Prolog
Suara ketukan terus terdengar menggema memenuhi seisi kamar yang saat ini terlihat begitu berantakan oleh sampah tisu yang berserakan dimana-mana. Bukan hanya itu, nampak juga beberapa foto yang terlihat sudah di sobek dan bertebaran di lantai kamar. Sedangkan yang mpunya kamar lebih asyik menangis berderai air mata dengan posisi telungkup. Memukul-mukul bantal dan seprai yang ada di hadapannya. Ia mencoba meredakan isak tangisnya dengan menutup suara tangis itu dengan boneka tedy berukuran besar.
Ia memeluk boneka besar itu dengan begitu kencangnya seolah menumpahkan amarahnya saat ini.
Hari sudah sangat siang nampak dari matahari yang sudah berada begitu tinggi namun itu tak meredakan tangis wanita berambut coklat itu. Malah wanita itu kembali meraih sekotak tisu diatas nakas ketika dirinya merasa kehabisan tisu untuk menghapus jejak air matanya.
Pada akhirnya wanita berambut hitam legam itu berhenti mengetuk pintu. Ia lelah harus menunggu wanita di dalam kamar merespon dan membukakan pintunya. Akhirnya ia memilih masuk kamar secara langsung dan terkejut menemukan keadaan kamar yang begitu berantakan. "Ya ampun Grizelle, bisakah kau berhenti menangis?! Lihatlah matamu sudah sebengkak perut gajah." Wanita berambut hitam legam itu melipat kedua tangannya di dada dan menggeleng keheranan.
Tak memedulikan protes si wanita berambut hitam, si wanita berambut coklat itu mendesis dan kembali menyembunyikan kepalanya di boneka tedy yang di peluknya. "Aku tak peduli!"
Wanita bermabut hitam itu berdecak sembari memutar kedua matanya jengah dan bergerak membuka gorden. "Apa kau pikir dengan kau begini lelaki itu akan mengubah keputusannya dan datang kemari?"
"Tidak!" Desisnya tajam sembari berguling menghindari cahaya matahari yang masuk melalui jendela.
"Emm, sudah, sudah berhentilah menyiksa dirimu sayang." Pada akhirnya wanita berambut hitam itu duduk di sisi ranjang dan mengeus rambut coklat itu dengan lembut.
"Kau tahu bukan aku menyayanginya, tapi kenapa pria brengsek itu harus....." wanita berambut coklat itu tak mampu menahan tangisnya yang kembali pecah mengingat bagaimana dirinya di hianati oleh kekasih hatinya.
"Grizelle kau harus berhenti menyiksa dirimu, lihatlah dirimu sekarang ini."
Wanita yang di sapa Grizelle itu bangkit dan terduduk diranjang dengan melipat kedua kakinya. "Tapi..."
"Huh, berhenti mengatakan tapi! Kau tahu, seharunya kau memberi lelaki itu pelajaran." Grizelle tak melanjutkan ucapannya lagi ketika temannya itu menunjukkan satu jari telunjuknya dan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri.
Grizelle benar-benar berhenti menangis dan mengusap air matanya. "Benar, kau benar Carly, harusnya aku balas dendam dengan pria brengsek itu."
"Nah, right. Ini baru Grizelle yang aku kenal. C'mon babe give him a lesson!" Carly mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke udara untuk menyemangati Grizelle, "tetapi, pertama-tama kau harus membersihkan dirimu dulu oke, kau tahu doirimu itu terlihat seperti monster saat ini," lanjut Carly sambil mengibaskan tangannya k arah Grizelle.
"Benarkah diriku terlihat seburuk itu?" Grizelle mengangkat kedua tangannya dan menyentuhkan kedua telapak tangannya itu di pipinya.
Carly mengangguk dan menunjuk cermin dengan dagunya. "Kau lihat saja sendiri di cermin."
"Astaga! Aku terlihat sangat buruk." Grizelle terlonjak melihat dirinya pada pantulan cermin. Ia terlihat benar-benar buruk, ia terlihat seperti penyihir tua yang sedang di kutuk dengan rambut berantakan dansuper kusut. Mata sembab dan bengkak seperti bola bisbol, benar kata Carly jika memang penampilannya seburuk itu.
"Nah, kalau begitu sekarang pergilah ke kamar mandi bersihkan dirimu sementara aku harus membersihkan kekacauan ini." Dengus Carly dan mulai mengambil selimut di bawah ranjang dan melipatnya. Sementara Grizelle langsung melesat ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
***
"Grizelle, bisakah kau makan dengan hati-hati, kau tahu makananmu itu tidak akan pergi kemana-mana." Carly menyodorkan segelas air putih pada Grizelle yang tersedak, wanita itu juga mengusap punggung Grizelle pelan.
"Terima kasih," Grizelle meraih gelas dari tangan Carly dan langsung meminumnya hingga tandas, "untung saja aku tidak mati tersedak," lanjut Grizelle sambil meletakkan gelas kosong itu diatas meja.
"Dasar lebay, sudahlah habiskan makananmu itu dulu. Dan ngomong-ngomong apa rencanamu selanjutnya?" Carly bertopang dagu memerhatikan Grizelle menyuap makanannya.
"Aku akan memikirkan rencana balas dendanmku nanti setelah aku menghabiskan makanan ini." Grizelle mengunyah makanannya dnegan pelan dan melirik Carly.
"Baiklah, kau memang harus membalas dendam pada pria brengsek itu kau tahu! Aku juga sangat membenci pria sebrengsek Joshep."
"Benar, aku juga mmebencinya karena ia sudah membohongiku!"
Beberapa jam yang lalu,
"Joshep kau sedang ada dimana sayang? Kenapa dari tadi kau sulit sekali di hubungi?" Grizelle mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja dengan ponsel masih menempel di telinganya.
Ia sedang istirahat makan siang sambil menghubungi Joshep kekasih hatinya yang paling ia cintia di dunia ini. Tetapi sepertinya lagi-lagi lelaki itu tak mengangkat ponselnya, sebenarnya Grizelle sudah menghubungi lelaki itu berkali-kali sedari kemarin sore tetapi ponsel Joshep tidak aktif dan itu membuat Grizelle khawatir.
Di deringan ke duapuluh kalinya kahirnya pria itu menganggkat ponselnya. "Maafkan aku baby, aku sedang mengunjungi nenekku yang sakit jadi aku tidak memegang ponsel dari tadi." Terdengar suara Joshep penuh penyesalan dari seberang sana.
"Ya ampun kasian sekali nenekmu, apa aku perlu membantumu untuk menjaga nenekmu di sana?"
"Tidak! Tidak perlu babe, aku tidak mau merepotkanmu"
"Tidak masalah sayang, toh juga ia nenekmu bukan. Nenek dari pacarku, aku tidak akan merasa di repotkan sama sekali."
"Oh babe, kau begitu murah hati tapi sungguh tidak masalah, aku bisa mengatasinya sendiri."
"Oh baiklah jika begitu."
"Babe sudah dulu ya, nenekku sedang memanggilku."
"Baiklah sayang, sampai bertemu lagi, semoga nenekmu cepat sembuh."
"Terima kasih babe, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu sayang." Dan tut panggilan itu terputus, Grizelle mengembuskan napasnya berat dan menyimpan ponselnya di dalam tas.
***
"Ayolah Grizelle kau tahu bukan ini weekend tidak ada salahnya kan jika kita hangout sebentar saja." Carly membujuk Grizelle agar mau menemani dirinya datang ke pesta. Hari ini salah seorang teman Carly sedang mengadakan pesta di rumahnya dan wanita itu ingin mengajak Grizelle datang ke sana untuk menemani dirinya.
Grizelle mengembuskan napasnya dan tetap fokus pada laptop di depannya. "Tapi aku sedang malas keluar rumah Carly."
"Yah, temani aku sebentar saja Grizelle." Carly masih membujuk Grizelle sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Grizelle berdecak dan menutup laptopnya kemudian bangkit dari sofa. "Oh, baiklah Carly aku akan menemanimu. Tetapi pertama-tama biarkan aku mengganti pakaianku dulu."
"Oke Grizelle, kau memang yang terbaik."
Dan lima belas menit kemudian Grizelle selesai berdandan, mereka berdua segera berangkat ke pesta. Sampai di sana mereka di suguhkan dengan pemadangan hiruk pikuk tamu-tamu yang terlihat begitu menawan. Para tamu wanita terlihat begitu cantik berbalutkan gaun-gaun indah dilengkapi dengan aksesoris yang menambah kesan elegant. Begitu pula dengan tamu laki-laki yang terlihat amat menawan dengan tuksedo mahal yang mereka kenakan.
Grizelle memang tipe wanita yang jarang menghadiri pesta karena ia merasa sedikit tidak nyaman ketika berada di keramaian. Saat ini ia berhasil mengadiri pesta karena bujuk rayu dari si Nyonya perayu siapa lagi kalau bukan Carly. Bicara tentang Carly, wanita itu nampak sedang berbicara dengan temannya sedangkan Grizelle lebih memilih duduk sembari menikmati minuman yang di berikan oleh waiter.
Mata Grizelle menjelajah kesana kemari menikmati suasana pesta dan tiba-tiba pandangannya jatuh pasa satu sosok lelaki yang begitu dikenalinya. Bukan hanya di kenali tetapi juga sosok yang selama ini ia cintai. Grizelle mengerjap dua kali memastikan penglihatannya. Sedetik kemudian ia meraih ponsel di dalma atas tangan yang dibawanya dan menghubungi Joshep.
"Halo sayang kau dimana?"
"Hai, babe, aku, aku masih berada di rumah nenekku. Kau masih ingat bukan jika aku sedang mengunjungi nenekku yang sedang sakit."
Dada Grizelle bergemuruh mendengar pengakuan bohong Joshep. Lelaki itu sudah berbohong padanya, selama ini lelaki itu tidka pergi kemanapun. Lelaki itu masih ada di sini dan sedang bermain wanita, terbukti dari wanita jalang yang bergelayut manja di sebelahnya. Bahkan wanita itu menggesek-gesekkan buah dadanya yang sintal itu di lengan Joshep.
Tangan Grizelle yang bebas mengepal kuat membuat buku-buku jemarinya memutih. Ternyata selama ini Joshep membohongi dirinya, bahkan tangannya yang sedang memegang ponsel terasa gemetar dan mencengkeram benda pipih berbentuk kotak itu seakan ingin meremukkannya.
Cukup sudah! Grizelle kehabisan kesabaran ketika wanita jalang itu kini naik ke pangkuan Joshep dengan posisi mengangkang dan bergerak melumat bibir Joshep. Bukannya menolak, Joshep malah menyambut bibir wanita jalang itu dengan senang hati dan kini mereka slaing melumat satu sama lain.
Grizelle bangkit dari sana dan berjalan cepat menghampiri Joshep, dengan emosi level tinggi Grizelle meraih satu gelas wine di atas meja dan menyiramkannya ke atas kepala mereka berdua yang sedang bercumbu mesra.
Mereka berdua terlonjak karena kegiatan favorit mereka di ganggu begitu oleh orang lain, "hei siapa yang berani..." Joshep terlonjak dan bangkit seketika dan tak bisa melanutkan ucapannya ketika melihat Grizelle berdiri di hadapannya, "eh, Grizelle, sedang apa kau di sini?" lanjutnya terbata.
"Jadi ini nenekmu yang sedang sakit itu Joshep?!" Teriak Grizelle hingga membuat para tamu bungkam dan kini mereka terfokus menonton drama yang di telah dibuat olehnya.
"Honey, siapa wanita gila ini?" Wanita bergaun kurang bahan itu bergelayut di lengan Joshep dan melihat Grizelle dengan pandangan mencemooh.
"Kau yang gila dan kau yang siapa, aku ini pacarnya!" Grizelle berteriak mjrka sambil menunjuk Joshep dan selingkuhannya.
"Joshep apa benar yang di katakan wanita ini." Wanita jalang itu menatap Grizelle dan Joshep bergantian.
"Ah itu, itu..." Joshep terbata tanpa bisa menjawab.
Salah satu tangan Grizelle melayang di udara dan telapak tangan wanita itu mendarat mulus di sebelah pipi Joshep. Memberikan tanda kemerahan di sana. "Dasar brengsek, aku membencimu." Setelah itu Grizelle berlari dari keramaian pesta itu sembari menangis.
Ini bonus cast Grizelle untuk kalian 💙🥰
~Hai semua aku datang lagi membawa cerita baru dengan nuansa baru 🥰💃 semoga kalian suka ya 🥰 terima kasih untuk yang udah menunggu dan setia membaca ceritaku.
Love
💙💙
Primavera
💙oh ya semuanya aku lagi ngadain give away nih khusus pembacaku, aku sedang membuat grup wa yang di dalamnya akan berlangsung give away dengan hadiah kuota 50k bagi pemenangnya. Yuk yang mau boleh ikutan ya. Untuk link grup wa kalian tinggal lihat di postingan wall berandaku ya 😉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro