Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

Warning : Adult roman story 21+

Nama kota itu adalah Devil Town, tidak ada yang tahu bagaimana asal muasal nama itu diberikan. Kota iblis yang bagi banyak penduduknya memang perpaduan surga bagi orang kaya dan neraka bagi mereka yang tiak punya apa-apa. Devil Town merupakan kota besar dengan gedung tinggi dan jalanan tersibuk, berpenduduk sangat padat dengan biaya hidup tinggi. Kota yang tidak pernah tertidur, selalu terjaga dengan berbagai aktivitas warganya. Terutama di wilayah Soul Hills yang terkenal dihuni para pesohor serta pejabat. Mobil mewah terparkir di setiap garasi, luas rumah mencakup lapangan golf mini, landasan helipad, serta kolam renang di lantai paling atas. Ada banyak penjaga di gerbang yang membuat tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya.

Berada di belakang Soul Hills, adalah kawasan Black Street yang merupakan perumahan bagi warga miskin atau berpendapatan rata-rata. Rumah-rumah kecil dengan gang sempit di mana satu sama lain bisa saling mendengar percakapan. Seakan tidak ada rahasian di Black Street, setiap jam selalu ada pertengkaran, gesekan antar warga, disertai tangisan anak kecil dan desahan orang bercinta. Tidak ada yang merasa aneh atau terganggu dengan itu semua, masyarakat di sana menganggap itu hal biasa.

Khaelia adalah penguni Black Street sudah hampir lima tahun ini. Dulu dirinya dan kedua orang tuanya bertempat tinggal di pinggiran kota yang tidak terlalu padat dengan kehidupan yang bisa dibilang cukup baik. Sampai akhirnya kecelakaan menimpa kedua orang tuanya. Sang papa meninggal dan mamanya berbaring lemah dengan napas yang disangga dengan alat-alat. Karena mahalnya biaya pengobatan, Khaelia terpaksa menjual rumah dan aset lainnya lalu pindah ke rumah adik sang mama.

Bibi dan suaminya punya satu anak perempuan yang lebih muda beberapa tahun dengan Khaelia. Meskipun tidak pernah akrab dengan sepupunya tapi ia menghargai paman dan bibinya. Mereka mengandalkan pemasukan dari membuka toko kelontong. Selama ini orang tua Khaelia yang membantu kehidupan mereka dan di saat seperti ini, keduanya yang membantu meskipun dilakukan dengan enggan dan menggerutu. Khaelia yang baru saja selesai menempuh pendidikan perguruan tinggi memutuskan untuk bekerja dan pendapatannya diberikan pada sang bibi untuk biaya pengobatan sang mama. Sampai akhirnya terjadi masalah dan Khaelia berhenti dari pekerjaannya di sebuah perusahaan plastik.

"Bisa tidak kamu kerja malam? Toko tutup jam enam, bibi dan paman akan rawat mamamu saat malam, dan siangnya kamu bisa berjaga di rumah. Dengan begitu kita bisa berhemat untuk tidak menyewa perawat."

Menuruti saran sang bibi, Khaelia mendaftar untuk semua lowongan pekerjaan malam. Dari mulai restoran, bar, hingga perusahaan multinational. Terkejut saat lamarannya diterima salah satu perusahaan besar. Awalnya ia heran karena perusahaan besar itu mencari sekretaris untuk bekerja malam hari. Apakah begitu sibuknya hingga pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam?

"Anda diharapkan untuk datang ke perusahaan pada Senin malam, pukul sembilan belas dengan membawa nomor ID yang tertera di email ini."

Khaelia tidak percaya dengan keberuntungannya. Capital Group mempunyai banyak anak perusahaan, salah satunya adalah PT. Macrofood, di mana Khaelia akan bekerja.

"Bibi senang kamu dapat pekerjaan baru, apakah kamu menjadi pelayan di bar?" tanya si bibi.

"Bukan, tapi petugas admin. Bisa jadi gudang di sebuah perusahaan kecil. Sepertinya milik minimarket."

"Oh, baiklah. Semoga gajinya bagus. Mamamu butuh banyak biaya soalnya."

Khaelia pun berharap hal yang sama, gaji yang sepadan untuk pekerjaan yang dilakukan saat malam. Saat kecil dulu ia pernah membaca komik tentang sekretaris yang bekerja kala malam bersama boss yang ternyata vampire. Khaelia tidak peduli kalau semisalnya bossnya benar-benar vampire dan ia harus bersedia dihisap darah setiap hari yang terpenting mendapatkan gaji yang cukup.

"Tentu saja, itu hanya dongeng aneh!" Khaelia tergelak, karena merasa pikirannya sangat absurd. "Semoga kalau benar bossku vampire, setidaknya masih muda dan bukan kakek-kakek."

Ia tidak bisa membayangkan seorang kakek tua menghisap darahnya. Sungguh sebuah hal yang lucu sekaligus menakutkan. Khaelia menyingkirkan rasa takut itu demi uang.

"Kalau benar harus dihisap seenggaknya mereka ganti dengan asupan makanan yang enak serta uang tips yang cukup." Khaelia tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Di waktu yang ditentukan, Khaelia pergi ke PT. Macrofood menggunakan kendaran umum. Tiba di gerbang sempat terkejut sesaat karena melihat gedung yang tinggi dan luas. Menunjukkan nomor ID yang tertera di email pada penjaga gerbang dan melakukan pemeriksaan sebelum diijinkan masuk. Seorang resepsionis laki-laki menerima dan memintanya menunggu kedatangan seseorang bernama Bosman. Khaelia menduga Bosman adalah bossnya yang baru, bisa jadi manajer. Berdiri canggung di lobi yang megah dengan langit-langit tinggi serta lantai marmer yang mengkilat, Ia mengamati penampilannya dalam balutan setelan hitam dengan rok selutut. Berharap tidak terlalu terlihat miskin di tengah kemegahan ini.

"Nona Khaelia?"

Seorang laki-laki berumur setengah abad dengan jas hitam dan rambut hitam yang tersisir rapi ke belakang menyapanya. Khaelia membungkuk kecil

"Selamat malam, Pak Bosman."

"Mari, ikut aku!"

Khaelia bergegas mengikuti Bosman menuju lift. Sedikit lega karena bossnya ternyata tidak setua bayangannya. Lobi dalam keadaan masih cukup ramai, ia menduga mereka adalah para pekerja yang sedang lembur. Tanpa sadar Khaelia mengamati Bosman diam-diam dan menyadari kalau kulit laki-laki itu cenderung sehat dan bukan pucat seperti halnya vampire. Satu persatu ketakutannya terpatahkan.

"Nona Khaelia, pekerjaanmu dimulai dari pukul sembilan belas tiga puluh, dan berakhir pada pukul tiga tiga puluh dini hari. Akan dihitung lembur kalau jam kerja melebihi waktu. Selama bekerja di sini, kamu tidak boleh sembarangan bicara atau bergaul dengan sesama pekerja, dan harus menyimpan rahasia tentang pekerjaanmu rapat-rapat. Jangan sampai ada yang tahu kalau kamu seorang sekretaris."

Pernyataan panjang dari Bosman diberi anggukan oleh Khaelia. "Baik, Pak. Saya mengerti."

"Kamu pernah bekerja sebagai sekretaris sebelumnya, jadi seharusnya tidak ada masalah tentang pekerjaan karena pada dasarnya sama saja. Ingat, jaga rahasia tentang apa pun yang kamu lihat dan kamu lakukan, bahkan keluargamu pun tidak boleh tahu. Akan ada perjanjian untuk itu dan aku ingin kamu memahaminya dari sekarang!"

"Saya bersedia, Pak!" Khaelia mengusap lengan setelannya, dan merinding mendengar pernyataan Bosman. Seolah yang akan dikerjakannya adalah hal rahasia menyangkut negara.

Mereka keluar dari lift di lantai sepuluh, menuju ke ruangan di ujung lorong berkarpet. Bosman mengetuk pintu kayu tinggi dan berat, membukanya perlahan.

"Tuan, kami datang."

"Masuklah!"

Suara seorang laki-laki terdengar dari dalam. Bosman memberi tanda pada Khaelia untuk masuk dan menutup pintu begitu dia keluar. Ternyata Bosman bukan pimpinan, ada orang lain yang lebih tinggi kedudukannya.

Khaelia berdiri gamang di dekat pintu menatap ruangan kosong. Kursi hitam di belakang meja besar berputar, sesosok laki-laki duduk di sana. Laki-laki itu bangkit dari kursi dan berdiri di dekat meja. Khaelia tidak dapat menahan kekagumannya melihat betapa tampannya laki-laki itu. Berumur sekitar pertengahan tiga puluhan dengan rambut hitam dan alis tebal yang nyaris menyatu di dahi. Laki-laki itu memiliki rahang kokoh dengan hidung mancung dan bibir yang proposional dengan wajahnya. Tampan tapi dilihat dari dekat terlalu pucat untuk kulit manusia pada umumnya. Jantung Khaelia berdetak lebih kencang.

"Siapa namamu?" Suara laki-laki itu terdengar keras dan berat di udara.

"Khaelia, Tu-an," jawab Khaelia gugup.

"Apa golongan darahmu?"

Pertanyaan selanjutnya membuat Khaelia tanpa sadar mengusap lehernya yang bergidik. "Golongan O-, Tuan."

"Bagus, itu yang aku cari."

Khaelia tercengang tanpa sadar berujar keras. "Tuan, apakah darah saya diperlukan dalam bekerja?"

Laki-laki itu mengangguk tegas. "Tentu saja."

Keduanya saling pandang dan Khaelia menahan diri untuk tidak membalikkan tubuh serta melarikan diri. Dengan perlahan laki-laki mendekatinya. Pandangan tajam menyelidik, wajah tanpa senyum serta keangkuhan yang terlihat jelas di sikapnya yang kaku. Laki-laki itu memberikan tatapan menilai pada Khaelia.

Jari laki-laki itu terulur ke arah leher Khaelia. Tatapannya yang mengintimidasi membuat membuat Khaelia tidak mampu bergerak. Lembut, perlahan, serta berhati-hati, ujung jarinya mengusap sisi leher Khaelia. Udara seakan tersedot ke dalam pusaran magnet yang tidak dimengerti. Tatapan laki-laki itu membuat Khaelia seakan kehilangan tenaga untuk bergerak. Hanya berdiri, dengan napas sedikit tersengal.

"Bagus, aku suka dengan kulitmu yang lembut. Berapa umurmu?"

Khaelia meneguk ludah. "Dua puluh lima, Tuan."

"Belum menikah bukan?"

"Be-lum."

"Kenapa gugup? Aku bertanya baik-baik padamu."

Bagaimana tidak gugup kalau selama tanya jawab jemari laki-laki di depannya tidak pernah lepas dari leher Khaelia. Terus mengusap dan memberikan sensasi aneh yang menakutkan. Berpangkal di paha dan menyebar hingga ke dada. Mata laki-laki di depannya campuran antara hitam dan cokelat dan menghipnotis siapa pun yang melihat.

"Tuan, si-silakan kalau mau mengisap darah saya. Ta-tapi tolong lakukan perlahan dan jangan sampai saya lemas karena kekurangan darah."

Mendengkus keras, Carter menggeleng ke arah Khaelia. "Bukan bagian atas kancing blazermu. Ini perintah sekaligus bagian dari pekerjaan!"

..

Di Karyakarsa bab 10.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro