7.2 Final: the highest point
AIR LAUT mengganas penuh amarah di antara pencakar langit A-Capital. Ibukota dunia itu melebur menjadi samudra yang membawa ribuan mayat. A-Capital kini tak berbeda dari medan perang.
"Makka sedang melawan Lemyaku!" seru seorang siluman rajawali lantang. Bocah siluman itu terbang tinggi menatap pusat A-Capital. "Bersiaplah! Tentara A-Capital sedang menyebarkan diri untuk menghentikan kita!"
Aqso terbang di atas ribuan raksasa batu yang menerjang lautan tsunami. Bocah rajawali itu menjadi penuntun bagi pemberontak dari selatan.
Sejauh ini, rencana berjalan dengan semestinya. Tidak ada korban yang jatuh dari pihak pemberontak. Tsunami ini mungkin memperlambat laju para pemberontak, tapi itu juga akan memperlambat tentara A-Capital. Sayang, tsunami itu tidak memperlambat orang itu.
Seorang MESS phoenix, Blue Bird.
"Celaka!" seru Aqso dari kejauhan. Bocah rajawali itu tahu dia akan datang. "Sudah waktunya. Aku harus berpisah!"
Berbeda dari sebelumnya, Aqso menatap Blue Bird yakin. Meski kaki masih bergetar, bocah burung itu harus melaksanakan takdir. Seorang bocah tiga belas tahun akan melawan anggota Konvergen yang abadi.
Gila! Namun, ini tetap harus dilakukan. Jika ada salah satu tentara kuat mencapai pasukan pemberontak, orang terkuat harus mengorbankan diri. Pisahkan para musuh! Jangan sampai mereka mengganggu tujuan utama untuk membunuh Kaisar!
"Deli, aku pergi dulu," ucap Aqso menyorotkan tatapan tegar. Entah dirinya akan gugur, bocah rajawali itu ikhlas. Satu korban lebih baik daripada seisi pasukan. Meskipun demikian, Aqso sudah berjanji. Jika dirinya mati, dia akan memastikan lawannya tidak akan punya tangan dan kaki lagi. MESS rajawali itu tidak akan baik kepada musuh.
Deli pun mengangguk kepada Aqso. Dengan tatapan penuh rasa berat, gadis berdarah Latin itu harus menguatkan diri. Hari ini, semua orang akan menangis, termasuk Deli. Karena itu, teruskanlah! Kau tak sendirian sekarang.
"Terima kasih," ucap Aqso mengguratkan senyuman hangat. Bocah berambut ikal itu berusaha untuk yakin. Dia berupaya percaya bahwa dirinya kuat. Aqso selalu mengingat ucapan Makka,
Kekuatan MESS tak pernah terbatas!
Seraya menyorotkan tatapan yakin, MESS rajawali itu mengepakkan sayap coklat kemerahan kuat-kuat. Aqso meluncur naik ke angkasa. Dalam hitungan detik, dia melesat jauh ke depan. Tak terlihat.
Aqso akan melawan Blue Bird.
***
DI TENGAH ANGKASA yang menaungi lautan tsunami, burung phoenix yang diincar oleh Aqso itu terus meluncur ke arah selatan. Blue Bird hanya mempedulikan para pemberontak. Setiap teriakan orang-orang yang berada di ujung maut, sama sekali tidak ia hiraukan.
"Dasar manusia-manusia lemah—!"
MESS phoenix itu tiba-tiba ditabrak dengan suatu benda keras. Sampai memotong ejekan yang sedari tadi ia lontarkan, benda itu membuat Blue Bird naik pitam. "Apa-apaan itu tadi!"
Blue Bird menatap ke arah depan dengan sorot penuh amarah. Aneh. Kemurkaan tiba-tiba menghilang. Amarah berganti menjadi sebuah senyuman. Di depan Blue Bird, ada Aqso terbang dengan tatapan tajam.
"Ah! Kau rupanya!" seru Blue Bird melontarkan tawa yang mengiringi. Siluman phoenix itu tak menyangka bahwa benda keras yang menghantam adalah Aqso. Dalam bentuk rajawali, bocah Pakistan itu menyambar Blue Bird amat keras.
"Aku akan menghentikanmu!" balas Aqso tegas. Bocah berambut ikal itu tak ragu untuk menantang Konvergen. Meski kemungkinan kalah yang sangat besar, dia tak peduli. Aqso akan memenuhi tugas.
Tawa Blue Bird semakin kencang setelah mendengar perkataan Aqso. "Tidak perlu repot-repot! Ini tidak akan lama."
Dengan perangai angkuh, Blue Bird menanggapi bocah di depannya enteng. Meski keduanya sama-sama MESS, laki-laki berwujud phoenix itu yakin, dia jauh lebih unggul. "Aku akan memastikan ajalmu!"
Blue Bird tiba-tiba melesat kencang ke arah Aqso. Laki-laki bertubuh penuh tato itu mengejar Aqso sekencang yang ia bisa. Sangat mengejutkan.
MESS rajawali yang dikejar oleh Blue Bird pun terperanjat. Aqso langsung terbirit-birit. Dengan keringat yang keluar deras dari tubuh berbulu, dia hanya bisa melesat maju.
Aqso terbang secepat mungkin agar phoenix yang mengejarnya tak bisa mendekat. Seraya melewati gedung-gedung tinggi A-Capital yang perlahan hancur, keduanya melesat bagai kejar-kejaran jet tempur.
"Kau bilang, kau mau menghentikanku! Sekarang, kau malah lari, Bocah!" teriak Blue Bird mengejek siluman rajawali yang ia kejar.
Aqso tidak bisa berpikir banyak. Manuver cepat di antara gedung-gedung, sudah sangat sulit. Apalagi, menjawab celoteh tak berguna dari Blue Bird. Tentu tak sempat!
MESS rajawali itu mungkin benar, dirinya kabur seperti pengecut. Namun, Aqso sudah mengambil pilihan yang tepat. Percuma melukai seekor phoenix. Dia akan sembuh lagi. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Blue Bird adalah membawanya ke Quartz. MESS-02 itu pasti bisa membunuh siluman phoenix ini.
Aku akan membawa Blue Bird ke pasukan utara! Aqso berseru dalam batin. Bocah Pakistan itu sudah memiliki rencana. Tinggal menunggu, apakah ini semua akan berjalan lancar. Semoga.
Sayangnya, tidak. Blue Bird juga memiliki sebuah rencana. Laki-laki berambut biru itu sadar, Aqso sedang memancingnya ke suatu tempat. Karena itu, Blue Bird tidak akan membiarkan bocah yang dikejarnya untuk menjalankan siasat.
"Hei, Bocah! Lihatlah ini!" Blue Bird memasang wajah mengancam.
Blue Bird melesat ke dalam gedung-gedung A-Capital yang masih berdiri kokoh. Phoenix berapi biru itu melakukan hal gila.
Blue Bird membakar A-Capital.
Suara teriakan bersahutan satu per satu dari gedung yang terbakar. Manusia yang menyelamatkan diri di tempat tinggi itu hangus sebab api yang berkobar.
Aqso tertegun ngeri melihat kesadisan yang ada di depannya. Manusia berlarian dengan tubuh berkobar api. Teriakan minta tolong meronta dari jasad yang akan menjadi abu. Itu semua seperti neraka.
Aku mohon hentikan!
Aqso tak bisa melakukan apa-apa. Kakinya gemetar hebat. Bocah itu tak kuasa melihat orang-orang berlompatan dari ketinggian puluhan meter. Mati terbakar atau tewas terjatuh. Tak ada bedanya. Para manusia di depan Aqso sedang terjebak di neraka.
"Sudah cukup!" teriak Aqso menyalurkan amukan yang meledak. MESS rajawali itu langsung berbalik kembali. Dia terbang ke arah gedung-gedung yang terbakar. Dengan waktu yang tersisa, Aqso menyelamatkan orang-orang dari kobaran api.
Aqso terus memfokuskan semua cengkeraman kepada orang-orang yang ia selamatkan. Dia tak henti-hentinya mengutuk Blue Bird, laki-laki keji yang pantas untuk membusuk di neraka. Dasar laki-laki biadab!
Di tengah upaya Aqso menolong manusia, Blue Bird tiba-tiba menyambar Aqso sekeras tabrakan tronton. Keduanya terpelanting masuk ke dalam sebuah gedung perkantoran. Mereka bergulat hingga maut menjemput salah satu di antara keduanya.
"Hahaha! Kena kau!" seru Blue Bird terus membakar Aqso. Berkali-kali, siluman phoenix itu menghantam bocah di bawahnya. Tanpa henti. MESS rajawali ini terus dibakar hingga menjadi abu.
Panas! Hentikan! Aqso merintih menahan sakit. Bulu coklat kemerahan mulai hangus. Kulitnya mulai meleleh terkena api. Aqso benar-benar seperti terbakar di neraka.
"Dari awal, kau sudah membuat pilihan yang salah! Menghadapi seorang MESS abadi sepertiku adalah kebodohan terbesar! Matilah kau!" seru Blue Bird terus menambah api di tubuh Aqso. "Sadarlah! Kekuatan MESS itu sudah ditentukan! Kau adalah MESS yang lemah!"
Tidak!
Di tengah rasa sakit yang membakar, Aqso memberontak. Meski otak mungkin meleleh terkena temperatur yang tinggi. Dia masih bisa berpikir jernih. Blue Bird salah!
Kekuatan MESS tidak pernah terbatas!
Aqso mengingat perkataan itu. Sebuah celoteh iseng yang dikeluarkan oleh laki-laki yang pernah menyelamatkannya. Makka ..., aku akan menang sama sepertimu!
"Kekuatan MESS tidak pernah terbatas!"
Tubuh Aqso yang terbakar tiba-tiba berhamburan menjadi bulu. Ruangan yang hangus terbakar itu pun dipenuhi helai coklat kemerahan. Tak perlu menunggu lama, bulu-bulu itu seketika berkumpul menjadi ribuan rajawali. Diliputi kumpulan agregat, Blue Bird harus habis tercabik.
"Matilah kau!" teriak ribuan rajawali itu sekencang pengeras bunyi. Suaranya sama seperti Aqso. Ribuan rajawali itu mencabik Blue Bird tanpa henti. Setiap rajawali yang terbakar, akan hidup kembali. Blue Bird mendapat lawan yang setimpal.
Sial! keluh laki-laki yang badannya tercabik oleh puluhan rajawali. Blue Bird mulai terdesak. Siluman phoenix itu langsung melompat keluar dari gedung. Berharap bisa keluar dari cabikan ribuan rajawali, Blue Bird terbang tinggi ke angkasa.
"Sakit!!!" teriak Blue Bird sangat kencang. Siluman phoenix itu terus terbang tinggi. Karena keabadian, dia terus merasakan sakit tanpa henti. Tiap kulit yang terkelupas akan digantikan kulit yang baru. Bagai neraka, laki-laki yang sudah membakar A-Capital itu merasakan neraka yang ia buat sendiri.
"Aku tak tahan lagi!!!" teriak Blue Bird semakin menjadi-jadi. Laki-laki Yakuza itu masih terus terbang tinggi. Ia menembus awan, bahkan langit. Blue Bird tak berhenti terbang.
Troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer. Blue Bird terus terbang tinggi. Berharap cabikan ribuan rajawali akan berhenti, nyatanya, mereka tak berhenti. Aneh. Blue Bird malah merasa ganjil.
Api biru di badan mulai padam. Di ketinggian itu, oksigen tak cukup untuk menyalakan sang api biru. Hilang. Begitu pula dengan kandungan oksigen di paru-paru siluman phoenix ini.
Blue Bird tak sadar menembus eksosfer, lapisan terluar bumi. Tempat tertinggi.
Dingin. Blue Bird tak bisa merasakan apa-apa. Di tengah cabikan rajawali yang mulai menghilang, siluman phoenix ini baru tersadar. Sudah terlambat. Dia akan mati.
Dadanya sesak. Tubuhnya membeku. Tangan-kakinya meronta-ronta. Bagai dicekik, laki-laki berambut biru itu perlahan kehilangan napas. Nyawanya akan lenyap.
Hingga ruh sudah keluar dari ubun-ubun, badannya mulai kaku. Blue Bird mati.
Tubuhnya pun perlahan mulai kembali tertarik gravitasi bumi. Semakin cepat, jasadnya terjun bebas dengan kecepatan dahsyat. Tak ada yang menahan, jasad Blue Bird terus melesat kencang kembali ke bumi.
Bagai pesawat jet, tubuhnya meluncur hebat hingga tepat mendarat ke gedung yang ia bakar sebelumnya—!
Jasad Blue Bird menghantam gedung amat keras. Tubuhnya tercerai berai. Warna merah memuncrat ke segala arah, termasuk organ-organ. Sudah selesai.
Blue Bird telah berakhir.
Ketika melihat nasib sang lawan berakhir mengenaskan, sekumpulan rajawali kembali bersatu ke tempat Aqso terbakar, lalu bergabung kembali. Tubuh Aqso kembali berwujud.
Bocah berambut ikal itu tergeletak dengan warna hitam menimpa kulit. Hangus. Aqso terbakar hebat. Aku hanya menunggu ajalku.
Bocah rajawali itu terkulai mengenaskan. Aqso hanya bisa tersenyum. Meskipun dirinya akan tewas, dia sudah menyeret Blue Bird ke neraka terlebih dulu.
Makka, maaf aku tidak bisa melihat kemenanganmu.
Terima kasih untuk itu! Kekuatan MESS ... tidak pernah terbatas.
Selesai. Tugas Aqso telah tuntas.
Aku ... menang ....
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro