26). Derwin's Plan Part 2
Bisa dibilang, hubungan Alvaro dengan Winnie sudah lebih dekat dari sebelumnya dan ini menjadi kabar yang bahagia bagi cowok itu. Oleh karenanya, ketika mendengar usul Andro untuk berjalan-jalan sekaligus menginap di resort yang sudah berganti kepemilikan di bawah nama Neandro, Alvaro tidak memikirkan jawaban selain setuju.
Ini bisa menjadi kencan terspesial dengan Winnie karena keduanya akan menghabiskan waktu bersama lebih lama dari biasanya.
Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam dengan bus mewah yang disponsori langsung oleh Alvaro supaya mereka bisa melakukan perjalanan dengan nyaman. Dia tidak bisa membayangkan jika mereka semua harus naik mobil pribadi masing-masing. Bukankah lebih efektif pergi bersama dalam satu kendaraan?
Bus itu jelas bukan bus biasa karena dari luar saja sudah kelihatan tiga kali lebih mahal ketimbang bus umum biasa. Faktanya, bus itu termasuk yang termahal dari total 20 bus, setara dengan bus hotel bintang lima di Indonesia. Alvaro mengetahuinya karena kendaraan tersebut berasal dari anak perusahaan naungan keluarga Byantara.
Namanya saja mewah dan mahal, di dalamnya sudah pasti mempunyai fasilitas khusus seperti LCD TV, meja makan, sofa, bahkan tempat tidur. Oya, satu lagi yang paling penting, yaitu fitur AC di dalamnya.
Sesuai dugaan, ekspresi yang paling kentara adalah dari Freya, yang begitu sulit untuk menutup mulutnya yang gampang terbuka setiap matanya meneliti semua kemewahan di hadapannya. Afin tidak henti-hentinya melempar tatapan geli padanya, sementara Renata yang duduk tidak jauh dari mereka, memilih untuk memejamkan mata. Andro yang duduk di sebelahnya tampak berusaha untuk mencari topik agar mereka bisa lebih banyak berbincang, pada akhirnya memilih pasrah.
Ars lain lagi. Dia tampak bersenang-senang bersama Derwin yang ditemani oleh beberapa cewek random yang mereka ajak untuk menemani mereka selama liburan akhir pekan. Kedua cowok itu tampak seperti adik kakak yang menikmati momen ini dengan ekspresi yang hampir sama.
Sedangkan para abang, yaitu Delpiero dan Delvino, duduk mengelompok bersama istri mereka di tempat duduk bagian belakang. Mereka berempat terlihat begitu kompak bersama-sama.
Terakhir, Alvaro dan Winnie duduk bersama di barisan agak depan dekat supir. Cowok itu sengaja mengajak Winnie duduk di sana. Selain mengatur supir dan menunjukkan arah, Alvaro berpikir untuk memberikan jarak antara Winnie dengan Afin. Dia tidak ingin peristiwa di pesta terulang lagi, di saat Winnie melirik Afin dengan ekspresi sedih meski Alvaro yakin rasa sukanya pada cowok itu sudah banyak berkurang.
Karena cinta bisa muncul karena terbiasa, bukan? Alvaro pernah mendengar kutipan seperti itu dan mengakui kebenarannya. Juga, dia sangat menanti momen di saat Winnie menyukainya secara penuh, tanpa alang-alang.
Bus yang ditumpangi pada akhirnya sampai ketika senja telah tiba dan langit mulai gelap. Mereka segera check-in terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamar masing-masing; Winnie-Freya-Renata sekamar, Alvaro-Andro-Afin sekamar, Ars dan Derwin sekamar, sedangkan pasangan Delpiero dan Delvino memilih untuk bersama dalam satu kamar karena Michelle dan Sarah berencana melakukan pijat eksklusif.
Tiga puluh menit kemudian, mereka berkumpul lalu bersama-sama melangkah menuju restoran setelah bersiap-siap. Freya terpana dengan segala keindahan di sana. Bahkan tanaman yang terlihat biasa-biasa saja bisa menjadi salah satu tanaman yang bergengsi.
"Ada cocktail!" bisik Freya pada Afin dengan antusias berlebihan sementara mereka membaca menu untuk memilih makan malam mereka.
"Itu beralkohol, Fre. Lo nggak boleh minum," kata Afin memperingatkan, yang secara kebetulan didengar oleh Derwin yang duduk di sebelah Afin yang lain.
"Teknisnya, nggak sampai setahun lagi umur gue 17 tahun. Harusnya nggak apa-apa, 'kan? Lagian gue cuma cobain dikit."
"Masalahnya, gue belum tau batas toleran alkohol lo berapa persen. Gimana kalo lo minum dikit aja udah ambruk? Bisa berabe, dong, kalo gue yang harus gendong lo."
"Cocktail itu minuman campuran, kan, ya? Siapa tau gue nggak langsung mabuk."
"Pokoknya nggak!" tolak Afin tegas. "Gue udah janji sama papa-mama lo buat jagain lo dan gue sama sekali nggak ada niat untuk mengingkarinya."
Bibir Freya langsung manyun. "Tega bener."
Mereka berdua tidak sadar kalau sedari tadi Derwin menguping pembicaraan mereka yang mendadak memberikan inspirasi berupa ide cemerlang dari dalam pikirannya.
⭐⭐⭐
Malam semakin larut. Derwin yang masih belum tidur memperhatikan ada seseorang yang sedang sendirian di dekat kolam renang. Cowok itu bisa melihatnya dengan jelas karena balkon kamarnya berhadapan langsung dengan pemandangan di kolam renang.
Seseorang itu adalah Afin. Sama seperti dirinya, sepertinya adik bungsunya juga tidak bisa tidur. Wajar saja, mengingat mereka berdua sedari dulu mempunyai kebiasaan yang sama, yaitu sulit beradaptasi jika menginap di tempat yang asing.
Melihat Afin sendirian, Derwin jadi yakin bahwa ini adalah kesempatan yang tepat.
⭐⭐⭐
Kepala Derwin menyembul ke dalam kamar setelah Freya membukakan pintu untuknya.
Renata sudah tertidur pulas dan seperti pengakuan yang pernah diutarakan dalam pesta beberapa waktu yang lalu, cewek itu tidur terlalu lelap dari seharusnya.
"Ada apa, Kak?" tanya Freya yang kebetulan memang tidak bisa tidur padahal waktu telah mencapai jam tengah malam.
"Syukur, deh, lo belum tidur," kata Derwin dengan tatapan jenaka. "Afin nyariin lo."
"Nyari gue, kenapa?" tanya Freya polos.
"Ya mana gue tau," kilah Derwin cuek. "Kan, lo pacarnya. Mungkin dia kangen. Sana, gih. Afin tunggu lo di kolam renang. Nanti gue yang siapin minuman spesial buat kalian berdua, jadi nggak usah pesan minuman, ya?"
Freya mengangguk sementara Derwin terkekeh iseng di belakangnya. Dia segera berbalik menuju restoran untuk memesan dua gelas cocktail dengan kadar alkohol yang lebih tinggi daripada seharusnya.
⭐⭐⭐
"Tunggu gue di dekat kolam renang aja," kata Alvaro pada Winnie dengan cengiran di bibir. "Gue siapin kejutan buat lo. Tunggu gue, ya?"
Alvaro tidak tahu kalau sedari tadi Afin sudah berada di sana duluan. Jadi, ketika Winnie melangkah menuju kolam renang dan melihat sosok Afin yang sedang sendirian, cewek itu tampak bimbang.
Satu sisi jika dia mengajak Afin bicara, Alvaro pasti akan cemburu melihat mereka berdua pada jam tengah malam begini. Sebaliknya, jika dia tidak mendekati Afin, dia sendiri merasa ingin berbincang dengannya walau sebentar. Jika hanya mengobrol... bukankah seharusnya tidak apa-apa?
Tepat pada saat itu, salah seorang pelayan restoran membawakan dua gelas minuman dan meletakkannya di meja kecil dekat kolam renang. Afin menoleh karena sadar ada yang mendekat, lalu ekor matanya menangkap sosok Winnie yang sudah berdiri tidak jauh darinya.
Afin jelas kaget dengan kehadiran Winnie yang tidak disangka-sangka.
"Hmm... sori. Gue ganggu, ya? Gue tadi nungguin Alvaro, katanya lagi nyiapin sesuatu buat gue dan dia nyuruh gue nunggu di sini. Gue nggak tau kalo lo di sini juga, jadi...."
"Oh, nggak apa-apa, kok. Kalo gitu gue yang cabut aja, ya? Lagian udah malam juga," kata Afin sembari melangkahkan kakinya untuk pamit, tetapi langkahnya terhenti karena kata-kata dari Winnie.
"Nggak usah, gue yang cabut aja soalnya lo pasti nungguin Freya di sini, 'kan? Ada dua gelas minuman, soalnya. Lo yang pesan, ya?"
"Bukan," kilah Afin. "Apa mungkin itu dari Alvaro? Katanya nyiapin sesuatu buat lo, 'kan?"
Winnie lantas mendekati meja di mana dua gelas tersebut berada dan duduk di salah satu bangkunya. Mungkin juga."
Winnie mencicipi minuman itu yang segera saja membuat keningnya berlipat karena rasa dari minuman yang tidak biasa. "Is this cocktail? I don't think the taste's that bad."
Afin mencelus dan segera mendatangi Winnie untuk merebut gelas di tangannya, kemudian menghirup aroma dari minuman itu. "Ini alkoholnya gede banget. Lo nggak minum banyak, 'kan?"
"Cuma cicipi sedikit, sih, tapi rasa alkoholnya kuat banget," kata Winnie, alisnya masih mengerut karena rasa alkohol yang tidak mengenakkan itu. Batas toleran alkohol cewek itu memang tergolong rendah, sehingga sedikit cicipan dari cocktail itu saja sudah membuatnya seperti melayang.
"Lo mau ke mana, Fin?" tanya Winnie dengan nada bicara yang mulai berubah. Kelihatannya dia sudah mabuk meski masih tergolong ringan.
"Gue mau nyari Alvaro. Lo tunggu di sini, ya?"
Namun, sebuah tarikan pada pergelangan tangannya yang berakhir pada pelukan adalah sebuah situasi yang sangat tidak menguntungkan. Terlebih ketika pemandangan tersebut diperhatikan secara langsung oleh Freya yang baru saja sampai ke area kolam renang, disusul Alvaro di belakang. Keduanya refleks beradu tatapan satu sama lain. Tatapan keduanya sarat akan kekagetan yang mengental, juga sarat akan kecemburuan di dalamnya.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro