Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9). About Fransisco

"Finally I have you by my side," kata Delpiero dengan senyuman yang lebar, disusul Benny.

Teknisnya, Delpiero Fransisco adalah juniornya semasa kuliah. Usia mereka terpaut 10 tahun karena saat itu Benny melanjutkan studi S2 di umur yang terbilang cukup tua, yaitu berumur 32 tahun. Keduanya mengambil master yang sama dan hubungan keduanya menjadi lebih dekat seperti saudara. Hanya saja, mereka harus berada di jalur yang berbeda ketika Benny diterima di perusahaan Pak Byantara sebagai sekretaris, yang sempat dihalangi oleh Delpiero karena menginginkan Benny bekerja dengannya.

"Gelar lo S2, tapi kenapa melamar kerja jadi sekretaris?" protes Delpiero saat itu. "Dengan kepintaran lo, lo layak dapat pekerjaan yang lebih baik."

"Ini bukan sekretaris biasa, Ro, tapi Sekretaris Presdir yang anak perusahaannya mencapai puluhan yang menyebar ke seluruh dunia. Kamu juga nggak lama lagi akan mengemban tugas seperti Pak Byantara, jadi kamu pasti lebih mengerti."

"Kalo gitu, lo seharusnya nungguin gue karena akan lebih baik lo kerja sama gue daripada sama orang lain."

Benny tersenyum lebar. "Jadi bawahan kamu kayaknya bukan ide baik. Aku merasa diintimidasi karena lebih tua dari kamu. Rasanya nggak pantas aja."

"Loh... kok, gitu?" protes Delpiero tersinggung. "Bukannya yang namanya kerja harus profesional? Karena gue juga akan gitu. Lagian nggak mungkinlah gue semena-mena sama elo. Lo panutan gue."

"Aku hanya bercanda. Anggap aja aku nyari pengalaman kerja sama orang lain. Kalo kita memang ditakdirkan bekerja di tempat yang sama seperti waktu kita kuliah dulu, kita pasti akan dipertemukan kembali. Itu pun kalo kamu masih mau aku berada di sisimu."

"Siapa bilang gue nggak mau? Tentu aja gue mau lo berada di sisi gue. Gue nggak punya abang atau kakak karena gue anak sulung. Juga, gue adalah pewaris utama di keluarga. Lo tau sendiri beban gue sangat besar. Kalo nggak ada lo, gue udah lama depresi dan mungkin gila beneran. Bagi gue, lo itu seperti abang kandung."

"Jadi, apa keinginan lo?" tanya Delpiero sembari menggigit ayam gorengnya dengan lahap. "Kalo soal uang, nggak usah khawatir. Asal lo di sisi gue, lo bakal aman."

Benny tertawa, lantas ikut mencomot dagingnya. "Bukan. Ini ada kaitan dengan anak aku."

"Oh, siapa namanya? Hmm... Freya, 'kan? Mestinya satu sekolah sama Defian, dong?"

Benny mengangguk. "Kamu pasti udah tau soal berita pertunangan itu. Adik kamu membatalkan pertunangan, trus digantikan oleh anaknya Pak Byantara. Lalu... anak aku secara nggak sengaja terlibat."

"Terlibat cinta segitiga maksudnya? Gue nggak terlalu paham kejadian yang sebenarnya kayak gimana, yang jelas Defian memang membatalkannya. Sisanya nggak jelas. Toh, Om Byantara udah beresin, 'kan?"

"Aku respek sama Pak Byantara, jadi aku memutuskan untuk berhenti karena nggak mau melibatkan Freya. Kamu tau sendiri bahaya rumor seperti apa. Kenyataan aku bekerja di sana sebagai sekretaris malah akan memperburuk situasi. Nanti disangka aku kerja karena sedari awal menargetkan keluarga Byantara untuk kepentingan pribadi."

"Hmm... betul juga," kata Delpiero sambil menyeruput es tehnya. "Berarti bisa dianggap takdir, 'kan? Karena dulu lo pernah bilang soal takdir yang akan mempertemukan kita kalo berjodoh. Ternyata masalah ini harus muncul supaya lo bisa berada di sisi gue."

"Jodoh, ya?" ucap Benny pelan dengan imajinasi liar yang menari dalam pikirannya. Apakah itu berarti Freya akan berjodoh dengan adik bungsu Delpiero?

Nggak salah, 'kan? Toh sejak awal, Defian alias Afin memang tidak berniat untuk bertunangan dengan cewek sempurna yang jelas berada di depan matanya. Juga, terlalu banyak kemungkinan lain yang bisa dijadikan alasan untuk menghubungkan takdir itu.

"Kenapa senyam-senyum gitu?" tanya Delpiero heran. "Apa lo sesenang itu pindah jadi sekretaris gue?"

"Iya. Jadi, apa boleh aku menyampaikan permintaanku sekarang?"

Delpiero mengangguk. "Okay. Take your time."

⭐⭐⭐

Delpiero Fransisco adalah Wakil Ketua Grup Delfi yang memiliki potensi luar biasa sehingga tidak heran dalam kurun dua tahun, jumlah anak perusahaan yang bernaung di bawah pimpinannya bertambah dua kali lipat dan mendapat titel sebagai CEO termuda saat itu.

Delpiero begitu sempurna. Tidak hanya mengandalkan wajahnya yang ganteng--mengingat keluarga Fransisco unggul dari segi visual, otaknya juga cerdas dan berwawasan luas. Dia jelas mempunyai segalanya.

Sayangnya, Delpiero sudah menikah dan mempunyai anak. Jika saja pria itu masih menyandang status jomlo di usianya sekarang, tentu kepopulerannya lebih melejit di kalangan wanita. Pria itu menikah di usia yang cukup muda, yang saat itu berumur 24 tahun, tidak lama setelah menyandang gelar CEO termuda.

Delpiero memiliki tiga adik, yang semuanya adalah laki-laki. Adik pertama bernama Delvino Fransisco, saat ini berusia 30 tahun dan sudah menikah. Usianya yang terpaut empat tahun lebih muda darinya sedang menjabat sebagai CEO di divisi Yogurt.

Adik kedua Delpiero bernama Derwin Fransisco, kini berumur 25 tahun dan menjabat di divisi olahan susu yang berpusat di Inggris baru-baru ini. Statusnya yang masih single memberinya kebebasan untuk memilih divisi sesuka hati. Meski kadangkala sifat tengilnya membuat Delpiero kewalahan, dia tipikal pria yang serius dalam bekerja.

Adik terakhir adalah Defian Fransisco. Kenyataan mempunyai tiga abang yang sudah mengemban tugas masing-masing dalam dunia konglomerasi, lantas meringankan bebannya yang masih di usia belia itu. Posisinya jelas berbeda dengan Alvaro, si pewaris tunggal Byantara Group yang tuntutannya lebih besar.

Oleh karenanya, Defian sering disangka sebagai keponakan ketimbang adik laki-laki Delpiero karena usia mereka yang terpaut sangat jauh. Juga, Defian tinggal bersamanya sehingga hubungan mereka bisa dibilang cukup dekat bila dibandingkan dengan saudara yang lain, bahkan kedua orang tua mereka sendiri.

"Kak, ada apa?" tanya Afin yang tatapannya masih berfokus pada layar ponsel. Tanpa perlu menoleh, dia bisa menyadari eksistensi sang kakak sulung dari aroma parfum yang menguar dari tubuhnya.

"Let's talk. I have something important to say."

Afin langsung mengunci layar ponsel, menatap langsung ke mata Delpiero yang sekarang duduk di hadapannya. Tidak seperti adik-adik Delpiero lain yang lebih sering membantah sebelum tunduk, Afin tipikal adik yang penurut. Tidak heran, dia menjadi adik favoritnya.

"Soal berita pertunangan lo sama Winnie, yakin nggak bakal berubah pikiran?" tanya Delpiero sembari menyilangkan kakinya.

Afin mengangguk. "I have thought about it a lot and my answer is still same."

"Because Alvaro loves Winnie? So... you're giving up?" tanya Delpiero terus terang, berhasil membuat Afin sedikit tersentak dengan pertanyaan itu.

"I guess I'm right," lanjut Delpiero sambil tersenyum setelah memperhatikan ekspresi adiknya. "You still have time to change your mind. At least, you won't be regretful for the rest of your life if you make a right decision." Delpiero benar-benar tulus mengatakan hal itu pada adik bungsunya. Meski usia mereka terpaut jauh, terkadang pria itu merasa dirinya adalah pengganti orang tua yang bersedia membagikan pengalaman atau nasihat pada Afin.

Afin tersenyum. "No need to, Brother. Aku yakin ini yang terbaik. Soal Alvaro, aku yakin dia lebih pantas bersama Winnie. Bukankah cewek lebih bahagia bersama cowok yang lebih mencintainya?"

Delpiero menunjukkan gigi putihnya yang berderet rapi hingga matanya tinggal segaris. "Seperti gue, ya?"

Afin mengangguk. Dulu, Delpiero juga menikah karena dijodohkan yang disambut dengan senang hati oleh pria itu setelah mengetahui siapa calon pendamping hidupnya. Bisa dibilang, Delpiero yang duluan jatuh cinta pada pilihan kedua orang tua mereka.

"Okay, then. Tapi ada satu hal yang perlu lo pertanggungjawabkan untuk sekarang, meski Om Byantara udah selesaikan masalah ini. Ini ada kaitannya dengan Freya Gisella, adik kelas lo."

"Freya?" ulang Afin tidak paham sekaligus kaget karena Delpiero menyebut nama cewek itu seakan lebih mengenalnya daripada dia sendiri. "Kakak kenal sama dia?"

"Lo masih ingat senior yang pernah gue ceritakan, 'kan? Yang deket banget sama gue selama ngambil master di Kanada."

Afin mengangguk. "Yang akhirnya jadi Sekretaris Om Byantara?"

"Yeah. He is Freya's father."

Mata Afin membulat sempurna dengan dramatis. Delpiero sengaja memberi jeda agar adik bungsunya bisa mengontrol diri karena entah mengapa berita ini sepertinya memberikan dampak yang tidak biasa pada cowok itu.

Lantas, Delpiero menceritakan pada Afin tentang apa yang terjadi pasca tersebarnya berita pertunangan oleh Freya secara tidak disengaja, yang lantas mendorong Benny untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih untuk bekerja dengannya.

"Kak Benny minta tolong sama gue. Katanya sampai situasi udah membaik, dia mau lo bantu Freya supaya nggak ada rumor lain yang menyusul. Kak Benny juga bilang, ini juga demi kebaikan lo sendiri karena lo udah memutuskan untuk membatalkan pertunangan itu."

"Bantuin apa?" tanya Afin meski dia sudah menduga bantuan seperti apa yang diinginkan oleh papanya Freya.

"Lo sama Freya mesti sandiwara. Hanya sementara saja sampai rumor mereda dengan sendirinya. Kak Benny hanya nggak mau anaknya terlibat dalam hubungan asmara antara Alvaro dan Winnie. Kak Benny juga bilang, lebih baik anaknya terlibat rumor sama lo daripada Alvaro."

Afin tidak tahu apakah dia harus membantah gagasan ini atau tidak. Yang jelas, ucapannya pada Freya tentang dampak yang lebih besar daripada seharusnya ternyata benar-benar terjadi dan dia juga harus terlibat secara tidak terduga.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro