24. Ternyata Mengarah Ke Suatu Maksud
— ■ —
Patrick tampak diam termenung sembari memegang ponselnya. Matanya seperti tertuju ke layar tersebut.
Pagi berikutnya telah datang. Dan seperti biasanya, Patrick berniat menjalani rutinitas paginya dengan secangkir kopi panas buatan partner-nya. Itu pasti akan jadi pagi yang tenang.
Andai ia tak mendapatkan sebuah pesan memuakkan--baginya--pagi itu.
"Sir?"
Suara panggilan Stephanie seketika menyadarkan Patrick dari lamunannya begitu saja. Ia menoleh. Memandang wanita berambut honey blonde itu yang tengah balik menatapnya, sembari membawa dua mug berisi minuman panas.
"Anda ... baik-baik saja?" tanya Stephanie sambil menyodorkan salah satu mug-nya yang berisi kopi panas.
Patrick hanya mengangguk. Menerima minuman pemberian Stephanie, dan kembali fokus pada ponselnya. Gelas berisi kopi di tangan kirinya, tampak terlupakan olehnya.
"Sir?" panggil Stephanie lagi.
"Ini harinya," ujar Patrick tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnga tersebut.
"Hari apa?" balas Stephanie dengan pertanyaan. Ucapannya seolah terdengar hanya setengah arti, sehingga Stephanie jelas tak memahaminya.
"Peringatan kematian Ayahku," jelas Patrick.
"O ... oh ...,"
Stephanie seolah kehabisan kata-kata. Itu bukan pernyataan yang aneh. Hanya saja, ia tak mengira akan mendengar hal semacam itu. Terutama, jika dirinya ingat bagaimana ayah Patrick dulunya.
"Dan ... Anda diminta datang untuk memperingati hari kematiannya?" tebak Stephanie. Yang dibalas hanya dengan anggukan.
Sang wanita sejenak terdiam. Tangannya yang memegang gelas, perlahan membawa benda itu ke bibirnya. Dan sedikit menyesap minuman yang cenderung memiliki rasa pahit itu.
"Kalau begitu, pergilah," saran Stephanie usai menyesap minumnya. Dan saran itu, seketika langsung membuat Patrick menoleh atau menatap ke arahnya lurus.
Ketika tatapan Patrick jatuh kepadanya, Stephanie terlihat mengangkat kedua alisnya. Seolah menunggu balasan sang pria terkait sarannya itu. Yang entah sebenarnya baik atau tidak.
"Entahlah," Patrick akhirnya menjawab dengan tatapannya yang mengarah ke arah lain. Menghindari kontak mata langsung dengan kembali memandang ponselnya. "Aku ... aku tak yakin siap dengan apa yang kuhadapi nanti,"
Stephanie membisu. Perlahan kembali mengarahkan minumannya ke bibirnya.
"Anda ingin saya pergi bersama Anda?" tawar Stephanie akhirnya.
Dan pertanyaan itu sukses membuat Patrick kembali fokus padanya.
— ■ —
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro