32). Freya's Perspective
"Ngapain lo di sini?" tanya Alvaro galak pada Freya yang alih-alih merasa terintimidasi, cewek itu malah menunjukkan giginya yang berbaris rapi, mengabaikan kerutan yang tercipta pada alis cowok itu.
Hari ini adalah hari Senin, di saat mereka harus kembali ke SMA Bernard untuk belajar seperti biasa sepulang dari SangRia Resort milik keluarga Andro. Bisa dibilang, Freya bersenang-senang di sana terlebih setelah meresmikan hubungannya dengan Afin. Bahagia? Tentu saja. Saking bahagianya, dia pengin liburan lagi dan tidak sabar menunggu hingga liburan akhir semester karena semuanya sepakat untuk berlibur lagi saat hari itu tiba.
Mau tidak mau Freya kepikiran tentang adegan dalam drama Meteor Garden lagi di mana dia yang termasuk golongan menengah bisa diikutkan dalam liburan yang mewah ini. Itulah sebabnya, cewek itu juga antusias ketika melihat Alvaro dan teman anggota A4 lain bersama Winnie tepat ketika dia dan Afin sampai di koridor menuju kelas.
Freya tergiur untuk ikutan pawai dalam formasi anggota A4.
Alvaro langsung saja kesal melihatnya ikut bergabung dan menatapnya seakan Freya tidak tahu diri meski emosinya tidak tinggi-tinggi amat. Ya iyalah, soalnya Alvaro punya dua alasan. Yang pertama, pencitraannya di depan Winnie dan yang kedua, kenyataan Freya sekarang adalah pacarnya Afin membuatnya lebih segan.
Situasinya jelas telah berbeda dibandingkan sebelumnya.
"Dari pertama gue perhatiin kalian pawai, gue pengen banget bergabung. Rasanya pasti kayak lagi fashion show gitu," kata Freya dengan tatapan memuja seakan pawai tersebut adalah pawai menyambut Presiden sehingga dia harus berpartisipasi demi rasa hormatnya.
Alvaro memandangnya dengan tatapan yang jelas menghina, sebaliknya Winnie tersenyum geli melihat tingkah Freya. Afin lain lagi. Dia berlagak tidak peduli karena mau Freya bergabung atau tidak, formasi tersebut, toh, tetap akan dilaksanakan.
"Dasar kebanyakan nonton drama Meteor Garden!" omel Alvaro, yang disambut dengkusan bermakna ejekan oleh Freya.
"Bukannya lo juga gitu? Pawai ginian, kan, ciri khasnya F4! Dan juga nama A4 itu pelesetan dari situ juga, 'kan?"
"Apa? Pelesetan?" ulang Alvaro murka. "Itu namanya pembuktian gue sebagai fans-nya mereka! Apa hak lo menghina-hina hasil ciptaan gue?"
"Intinya sama aja!" balas Freya keras kepala. "Kata kasarnya, ya, pelesetan!"
"Lo!" pekik Alvaro marah dan refleks mendekati Freya untuk melampiaskan kemarahan, tetapi segera ditahan oleh Andro dan Ars. Meski kedua lengannya berhasil diblokir, dia masih berusaha melepaskan diri hingga kaki jenjangnya mengayun absurd.
Karena tidak terima, Alvaro mendelik pada Afin karena kesabarannya sudah habis. Niatnya untuk bersabar seketika menguap melihat ekspresi Freya yang terlihat menyebalkan baginya.
"Heh, Fin! Lo, kok, malah diam aja? Pacar lo nyebelin banget tau nggak?"
Afin malah melirik Winnie yang tepat saat itu juga melirik dirinya lewat ekor matanya, lantas mereka berdua mendesah panjang dan menggeleng-geleng.
"You still have very long paths to go," komentar Afin dengan seringai di bibirnya pada Winnie.
Winnie juga menunjukkan seringainya pada Afin. "Yeah, you too. Both of us have same mission. Shall we hold a party?"
Keduanya ber-high five dengan kompak, sukses membuat Alvaro dan Freya melongo.
Andro menepuk bahu Alvaro dengan penuh simpatik. "Gue yang ngalah aja, deh, jadi Freya yang gantiin gue. Oke? Karena jujur, gue masih merasa konyol sama geng A4 ini. Mendingan gue nyari Renata aja—–eh panjang umur, nih, ceweknya gue. HEI, RENATA! I'M HERE!"
Andro lantas menyusul Renata yang baru datang, mengabaikan Alvaro yang harus mengorek sebelah kupingnya gegara mengalami trauma ringan karena pekikan Andro.
Ars mendesah panjang melihat pemandangan Andro merangkul bahu Renata dengan begitu akrab dan mesra. "Ternyata begini rasanya lihat orang pacaran."
"Lo baru tau karena selalu gandeng cewek random, 'kan?" tanya Alvaro yang tidak disangka-sangka ikut nimbrung, padahal mood-nya sempat jelek gara-gara Freya dan Andro. "Lo yakin mau tobat?"
Alvaro sudah tahu masalah yang terjadi antara Renata-Andro-Ars karena Ars telah bersungguh-sungguh untuk mengubah salah satu hobinya dan lantas menceritakan pada Alvaro untuk dimintai pendapat.
Ars mengangguk. "Udah saatnya gue mencoba hiatus dan nyobain hobi baru. Menurut lo apa yang cocok?"
Alvaro tampak berpikir, kemudian menemukan ide saat matanya bertemu dengan netra Freya yang sedang memperhatikan keduanya karena tidak sabar akan pawai yang seharusnya sudah dimulai sejak tadi. "Better shut her mouth off or do anything, so she can stay out of my way."
Namun sayangnya ucapan itu terlalu pelan sehingga Ars tidak mengerti apa yang dikatakan Alvaro yang kemudian mengubahnya menjadi, "Hobi baru itu bisa apa aja. Tapi saran gue, kalo lo udah serius nyari pacar, gue saranin jangan nyari tipe-tipe norak sama absurd, dan yang jelas harus selevel sama lo."
Freya melotot karena selagi berbicara, tatapan Alvaro tertuju padanya dan jelas menyindir.
Freya mulai memikirkan kata-kata yang pantas untuk membalas Alvaro, tetapi terhalang oleh deringan bel masuk. Lantas, terdengar derap langkah murid dari berbagai jurusan untuk kembali ke kelas masing-masing, selagi Alvaro menggeram kesal.
"Ini semua gara-gara lo! Gue jadinya nggak bisa pentas!" omel Alvaro kesal pada Freya.
"Lo yang dari tadi lamban kayak siput! Siapa suruh lo masih berdiri cantik di sini?"
"Apa lo bilang? Dasar gigi kelinci!"
"Apa? Gigi kelinci?" Freya langsung tersulut emosi.
"Ya iyalah! Gigi depan lo, kan, kayak kelinci! Nama lo lebih cocok pake nama Bunny, bukannya Freya! Oya, juga cebol soalnya badan lo pendek. Jadi nama lo lebih cocok pake nama Bunny Cebol!"
"Heh! Dasar, ya, mulut cewek ngata-ngatain—–"
Namun, Afin keburu menarik lengan Freya menjauh untuk mengajaknya ke kelas, sedangkan Winnie menghadapi Alvaro dengan mata besarnya tanpa ekspresi.
Ars memilih untuk menyelamatkan diri dengan menyusul Afin dan Freya.
Alvaro tampak salah tingkah dan berusaha menetralkan dengan menunjukkan ekspresi termanisnya meski itu tidak memberi pengaruh pada Winnie.
"Let's go, Al."
"Kenapa horor banget, sih, reaksi lo? Lo marah ya sama gue?" tanya Alvaro sembari menyusul langkah Winnie yang berjalan duluan. Alhasil, dia mengajukan pertanyaan yang kurang lebih sama sepanjang perjalanan mereka menuju kelas.
⭐⭐⭐
"Fin, gue mau nanya." Freya membuka pembicaraan ketika sedang berada di kantin pada jam istirahat pertama dan ikut mengantri bersama murid-murid lain untuk mengambil makanan. Bisa dibilang, kedekatannya dengan Afin sudah mulai diterima oleh yang lain apalagi setelah pesta ultah sekolah yang jelas mengemukakan seperti apa hubungan keduanya.
Renata dan Andro tidak ikut serta, bahkan Ars juga tidak tampak batang hidungnya, tetapi Freya tidak merasa perlu untuk kepo. Lagi pula, jika masing-masing sudah punya pacar, waktu untuk bersama sahabat pastinya sudah pasti berkurang, bukan? Toh, jika Renata ingin curhat atau ngobrol dengannya, mereka bisa melakukan itu di kelas. Begitu pula dengan Afin.
"Kalau gue lebih cocok dipanggil Bunny Cebol sama Alvaro, tentunya lo juga menilai gue sama, 'kan? Trus kenapa lo masih mau nerima gue?"
"Kita lagi antri, Fre, apa harus gue jawab di sini?" protes Afin yang mulai memompa kesabaran untuk pacarnya itu.
Freya kontan saja ngambek. Bibirnya dimonyongkan ke depan hingga memancing dengkusan geli Afin. Meskipun demikian, cowok itu tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, dia menyendokkan banyak daging ke piring Freya tanpa merasa bersalah.
"Better eat more. That suits you," kata Afin, sama sekali tidak meredakan bad mood-nya Freya.
Mereka mengambil tempat duduk kosong. Meski Freya sekarang sedang kesal pada Afin, rupanya dia masih bisa menikmati makanannya secara alamiah seolah-olah insiden tadi terlupakan begitu saja.
"As I said before, eating really suits you," ujar Afin dengan senyum lebar. "Oke, sekarang gue bakal jawab pertanyaan lo. Soal apa tadi? Bunny Cebol? Julukan Alvaro nggak salah karena sesuai dengan kenyataan."
Freya melengos kesal. Dengan cepat dia menghabiskan makanan di dalam mulutnya, lantas melotot pada Afin. "Lo pacar gue apa bukan, sih? Bukannya belain gue."
"Gue belum selesai ngomong," kata Afin kalem. "Masih ada kelanjutannya."
"Oya? Ada tambahan julukan lain selain Bunny Cebol? Belum cukup panjang rupanya, ya, nama gue?" omel Freya sarkastik, yang mulai tidak berselera dengan makanan di depannya.
Afin tertawa. "You always find your ways to make me laugh."
"Oh, jadi maksud lo... gue badut, ya?"
Tawa Afin semakin membahana, tetapi tidak berlangsung lama karena melihat mood Freya yang semakin parah. "Lo harusnya mengerti maksud gue."
"Bukannya memang maksud lo begitu, 'kan?"
"Lebih tepatnya, itu sama sekali bukan ejekan," jawab Afin. "Justru semua itu yang membuat gue tertarik sama lo sejak awal."
"Tapi lo sempurna," kilah Freya. "Seharusnya kriteria lo tepat seperti Alvaro yang sukanya sama cewek yang sesempurna dirinya, jadi bisa selevel. Winnie contohnya."
"Kenapa harus Winnie?" tanya Afin sembari menaikkan sebelah alisnya. "Kayak nggak ada cewek lain aja. Yang sempurna itu nggak harus sama pasangan sempurna. Lo bayangin, deh, kalo semua penduduk di bumi ini nyarinya yang selevel semua. Yang namanya memperbaiki keturunan itu bakal jadi sebatas mimpi."
Afin lantas meletakkan sendok dan garpunya hanya untuk menatap Freya lebih intens dengan tangan besar yang menopang sisi wajahnya. Dipandang seperti itu tentu saja membuat jantung Freya melemah tanpa permisi terlebih dahulu ke otaknya. "Gue udah sempurna; ganteng, pintar, kaya, tinggi, mempesona, dan menawan. Oya dan satu lagi. Tatapan gue akan membuat siapa saja melumer termasuk elo. Jadi, gue nggak butuh cewek yang saingan sama gue karena gue yang akan melengkapi dia. Yang gue butuhkan itu seseorang yang bisa membuat gue nyaman dan apa adanya di depannya. Bisa buat gue ketawa ngakak adalah salah satu contohnya. Is that clear now, Freya Gisella?"
"Gue jadi punya satu gombalan buat lo," kata Freya tiba-tiba selagi rona merah di wajahnya merambat hingga ke daun telinganya. "Kalo kita berencana untuk memerankan drama romantis, gue izinkan lo ciptakan sendiri alur cerita yang lo mau, yang penting ada gue di dalamnya."
Afin tersenyum lucu, tetapi manis di saat bersamaan hingga matanya melengkung indah.
"You must be prepared for that, Freya Gisella."
Bersambung ke Final
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro