Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Ini Bukan Keahlianku

— ■ —

"Cara membujuk seorang wanita agar tak mengabaikanmu?" tanya Johnny memastikan pertanyaan sahabatnya itu. Dan yang utama tentunya, memastikan ia tidak salah dengar.

"Ya," Patrick mengangguk, "apa kau tahu bagaimana caranya?"

Johnny sejenak membisu. Meraih cangkirnya yang berisi teh, dan menyesapnya.

"Apa dasarmu bertanya hal seperti ini?" tanya Johnny kembali meletakkan cangkirnya, dan menatap Patrick curiga. "Kau sudah mulai mencoba untuk mendekatkan diri dengan wanita?"

Patrick menggeleng.

"Lalu?" tanya Johnny lagi.

Dan Patrick pun mulai menceritakan apa yang terjadi.

Bicara soal apa yang sedang terjadi, sudah dua hari berlalu semenjak perdebatan--atau mungkin pertengkaran--antara Patrick dan Stephanie. Hingga hari ketiga, belum tampak adanya tanda-tanda mereka berbaikan. Stephanie memang tetap menyiapkan makanan untuk Patrick. Namun, selama di meja makan, suasananya sangatlah awkward. Membuat makanan yang dinikmati Patrick, terasa tidak enak.

Karena itulah, hari ini Patrick membuat janji untuk bertemu dengan Johnny di sebuah cafe. Ia perlu saran. Masukan. Ia benar-benar bodoh dalam hal ini.

Tapi sungguh. Ia sendiri juga tak tahu kenapa Stephanie bisa semarah itu padanya hanya karena hal tersebut. Dan lagi, wanita itu jatuh hati pada Patrick? Yang benar?

"Hm ... begitu rupanya," Johnny terlihat mengangguk-angguk paham usai mendengar keseluruhan cerita, yang diutarakan Patrick. "Itu ... sangat mengejutkan. Terutama untuk bagian dia jatuh hati padamu,"

"Bagaimana aku harus menanggapi itu? Aku benar-benar bisa gila jika harus hidup dengan keadaan semacam ini," balas Patrick gelisah.

Johnny memiringkan kepalanya.

"Kenapa kau merasa begitu?" tanyanya heran. Ucapan Patrick barusan, rasanya aneh. Jelas sangat aneh. "Maksudku, hubungan kalian ini sifatnya tak tetap, 'kan? Jadi, kenapa kau harus merasa gelisah diperlakukan demikian oleh wanita itu?"

Patrick terdiam.

"Aku ... tidak tahu," jawab Patrick usai terdiam beberapa saat. "Aku juga tak tahu kenapa harus merasa repot dengan perlakuan Willkerson padaku."

Ganti Johnny yang terdiam.

"Well ... kurasa aku juga akan marah padamu andai berada diposisi Willkerson," ujar Johnny akhirnya berpendapat. "Maksudku, menghina pekerjaanku begitu saja tanpa tahu asal muasalnya,"

"Aku tidak menghinanya," sanggah Patrick membela diri, "itu hanya sebuah perumpamaan,"

"Kau tahu, Patrick? Ada yang bilang, membahas soal pekerjaan dalam sebuah percakapan, bukanlah hal yang bagus," ucap Johnny, "terutama percakapan antara dua orang yang belum akrab sepenuhnya. Oh benar. Itu menjadi pertanyaan baru di benakku,"

Patrick menyipitkan mata.

"Kenapa kau tiba-tiba ingin tahu soal Metanoia?" tanya Johnny.

"Apa salah jika aku ingin sedikit lebih mengenalnya?" balas Patrick bertanya balik.

"Tidak juga," jawab Johnny, "hanya saja, kau salah dalam mengambil langkah,"

"Kenapa ujung-ujungnya kau juga menyalahkanku?" gerutu Patrick merasa geram.

"Karena kau memang pantas mendapatkannya," balas Johnny menggedikan bahu.

Patrick tak menyanggah bagian itu. Karena setelah ia pikir, memang ucapan Johnny ada benarnya. Dan ia sendiri memang tak pandai dalam menilai situasi maupun kondisi.

"Tapi soal bagian terakhir itu, sungguh ia mengatakan demikian?" tanya Johnny yang seketika menyadarkan lamunan Patrick.

"Soal ia menyesal jatuh hati padaku?" tanya Patrick memastikan. Yang dibalas Johnny dengan anggukan. "Ya, ia memang mengatakannya,"

"Well ... Bagian itu cukup rumit jadinya," komentar Johnny tersenyum masam.

"Apa maksudmu?"

"Mereka itu--Metanoia, mereka memiliki aturan yang melarang pekerjanya menyukai partner yang menjadi pasangannya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro