Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17). Truth or Dare

Winnie sebenarnya sangat bersyukur memiliki Alvaro di sisinya karena dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika dia harus menghadiri pesta sekolah tanpa pasangan. Pasangan dalam artian yang memberikan rasa nyaman, tentu saja. Percayalah, meski banyak cowok menaruh perasaan padanya dan pastinya tidak akan berpikir dua kali untuk mendekat jika sedang sendirian, Winnie sulit berinteraksi dengan mereka karena sifatnya yang agak introver. Itulah sebabnya, tidak sedikit yang menganggapnya sombong dan sok kecakepan.

Walau masih sulit merelakan Afin berada di samping Freya, hati kecilnya mengakui bahwa dia begitu cantik malam ini yang penampilannya dilengkapi oleh rambut palsu yang sangat cocok untuknya. Cewek itu sangat layak bersanding dengan Afin meski tinggi badan keduanya tidak sepadan karena Freya memiliki tubuh agak mini yang memberi kesan adorable pada saat bersamaan.

Berbanding terbalik dengan mereka, Winnie dan Alvaro justru terlihat sempurna karena tinggi badan yang hampir sepantaran, padahal cowok itu paling tinggi dari semua cowok di sekolah. Visual keduanya yang rupawan jelas berhasil membuat siapa saja iri.

Mereka yang berpasangan diwajibkan menempati barisan paling depan, yang letaknya di sebelah kanan panggung. Setelah diperhatikan dengan saksama, rupanya jumlah murid yang memilih untuk hadir dengan pasangan jauh lebih sedikit dari prediksi Winnie.

"Al, gue kira jumlah pasangan yang hadir bakal lebih banyak, tapi ternyata mereka malah lebih memilih buat mengisi acara. Menurut lo, bakal selesai sampai jam berapa, ya? Karena itu artinya... yang ngisi acara jauh lebih banyak," kata Winnie membuka pembicaraan usai duduk dan mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Tidak disangka-sangka, mereka sebaris dengan Freya-Afin dan Renata-Andro.

Mereka sempat menyapanya dan Alvaro dengan senyuman, yang dibalas balik dengan cara yang sama. Entah kenapa, dia tidak bisa membenci Freya. Mungkin itulah yang menjadi sebab, mengapa anggota A4 lain bisa cepat akrab dengan cewek itu.

"Gue denger mereka udah diseleksi langsung sama juri profesional yang dikirim sama keluarga Zenya biar nggak malu-maluin waktu gladi resik kemarin," kata Alvaro sambil mengulurkan tangan untuk memperbaiki posisi pita di leher Winnie. "Sisanya yang gagal harus berpartisipasi dalam acara yang lain. Katanya, itu konsekuensi buat mereka yang memilih buat mengisi acara daripada hadir sama pasangan."

"Kenapa kedengarannya lebih sulit daripada hadir bareng pasangan? Mereka pasti nyesel karena udah mengambil keputusan yang salah," komentar Winnie yang gagal paham.

"Lo lupa, ya, kalo kita juga punya bagian dalam mengisi acara ini? Kita mesti berdansa setelah mereka semua selesai tampil."

"Cuma dansa doang? That's much easier than watching from here."

"Lo bosan, ya? Sini, baring aja di bahu gue," tawar Alvaro dengan tatapan jenaka sembari menepuk pundaknya, mengundang senyuman lebar Winnie, tetapi dia tidak berniat untuk menuruti tawaran Alvaro.

Mata Winnie saat itu tidak sengaja menangkap sosok Afin yang sedang berbisik ke telinga Freya karena tatapannya pada Alvaro membuatnya juga bisa menatap Afin yang duduk tidak jauh dari mereka.

Afin tertawa lebar di sana, sepertinya sedang menertawakan lelucon Freya. Aksi bungkam Winnie yang terasa janggal membuat Alvaro heran. Lantas setelah mengetahui ke mana arah pandangnya, cowok itu menghela napas panjang sebelum mengangkat tangan untuk menyentuh sisi wajah Winnie dengan lembut.

Mata Winnie kembali pada Alvaro yang menatapnya dengan intens. "You'll be hurt if you keep staring at him."

"You must be hurt, too," ucap Winnie dengan sorot mata iba. "And I feel sorry."

"No need to," kilah Alvaro sambil tersenyum manis. "Because I have promised to make you fall in love with me by yourself. I won't lose."

Tepat pada saat itu, seakan sedang memerankan salah satu cuplikan adegan dalam drama, mata Afin juga tidak sengaja melihat ke arah Winnie di saat wajahnya sedang disentuh oleh Alvaro. Keduanya bertatapan dengan intens, hingga Afin tidak sadar sedang menatap ke arah sana dalam durasi yang cukup lama. Freya mengangkat sebelah alis setelah mengecek apa yang diperhatikan oleh cowok itu.

"Cinta itu begitu rumit, ya." Freya berkomentar dengan desahan panjang seolah-olah dia yang mengalaminya.

Afin seakan tersadar dari lamunan, lalu mengalihkan tatapannya pada Freya. "Kayak pernah ngerasain aja."

"Gue udah berpengalaman soal ini. Lewat drama yang gue tonton sih. Hehehe...."

"Oya?" tantang Afin. "Jadi, potongan adegan yang kayak gini, tuh, ending-nya bakal gimana?"

"Hmm... banyak versi," gumam Freya sambil menyentuh dagunya dengan tatapan serius, mirip detektif Conan yang sedang menganalisis sebuah kasus. "Ada yang tetap bertahan dengan cinta pertamanya, tapi ada juga yang move on ke cinta yang lain."

"Kalo lo jadi gue, lo bakal pilih yang mana?"

"Kan lo yang menjalaninya, bukan gue!" protes Freya, tetapi dia menjawab juga pertanyaan Afin. "Ada dua drama Taiwan yang bisa lo jadikan referensi. Yang pertama judulnya Put Your Head on My Shoulder, cocok buat lo kalo mau move on. Yang kedua berjudul A Love so Beautiful, kalo lo berniat untuk bertahan di sisi cinta pertama lo sampai akhir."

"Apa gue harus nonton kedua dramanya dulu?" tanya Afin dengan nada sinis.

"Itu, kan, cuma saran," kilah Freya. "Kalo lo nggak mau nonton, ya... nggak apa-apa, sih. Toh bukan gue yang rugi."

Afin mencibir. Sebenarnya dia hampir saja mengangkat tangannya untuk mencubit pipi Freya, tetapi diurungkannya karena acara sudah dimulai.

"As expected, Zenya Cassimira," bisik Afin yang bisa didengar oleh Freya, sementara yang dipanggil maju ke atas panggung dengan mic pada genggamannya. Jelas, dia adalah pembawa acara malam ini.

Setelah serangkaian kata sambutan dari orang penting, mereka masuk dalam sesi hiburan dari para selebritis yang diundang bersama sejumlah murid SMA Bernard untuk mempertunjukkan bakat dan kemampuan di atas panggung, yang Freya akui benar-benar profesional. Tidak hanya tarian dan nyanyian, tetapi juga puisi dan drama yang menarik ikut meramaikan acara tersebut.

Dua jam kemudian, Kepala Sekolah bersama guru lain maju ke depan sesuai arahan pembawa acara untuk meniup lilin dan memotong kue ulang tahun yang baru pertama kali dilihat Freya selama hidupnya.

"Gila, berapa tingkat, tuh? Buset! Kayak apartemen aja!" Freya refleks mendumel sendiri, mengabaikan tawa Afin di sebelahnya yang refleks menertawakan kehebohannya.

"Selain cepat terpesona dengan hal biasa, lo juga rupanya cepat kaget dengan hal yang biasa juga, ya."

"Itu bukan biasa!" kilah Freya. "Gue nggak pernah liat kue setinggi menara. Mubazir banget menurut gue. Kenapa uangnya nggak disumbangkan aja?"

"Karena terlalu banyak sumbangan yang udah diterima sekolah. Saking lebihnya sampai-sampai nggak tau mau gimana habisin," jelas Afin enteng. "Kemarin gue denger papanya Ars bayar SPP full setahun, lengkap dengan bunganya."

Melihat keterkejutan Freya, Afin menambahkan, "Lengkap dengan bunganya karena takut SPP naik, jadi disuruh simpan aja kembaliannya."

Freya menggelengkan kepalanya dengan tatapan tidak percaya. "Ternyata yang mereka bilang bener soal keturunan konglomerat yang nggak waras otaknya atau disebut sebagai crazy rich syndrome."

"Meski nggak waras, tetapi tetap diidamkan oleh semua kalangan, apalagi kalangan cewek. Am I right or I am right?"

"Oke gue harus akui kalo itu bener," jawab Freya yang akhirnya memilih untuk mengakui alih-alih membantah.

⭐⭐⭐

"Baiklah, tidak terasa kita sudah sampai ke penghujung acara, tapi saya jamin meski ini adalah sesi terakhir, kalian nggak bakalan nyesal menyaksikan penampilan khusus dari para siswa-siswi yang memilih hadir secara berpasangan ini. Kalian bisa perhatikan di bangku sebelah kiri saya atau lebih tepatnya sebelah kanan dari sudut pandang penonton. Mereka adalah para pasangan yang cantik-cantik dan tampan-tampan, bukan? Bahkan ada pasangan populer SMA Bernard yang rumornya akan segera bertunangan; Alvaro Byantara bersama pasangannya—–Alyssa Edelwine. Trus rupanya ada Defian Fransisco yang awalnya dirumorkan bertunangan sama Alyssa tetapi telah digantikan oleh Alvaro—–"

"Gue udah duga dia rencanain sesi pasangan ini untuk memancing kontroversi," keluh Andro, sementara Afin mengepalkan tangannya dengan kesal.

Para jurnalis yang berada di bawah naungan perusahaan majalah milik keluarga Cassimira tentu tidak melewatkan kesempatan ini. Sedangkan Zenya, dia tampak begitu menikmati momen ini dengan seringai yang jelas pada bibirnya.

"Tampaknya reporter sudah tidak sabar untuk mendokumentasikan ini. Kalau begitu, saya akan melewati sesi basa-basinya, jadi langsung saja kita sambut para pasangan ke atas panggung! BERI TEPUK TANGAN YANG MERIAH!" teriak Zenya sebelum menepuk tangannya dengan semangat, disambut oleh para penonton.

Freya menoleh ke sekitar dan mulai panas dingin saat menyadari jumlah pasangan yang duduk di antara mereka sudah lenyap. Yang tersisa hanyalah dirinya dengan Afin, bersama Renata-Andro, dan Winnie-Alvaro saja.

"Kayaknya ini termasuk akal-akalan Zenya karena yang tersisa hanya kita berenam doang," bisik Freya cemas.

Afin tidak merespons, tetapi dia menarik tangan Freya supaya bisa berjalan bersisian selama perjalanan mereka ke atas panggung. Layaknya lampu sorot, banyak pasang mata tertuju pada mereka hingga Freya berfirasat kalau para reporter lebih banyak memfokuskan kamera pada dirinya dan Afin, terbukti dari kilatan beruntun yang terarah pada keduanya.

Freya tidak terbiasa dipotret sehingga dia menunduk untuk mencegah matanya kesilauan, yang tidak disangka-sangka dibantu oleh Afin yang menutup sebagian besar wajahnya dengan tangan lebarnya.

"Baiklah, apa kita mulai sekarang?" tanya Zenya pada penonton yang menyambut dengan positif, tetapi terdengar mengerikan bagi Freya. Secara tidak sadar, dia menggenggam jemari Afin erat seolah meminjam kekuatan dari sana, yang otomatis dibalas oleh cowok itu.

"Seperti yang saya bilang tadi, sesi ini dijamin nggak akan membosankan. Kenapa? Karena sebagai murid yang memiliki passion dalam penyiaran, saya tau di antara kalian semua pasti penasaran dengan tiga pasang cowok-cewek yang berdiri di depan kalian semua sekarang ini. Itulah sebabnya, saya mendukung mereka untuk naik ke atas panggung dan melakukan beberapa pertunjukan yang pastinya akan membuat rasa penasaran kalian terbayarkan. Jadi, sebelum jam malam kita berubah jadi jam tengah malam, kita langsung saja ke sesi tes chemistry. Yuk, langsung saja!"

Terdengar tepuk tangan dari penonton lagi sementara Zenya menjentikkan jari ke salah satu asistennya yang langsung membawa dua buah wadah kaca berisi gulungan kertas. Masing-masing wadah telah ditempeli stiker khusus, tetapi Freya tidak bisa membaca tulisan apa yang tertera di sana.

"Ini udah saya persiapkan dari jauh hari bersama beberapa rekan yang bertanggung jawab di klub penyiaran," jelas Zenya, menjawab tatapan ingin tahu dari semua orang. "Isinya beragam, lebih tepatnya kita kayak main Truth or Dare. Caranya, kita bakal ajak masing-masing peserta untuk melempar dadu yang semua sisinya udah ditempeli stiker, yaitu stiker T dan D. Kalo jatuhnya T berarti Truth dan D artinya Dare, yang berarti harus dipenuhi oleh mereka tanpa terkecuali. Baiklah, apa kalian sudah siap?"

Kalimat terakhir Zenya ditujukan pada para pasangan, yang diangguki dengan tidak yakin. Meskipun demikian, Zenya seperti tidak melihat hal itu dan berpura-pura telah mendengar kesiapan mereka untuk permainan ini.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro