Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Duapuluh Enam

Keganjilan kembali terlihat di mata Abu kala Kepala Sekolah mereka membuka sebuah kertas setelah turun dari podium. Abu sampai memicing melihatnya. Kebetulan yang memberuntungkan baginya kini karena duduk di barisan kursi depan.

Hal itu membuatnya lebih leluasa memperhatikan Kepala Sekolah. Dan hasilnya juga memberuntungkan. Ia menangkap dua keanehan. Yang pertama, ketika berbicara, Kepala Sekolah terlihat gelisah dan seperti ... Takut. Terbukti dari jari-jarinya yang saling memilin juga gerakan matanya yang seolah awas.

Dan yang kedua ketika turun dari podium. Kepala Sekolah kedapatan membuka sebuah lipatan kertas. Abu dapat melihat kertas itu sedikit berwarna merah. Entah ada bercak darah di situ atau justru bolpen berwarna merah yang digunakan, Abu tak tahu pasti.

Yang jelas, ia merasa ada yang aneh dengan Kepala Sekolah. Nanti, akan ia jelaskan kepada temannya untuk segera menindaklanjuti kasus ini. Berhubung ia dan keempat temannya terpisah tempat duduk. Ya, meskipun tidak terlalu jauh.

Hingga mereka sampai di kelas masing-masing, Abu tak segera memberitahukan apa yang ia lihat atau keanehan  Kepala Sekolah kepada teman-temannya. Abu berubah pikiran. Ia rasa, ia butuh beberapa keanehan dari tingkah laku Kepala Sekolah sebagai bukti untuk dapat memberitahukannya.

Kini mereka tengah berkumpul membentuk lingkaran di pojok belakang kelas. Tentu saja untuk bermain. Abu yang memilih bungkam membuat mereka tak mempunyai topik pembahasan apa pun. Dan dipilihlah permainan kartu remi sebagai pengganti bosan mereka.

Lutfi mengocok kartu reminya. Semenit, dua menit, hingga Andre menggeplak bahunya keras. Lutfi terlalu lama mengocok.

"Lama amat sih?" ujar Andre seraya mencoba merebut kartu itu dari tangan Lutfi. Namun sayang, Lutfi ternyata jauh lebih gesit dibanding Andre.

Setelah semuanya menatap tajam Lutfi, barulah cowok jangkung dengan rambut sedikit berwarna coklat itu mulai membagikan kartunya. Dan permainan menjadi semakin seru ketika segerombolan murid lainnya datang, menghampiri. Baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mereka berkumpul. Antara ingin ikut bermain atau malah hanya menonton.

Tiga puluh menit kemudian, permainan disudahi. Sudah jelas pemenangnya adalah Red dengan skor lima kali menang. Kemudian Tito, dengan skor tiga kali menang, sama dengan Abu. Dan yang terakhir adalah Andre. Ia belum menang sama sekali.

Dan dengan diiringi sorak ramai, Andre menjalankan hukuman. Yaitu, piket selama seminggu. Semuanya tertawa kala melihat raut suram Andre.

.

Bel masuk setelah istirahat pertama berbunyi. Mereka berlima berbondong-bondong memasuki kelas setelah memilih jajan di kantin bawah. Tito yang merasa panas segera menghampiri tempat duduknya, mencari buku untuk mengipasi badannya. Panas di luar sana sungguh terasa hingga membuatnya berkeringat.

Begitu tangannya meraih sebuah buku, Tito tak sengaja melihat sebuah tulisan dengan tinta merah gelap seperti darah. Penasaran, Tito lekas membukanya.

Ingat, aku selalu ada di sampingmu kapanpun dan di mana pun.

Begitulah isi pesan tersebut.

Mendapati hal itu, Tito segera menghampiri teman-temannya dan memperlihatkan apa yang baru saja ia temui.

"Kita harus hati-hati. Jangan sampai rencana yang akan kita susun berantakan gitu aja cuma karena pesan kek gini. Kita harus yakin, kalau kita bisa menyelesaikannya." Abu menanggapi. Semuanya mengangguk, setuju.

Namun yang membuat Tito heran adalah, mengapa bisa bukunya terdapat sebuah tulisan macam ini? Padahal sebelumnya ia yakin, tak ada tulisan apa pun di belakang bukunya ini.

Teman sekelasnya juga tak mungkin melakukan hal ini. Jelas karena mereka tak tahu apa yang selama ini mereka alami. Namun jika salah satu temannya merupakan bagian dari pelaku, ini bisa saja terjadi. Tapi Tito yakin, mereka semua bukanlah bagian dari dalang semua ini.

Lalu siapa pelakunya?

Bersambung...

190119

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro