Bab Dua Belas
Ponsel mereka berbunyi bergantian sesaat setelah bubar bermain catur. Mereka masih di lantai satu rumah Abu. Terpisah dengan Tito yang masih berada di lantai dua, kamar Abu.
Sebenarnya mereka enggan membuka ponselnya karena tahu bahkan hafal apa isi dari pesan itu. Namun Abu, memilih untuk membukanya. Kemudian diikuti oleh kedua teman dan sepupunya itu.
08**********
Masih ingin bermain jika kalian tahu apa akibatnya menghindariku?
Hanya berisi satu kalimat tanya. Sontak membuat dahi mereka berkerut. Heran, mengapa bisa ada orang yang sedemikian rupa membuat mereka penasaran, apa maksudnya. Dan pesan ini, berbeda sekali dengan pesan yang biasanya masuk.
"Nggak bener, ini." Red yang pertama kali bersuara.
Ia berpikir bahwa seseorang yang mengirimi mereka pesan ini hanyalah orang tak ada kerjaan yang ingin membuat mereka ketakutan atau bahkan takut setengah mati. Namun sayang, Red tak memercayai jika dalam di balik ini semua adalah hantu.
Ya, logikanya mana ada hantu bisa berkirim pesan melalui telepin canggih.
Tepat beberapa menit setelah mereka mendapatkan pesan itu, Tito turun dengan raut kaget bercampur tenang. Mereka tak tahu saja apa yang telah Tito alami di atas tadi.
Beberapa saat sebelum Tito turun, ia melihat sebuah siluet perempuan berambut panjang, berdiri di depan pintu kamar Abu. Tito tak percaya sebenarnya, namun ketika ia membalikkan badan, kembali menghadap pintu balkon Abu, siluet perempuan itu ada di sana. Berdiri membelakanginya.
Kendati demian, Tito tak percaya jika yang dilihatnya adalah hantu atau semacamnya. Ia masih mengira jika apa yang ia lihat di kamar Abu adalah imajinasinya saja karena sibuk membicarakan hal ini dengan Abu tadi. Tak ingin berlama-lama di sana, Tito segera turun menghampiri teman-temannya.
"To, lo dapet pesan nggak?" Andre yang bertanya.
Tito mengangguk. "Dapet. Tapi belum gue buka." Kemudian semuanya menyuruh Tito untuk segera membaca pesan itu.
Tito menurut. Ia meraih ponselnya di saku kemudian membaca pesan itu. Kepalanya reflek mengangguk begitu selesai membaca pesan itu.
"Ada yang beda?" tanya Red.
Tito lagi-lagi menganggukkan kepala. "Iya. Isi pesannya." Tito kemudian mendudukkan tubuhnya di samping Red.
Semuanya terdiam beberapa menit. Sibuk dengan pikiran masing-masing tentang pesan ini, sebelum nada pertanda pesan SMS berbunyi, bersamaan. Tentu hal itu berasal dari ponsel mereka.
Segera mereka membuka pesan itu.
08**********
Tak percaya padaku? Lihat di belakangmu.
Mereka semua terdiam dengan mata saling memandang satu sama lain. Seolah memberi isyarat 'jangan ada yang menoleh ke belakang' terutama Andre yang binar matanya mulai menampakkan ketakutan.
"Jangan ada yang noleh ke belakang, oke." Andre mempertegas ketakutannya.
Mereka lantas semakin merapatkan tubuh. Merapalkan doa sebelum telinga mereka mendengar sesuatu yang membuat mereka terdiam tiba-tiba.
Suara langkah kaki.
Suara kaki yang bukan seperti biasanya. Suara ini mirip seperti suara orang yang kakinya penuh lumpur lalu memasuki rumah. Terdengar seolah terdapat lem di kakinya hingga melangkah saja suaranya seperti kaki yang berusaha berjalan di jalan lengket dengan pelan.
Mendengar hal itu, mereka semakin merapatkan tubuh. Takut setengah mati kecuali Abu dan Tito.
Suara langkah kaki itu makin mendekat setiap waktunya. Hingga tiba-tiba terdengar suara....
Tawa yang melelengking khas kuntialanak dalam film-film horor. Mendapati hal itu, membuat mereka semakin bergetar. Takut dan merinding. Apalagi ketika mereka tak sengaja, melihat sudut kanan ruang keluarga milik Abu.
Di sana, berdiri seorang wanita dengan rambut panjang menjuntai meski enggan menampakkan wajahnya. Dan tepat saat itu pula kelimanya reflek berteriak keras.
Bersambung...
060119
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro