Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Limapuluh Satu (END)

"Jangan bergerak!" Suara tembakan terlepas ke arah langit.

Pak Samsul yang saat itu tengah mengemasi barang-barangnya di rumah dinas sekolah, mendadak terhenti. Ia membalikkan badan perlahan. Menatap siapa gerangan orang yang berhasil masuk dalam wilayahnya. Kendati otaknya berpikir bahwa orang itu adalah polisi, sebagian hati pak Samsul tak percaya.

Beberapa polisi datang dengan langkah cepat. Segera mengepung Pak Samsul. Pak Samsul yang saat itu tengah terkejut tak bisa melarikan diri. Tubuhnya berontak. Tangan dan kakinya berusaha bergerak agar kukungan polisi itu terlepas. Namun sayang seribu sayang, tenaga dua orang polisi itu terlampau kuat. Kedua tangan pak Samsul segera diborgol, pun pada kakinya.

"Anda telah terbukti sebagai pelaku teror dan pembunuh berencana. Anda ... Kami tangkap."

"Lo siapa main tangkap gue, hah?!" Mata pak Samsul memerah. Benar-benar marah. "Lo punya bukti apa?"

Polisi dengan senjata di tangannya terkekeh. "Rumah ini saja sudah menjadi bukti yang cukup kuat."

Memang benar. Di dalam rumah dinas pak Samsul, terdapat barang-barang yang cukup mengejutkan. Di sudut kanan dan kiri terdapat beberapa dupa. Di atas meja ruang tamu, terdapat berapa ponsel murah dan juga sekardus kartu. Tak lupa ada sebuah potongan jempol manusia di sana. Jempol yang baru-baru ini ketahui adalah jempol dari kaki Andrian yang beberapa waktu lalu terputus dari badannya.

Pak Samsul menggeram di tempat. Ia kalah telak. Tak lagi bisa melawan. Bukti sudah kuat di depannya. Mau tak mau ia harus hidup di penjara. Meski begitu, hatinya sedikit lapang. Karena Andrian, awal dari penyebab semua ini telah mati. Mati dengan posisi yang lebih mengenaskan dibanding korban-korbannya yang lain. Kedua kakinya terputus dari badan setelah jatuh dari motornya dan terlindas sebuah truk kontainer.

Tepuk tangan terdengar riuh dari belakang para polisi itu. Tiga orang pemuda datang dengan wajah memerah penuh amarah. Disusul oleh Pak Efendi dengan tatapan tak kalah garang.

"Bagus! Anda kami percaya merawat sekolah ... ternyata Andalah yang berusaha menghancurkan sekolah. Topeng Anda memang begitu sempurna hingga kami tak bisa membedakannya. Hebat! Anda benar-benar hebat. Pantas saja kepala sekolah sebelumnya selalu mewanti-wanti saya." Pak Efendi berkata dengan lantang dan tegas. Matanya memancarkan aura kebencian.

"Topeng Bapak memang benar-benar hebat. Saya saya tak pernah menyangka, pria misterius ini benar-benar psikopat."

"Anda memang tak bisa membuat teman-teman kami kembali, tapi akan Anda rasakan bagaimana ditembak mati nanti."

Pak Samsul menggeram. Hatinya panas. Sialnya, ia juga bodoh, tak memperhatikan bahwa selama ini, diam-diam Andrian mengukutinya dan mencari bukti. Bahkan saat ketahuan dulu, Andrian masih memiliki bukti yang kuat. Andrian memanglah pintar. Dan sayangnya, dendamnya sudah berakar. Tak peduli apa pun, asal dendamnya terlaksana, akan ia lakukan.

"Setidaknya ... gue udah bunuh kakak, lo. Penyebab dari semua ini. Hahaha." Tawa pak Samsul terus membahana kendati para polisi telah menggiringnya menuju mobil polisi.

Abu, Red dan Tito juga pak Efendi menyaksikan dari jauh bagaimana pria tua gila itu terus saja tertawa.

"Terima kasih kalian telah membuatnya tertangkap. Sebenarnya saya juga menerima teror itu. Tapi saya bingung hendak melakukan apa. Ternyata kalian juga diteror. Ah, bukan hanya kalian. Namun seluruh warga sekolah pun ia teror. Saya tidak menyangka, Pak Samsul akan berbuat senekat itu."

Abu menggeleng. "Kami seharusnya minta maaf, Pak. Karena sebelum itu, kami menuduh Bapak yang melakukan semua ini. Tindakan dan sikap Bapak yang misterius membuat kami percaya Bapaklah pelakunya. Kami mohon maaf, Pak."

Pak Efendi menepuk bahu Abu. "Tak apa. Yang jelas saya tenang pelakunya telah tertangkap. Sekolah kalian akan damai terus-menerus."

Pak Efendi lantas pamit beberapa saat setelah berbincang dengan ketiga muridnya. Mereka bertiga melihat sekeliling. Beberapa polisi masih berkeliaran, mencari bukti-bukti lain. Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun di tengah jalan, wanita itu datang. Dengan senyum lebar.

Ketiganya terdiam sebentar. Rasa takut masih menghantui.

"Terima kasih." Dan kemudian ... hilang. Hantu wanita itu berubah menjadi asap tipis yang sekilas tak terlihat.

Abu, Red dan Tito tersenyum. Akhirnya selesai. Semua teror ini selesai. Kendati mereka kehilangan dua orang teman terdekat, juga dua orang teman mereka yang lain dan Abu kehilangan kakaknya dengan kondisi yang begitu mengenaskan, mereka tetap merasa lega.

"Akhirnya ... semuanya selesai," ucap mereka serempak.

End.

150219

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro