Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Tiga

Bel istirahat telah berbunyi sejak tadi. Mereka berlima memutuskan untuk kembali ke kelas. Enggan kembali berniat bolos seperti tadi. Bukannya apa. Hanya saja mereka malas menjalani hukuman ketika tertangkap basah seperti tadi.

Tito menghela napas sembari menatap ke depan. Di sana ada Pak Budi, guru sosiologi mereka yang sejak tadi menjelaskan materi. Namun pikiran Tito tak lagi berada di sana, meski wajahnya menghadap ke depan. Jujur saja, ia masih memikirkan isi koran itu. Apalagi judul utama yang membuatnya sangat tertarik.

"Masih tertarik sama koran itu?" Red yang merupakan teman sebangku Tito menyadari jika temannya itu masih saja memikirkan koran lama tadi.

Tito mengangguk. Ia juga bingung mengapa bisa kepikiran sampai begini. Padahal koran itu jelas koran lama. Kasusnya juga pasti sudah lama dan mungkin telah tuntas sekarang.

"Kata Abu, dia mau nyari tau juga tentang koran itu." Bisikan Red lansung saja membuat Tito menoleh ke arahnya.

Abu. Ah, ia lupa Abu adalah orang yang lebih cerdas di antara mereka berlima. Abu yang merupakan sepupu dari Red itu bisa saja membantunya menuntaskan rasa penasarannya pada koran itu. Tapi yang menjadi pertanyaannya ialah, mengapa Abu juga ikut penasaran?

"Abu juga kepo?" tanya Tito pelan.

Red mengangguk. "Di chat dia bilang gitu."

Kini giliran Tito yang mengangguk. Abu yang duduk di depan bersama Lutfi itu pasti hanya berniat membantunya. Bukan ikut penasaran.

Pikiran Tito mulai jernih. Ia kembali fokus pada pelajaran. Mungkin, istirahat kedua nanti ia bisa mencari koran itu. Sepertinya bukan koran satu-satunya. Pasti ada setidaknya dua koran yang sama. Mengingat katanya sejak dulu guru-guru di sini lebih gemar membaca koran di banding berita online.

***

Jam istirahat kedua telah tiba. Sesuai apa yang Tito katakan, kini mereka kembali berada di dalam perpustakaan. Berusaha mencari koran lama itu.

Masing-masing dari mereka, Abu suruh untuk memencar. Guna mempermudah menemukan koran tersebut. Abu juga yakin, koran itu pasti ada lebih dari dua buah. Dan letaknya juga mungkin tak jauh. Tapi dipikir-pikir, bisa jadi koran lama lainnya telah dijual ke tukang loak. Namun Abu tetap berusaha berpikiran positif. Mungkin saja di sini masih ada.

"Itu koran terbitan tahun berapa sih?" Suara Andre terdengar lebih keras.

Untung saja sekarang perpus sedang sepi. Di saat jam istirahat kedua, anak-anak yang biasanya sering berada di perpus memilih untuk berjajan. Biasanya juga mereka sering menghabiskan waktu di perpustakaan saat istirahat pertama.

"2012." Tito menjawab.

Sedari tadi, kelimanya sibuk mencari. Tito berkali-kali berdecak karena lagi-lagi hanya menemukan koran terbitan tahun 2016 dan 2017. Menyebalkan.

Mereka berlima juga sudah merasa lelah mencari. Tumpukan majalah bekas telah mereka telusuri, namun hasilnya nihil.

"Keknya tuh koran cuma ada satu deh. Lagian lama bener cuy. Enam tahun yang lalu." Lufti berseloroh. Duduk dengan kaki panjangnya yang ia luruskan.

"Bener tuh kata Lutfi." Andre mengikuti jejak Lutfi. Duduk dengan kaki yang diluruskan.

Melihat teman-temannya menyerah membuat Tito ingin menyerah juga. Ia bahkan mengikuti Andre dan Lufti yang sejak tadi telah duduk dengan posisi nyaman. Hanya tersisa Red dan Abu yang masih mau berusaha mencari.

"Udahlah. Tuh, koran keknya nggak ada," kata Tito dengan raut masam.

Abu dan Red kompak menolehkan pandangannya pada Tito. Mereka juga kompak menggelengkan kepala. Tadi, anak itu yang begitu semangat dan sangat penasaran pada isi koran lama itu. Namun kini, ia malah yang lebih dulu menyerah. Untung Red dan Abu adalah teman yang baik hati dan tidak sombong.

Untung temen. Ucap Red dalam hati.

Abu dan Red kembali mencari. Mengabaikan cuitan dari Lutfi dan Andre yang sepertinya sibuk bertengkar. Mata mereka berdua fokus pada objek di depannya. Sebuah tumpukan koran dan majalah lama. Meski tak dalam jarak yang begitu dekat, ternyata Abu dan Red begitu kompak.

Abu terus saja membolak-balik tumpukan koran itu satu persatu. Hingga matanya menangkap sebuah koran dengan kertas yang tak asing. Koran itu adalah koran ... Yang mereka cari. Akhirnya Abu dapat menemukannya juga.

Ia tersenyum sembari mengambil koran itu dari dalam tumpukan dengan penuh hati-hati.

"To, gue dapet korannya."

Bersambung...

241218

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro