17
San menunggu berjam-jam ditempat itu, menanti kabar yang kiranya bukan sebuah kabar buruk baginya,
Iya, Hongjoong dilarikan ke rumah sakit setelah dadanya tertembak oleh peluru oleh Seonghwa,
Dan Seonghwa, Jongho serta Mingi pergi melarikan diri mereka entah kemana,
San mengacak rambutnya frustasi, kenapa mereka bisa sekejam itu pada Hongjoong?
Kalau Hongjoong meninggal, siapa lagi yang ada di pihak dirinya? Dirinya akan sendiri melawan tiga 'mantan' sahabatnya yang psikopat itu,
"Atas nama Choi San?" Tanya seorang dokter yang keluar dari ruangan Hongjoong.
Penantian San berakhir, "Saya, dok."
"Anda bisa bertemu Kim Hongjoong, kami beri waktu sebelum pemeriksaan lagi."
"Dia sudah sadar?"
"Sudah. Silahkan..."
"Kak..." San memegang tangan Hongjoong, dia bersyukur sekali sahabatnya yang satu itu masih ada bersamanya.
"Lo nungguin gua berjam-jam diluar?" Tanya Hongjoong dengan suaranya yang begitu lemas.
San menangguk "Tapi gak masalah kak." "Gua mastiin lo selamat dulu."
"Sekarang gua tinggal dirawat beberapa hari lagi, lebih baik lo pulang."
"Gak kak, gua temenin lo disini. Apapun yang terjadi."
Hongjoong tersenyum, "Eh tunggu sebentar..."
"Ibu gua gimana?" Hongjoong bertanya kepada San.
"Ibu lo selamat, dia sekarang ada di rumah gua, soalnya rumah lo dikelilingi polisi, disegel semua."
"Lo lapor ke polisi?"
"Ibu lo. Dia panik banget waktu tau lo ditembak, sama waktu kamar lo isinya peluru dari bawah semua makanya dia langsung panggil polisi. Untung aja... Kalo dia gak manggil polisi, gua bisa mati disana."
"Astaga San... Makasih banyak ya selalu ingat sama ibu gua."
"Sama-sama, kak."
"Oh ya. Ada yang harus gua omongin mengenai Seonghwa dan teman-temannya."
"Apa kak?" San langsung penasaran setelah Hongjoong menyebut nama Seonghwa.
Hongjoong berkata "Mereka cuman diguna-gunain sama seseorang."
"Maksudnya kak?"
"Sebelum Seonghwa tembak gua, dia bilang sebenarnya dia begitu karena suruhan seseorang."
"Siapa kak!?" "Salah satu dari antara kita di ateez!?"
Hongjoong menjawab "Ya. Orang yang lo kira udah meninggal, dia masih ada disekitar sini. Dia memasuki tubuh Seonghwa, kadang Seonghwa jadi dirinya sendiri. Kadang tidak."
"Si... Siapa kak...? Siapa orangnya?"
"Dia..."
Thuttt....
San langsung panik setelah melihat elektrokardiogram yang berada di sebelah ranjang Hongjoong,
"Kak! Kak!" Panik San.
Thut...
"Dokterrr!"
San menatap pilu ditengah keheningan yang meraja, karangan bunga di tangannya masih ia pegang,
Dia berusaha kuat namun dia malah menanggis,
"Kak Joong... Rest well, you happy without me."
Air matanya menjatuh, dia sadar Hongjoong bukan seorang yang seperti San,
Hongjoong mungkin tidak memiliki banyak nyawa seperti San, Seonghwa, Mingi ataupun Jongho, tapi itu yang membuat dirinya special
"Nak San..."
San membalikkan badannya, dia melihat asal suara itu,
Itu adalah ibunya Hongjoong, berdiri dengan baju serba hitamnya serta tudung untuk kepalanya,
"Halo, tan." Ucap San seraya membungkuk.
"Kamu belum pulang? Udah cukup lama kamu disini."
"Belum, tan. Aku masih mau disini."
"Pulanglah nak, jangan bersedih terus."
"Tapi tan, aku bisa disini kok."
"Pulang ya nak, tante gak enak selalu buat kamu nunggu begini."
San mengangguk kemudian di pulang, dia berjalan menyusuri banyak sekali nisan kuburan disana,
Srekk... Srekk....
San menghadap ke sekelilingnya, suara apa itu? Perasaan tidak ada siapapun selain dirinya di tempat ini... kecuali ibunya kak Hongjoong
Srekk.... Srekk...
San melihat sekelilingnya lagi,
Ternyata asal suara itu dari sebuah semak-semak, yang letaknya tidak jauh dari tempat dimana San berdiri,
San mendekati semak-semak itu dan membuka rumput-rumput hijau yang menghalanginya,
Ternyata itu adalah ibu dari Hongjoong yang sudah bersibah darah dengan perutnya yang sudah terbuka,
"Tan... Tante!" Teriak San dengan panik setelah menemukan kondisinya sudah tidak bisa diselamatkan.
Kemudian San berfikir sejenak "Terus tadi yang ketemu sama gua di makam kak Hongjoong... Siapa....?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro