makan, Carter menyodorkan map putih pada Khaelia yang menerima dengan bingung. "Bacalah dan pelajari dengan seksama. Ini akan mengubah hidupmu. Seperti yang aku bilang, aku akan membantumu dengan catatan kamu harus menurutiku. Di dalam dokumen tertulis jelas, kalau kontrak kita sebagai tuan dan budak. Aku adalah dominant dan kamu submissive. Tidak ada pemaksaan untuk melakukannya. Terserah padamu Khaelia."

Khaelia menahan napas, membaca poin demi poin yang tertulis dalam perjanjian kerja sama. Kalau ia setuju akan menjadi budak bagi Carter. Melakukan semua yang diinginkan laki-laki itu, tanpa bantahan, termasuk soal sex. Mampukah Khaelia melakukan hal seperti ini? Menjadi budak sex seorang laki-laki?
.
.
.di Karyakarsa update bab 20.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro