Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Itu Dilarang

- ■ -

Pagi yang lain telah datang. Dan beberapa hari belakangan ini--tepatnya setelah hari dimana ia membuka diri--Patrick tidak mengalami mimpi buruk. Bahkan ia tak bermimpi apapun selama beberapa hari terakhir. Itu cukup mengejutkan, tapi disisi lain juga melegakan.

Karena Patrick berpikir, akhirnya tiba hari semacam itu. Apakah itu berarti, ia telah berubah? Meski hanya sedikit sekalipun.

Jadi, kehadiran Stephanie di sisinya, sungguh telah mengubah dunianya?

Langkah sang pria yang sempoyongan karena rasa malas dan kantuk, seketika terhenti saat matanya tak menangkap sosok seseorang yang seharusnya ada di dapur setiap pagi. Menyapanya dengan bahasa formalnya, dan selalu mempertanyakan bagaimana tidurnya.

'Kemana wanita itu?' batin Patrick berbalik dari area ruang makan, untuk ganti menuju kamar milik Stephanie.

Namun, langkah Patrick tiba-tiba terhenti ketika ia menangkap sepucuk surat yang berada di meja makan. Terselip di bawah piring berisi roti sandwich. Ia meraihnya, membuka lipatannya dan mendapati ada sebuah pesan dari wanita yang dicarinya.

[Selamat pagi, Mr.Patrick. Maaf saya tidak bisa menyambut Anda ketika Anda sudah bangun. Saya harus kembali ke Metanoia untuk urusan pekerjaan. Saya tidak akan pergi selama satu hari penuh, jadi jangan khawatir.

Tolong jangan lupa memakan sarapan Anda. Saya sudah menyiapkan sandwich tuna di atas surat ini.

Tertanda,
Willkerson]

Patrick tanpa sadar mendengus usai membaca surat tersebut.

"Jadi dia pergi ya," gumamnya memandang sekitar. Seperti menilai sesuatu, tapi ia tak tahu apa. "Yah sudahlah. Toh itu berarti aku lebih bebas jika tidak ada dia."

***

Stephanie menutup sebuah buku jurnal medis tebal yang tersimpan di perpustakaan kantor Metanoia. Sejenak membaca kembali judul jurnalnya, sebelum mengembalikannya lagi ke rak semula. Lalu mencari jurnal lainnya.

"Will?"

Suara seorang wanita berhasil menarik perhatian Stephanie dari deretan jurnal medis yang ada. Wanita itu menoleh, dan perlahan mengukir senyum kepada sosok perempuan berambut hitam sebahu. Iris biru kelabunya jelas menunjukkan keterkejutan.

"Hei, Siren," balas Stephanie agak lirih. Ingat dimana ia berada saat itu.

"Tidak biasanya aku melihatmu di sini," komentar wanita yang menyandang nama Siren itu, sembari melirik rak yang tengah dihadapi Stephanie. "Di bagian rak jurnal medis pula. Apa seburuk itu partner-mu kali ini?"

"Ah, partner ya ...," balas Stephanie terdengar terpaksa atau ogah-ogahan. Tangannya terlihat meraih sebuah jurnal medis tentang saraf otak. Membukanya, dan membacanya setengah hati. "Entahlah, aku tidak yakin,"

"Apa?" Siren membelalakkan mata. "Seorang Stephanie Willkerson mengatakan tidak yakin? Sungguh separah itu kah dia bagimu?"

Stephanie membisu. Matanya tertuju pada barisan tulisan ilmiah yang tertulis di kertas jurnal itu. Tapi faktanya, ia tak benar-benar membacanya.

"Siren," panggil Stephanie sambil menutup jurnal di tangannya, dan menoleh ke arah wanita berambut pendek itu.

"Hm?" Siren mengangkat sebelah alisnya.

"Sepertinya aku jatuh cinta," ujar Stephanie tak yakin.

"Oh ya? Baguslah," Siren terlihat mengangguk-angguk. Matanya fokus pada jurnal medis yang baru dibuka dan dibacanya, tapi telinganya tetap mendengar segala ucapan Stephanie. "Akhirnya kau punya seseorang yang bisa memahamimu. Siapa namanya? Kalau aku boleh tahu,"

"... rose ...," jawab Stephanie lirih. Membuat Siren harus mendekatkan dirinya.

"Ha? Siapa?" tanya Siren meminta pengulangan.

"Patrick Melrose," ulang Stephanie lebih jelas.

Kini, perhatian Siren tertuju sepenuhnya pada Stephanie. Keningnya berkerut, matanya menyipit, gerigi di otaknya mulai bergerak untuk mencerna ucapan Stephanie barusan.

"Rasanya aku familiar dengan nama itu," komentar Siren sambil berpikir.

"Dia partner-ku saat ini," jelas Stephanie langsung tanpa ragu.

"Ha? Apa katamu?"

"Dia. Partner-ku. Saat. Ini,"

Siren kehabisan kata-kata. Napasnya terasa tercekat di tenggorokannya selama beberapa detik.

"Steph," panggil Siren dengan nada yang serius. Perhatiannya tertuju penuh kepada rekan kerjanya tersebut. "Itu dilarang. Menyukai partner atau klienmu sendiri, jelas dilarang di Metanoia."

- ■ -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro