Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mesin Tik Darjanti

Quest 16: Buatlah sad ending. Buatlah minimal 500 kata maksimal 1200 kata. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

Tekad Darjanti untuk menguburkan jasad bapaknya telah bulat. Pieter membantu gadis itu untuk kembali ke rumahnya yang telah porak-poranda. Pemuda itu menyuruh Darjanti berhenti di depan rumah dan menutup matanya. Tujuannya tak lain adalah agar gadis itu tidak syok berat saat mengetahui kabar jasad bapaknya.

Pieter menutup hidungnya dengan masker. Tiga hari sudah cukup untuk membuat jasad orang kekar dengan panggilan Gatot itu membusuk.

"Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosanya." Pieter merapalkan doa di samping Darjanti yang masih menutup mata.

Para tetangga Nyonya Mossel yang turut membantu proses pemakaman lambat laun telah pergi. Suasana tempat pemakaman umum benar-benar menyedihkan. Hanya saja Darjanti berusaha menahan segala sedih yang menahan hatinya. Ia dapat merasakan rangkulan Pieter di sampingnya. Tangan kasar pemuda itu membuatnya merasa tidak sendirian.

Nyonya Mossel dan Pak Djafar hanya mampu meringis saat melihat Darjanti yang ditutup matanya hingga proses pemakaman selesai. Pieter meyakinkan kedua orang itu bahwa semua ia lakukan demi menjaga kesehatan mental Darjanti.

"Jaga dia baik-baik Pieter." Nyonya Mossel berpesan. Ia akhirnya berangkat ke Ksatrian Instituut untuk membuka kembali sekolah tersebut yang sempat diliburkan karena kekacauan antara Belanda dan Jepang.

Pieter sudah memperbolehkan Darjanti untuk membuka penutup matanya. Wajah gadis itu dipenuhi murung. Hanya saja murung itu ditutupinya dengan mengetik sepanjang hari.

"Mau ke percetakan lagi?" tanya Pieter saat melihat hasil ketikan anak Gatot itu telah menumpuk. Darjanti mengangguk.

Mereka kembali ke percetakan yang sama seperti tempo hari. Beberapa opas Jepang memberi tatapan sengit kepada Pieter yang kali ini tidak memakai penyamaran. Semua opas Jepang itu tak berkutik saat tahu bahwa yang bersamanya adalah Darjanti—siswi kesayangan Tuan Danudirja yang pro Jepang.

Ternyata percetakan itu telah dikuasai oleh pemerintah Jepang. Mereka membaca tulisan-tulisan Darjanti yang isinya seputar makian terhadap para Belanda. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi pihak Jepang yang membutuhkan kepercayaan pribumi sepenuhnya.

"Bagaimana kalau kamu jadi penulis tetap di pemerintahan Jepang? Kami akan menjanjikan hidup enak jika kamu mau menerimanya." Orang Jepang dengan tanda pengenal Hideyoshi itu menawari Darjanti. Gadis murung itu seketika terkejut.

"H-hidup enak?" Darjanti meyakinkan pendengarannya tak salah. Hideyoshi mengangguk.

Pieter hanya menjadi pendengar percakapan mereka. Ia tak berhak melarang gadis itu menerima tawaran Hideyoshi.

Pertimbangan selama tiga hari akhirnya membuahkan keputusan Darjanti untuk menerima tawaran itu. Ia akhirnya putus sekolah dan secara penuh pekerja untuk mengabdi terhadap pemerintah Jepang.

Lama-kelamaan posisi Pieter terancam. Tulisan Darjanti yang menyebar luas ke segala penjuru membuat pemuda itu menerima diskriminasi ras. "Berhenti jadi budak Jepang. Mereka hanya akan menjajah negerimu." Pieter akhirnya berani berkata demikian.

Darjanti berdiri. Ia menatap Pieter seperti manusia haus darah. "Budak?" Darjanti mengulang tuduhan Pieter.

Mereka akhirnya bertengkar karena perbedaan pendapat itu. Pieter menganggap Jepang hanya memberi janji-janji manis. Ia merasa Jepang lebih licik daripada Belanda.

Sedangkan Darjanti jelas marah atas pendapat itu. Ia bahkan diberikan rumah pribadi sehingga tersisa Pieter yang hidup menumpang di kediaman Nyonya Mossel. Padahal baru dua minggu gadis itu mengabdikan diri kepada Jepang.

"Tuan Danudirja berpesan agar aku menggunakan mesin tik pemberiannya dengan baik. Dan kini aku telah melakukannya."

Sontak jawaban itu membuat Pieter naik pitam. Akhirnya ia berani untuk menampar Darjanti. "Goblok! Bukan seperti itu yang Tuan Danudirja maksud!" makinya.

Darjanti tak menyangka dengan tamparan yang baru didapatnya. Ia menangis seketika itu juga. Pieter yang masih marah pun enggan untuk meminta maaf. Ia duduk di ruang tamu sambil menunggu gadis labil itu berhenti menangis.

Tangis Darjanti yang tak kunjung reda lama-kelamaan mengundang rasa penasaran para tetangga. Hideyoshi yang kediamannya bersebelahan dengan gadis itu memutuskan untuk menengok bersama para tetangga yang penasarannya akut.

Pieter gelagapan seketika. Ia berusaha mencari-cari alasan demi mengamankan posisinya yang tidak aman sedari Darjanti memihak Jepang. Darjanti justru secara sengaja memfitnahnya. ia berkata bahwa Pieter hendak melecehkan dirinya.

Hal itu sontak menjadi amarah bagi Hideyoshi dan para tetangga yang menyayangi Darjanti. Akhirnya Pieter diseret paksa untuk keluar. Pemuda itu menggeleng-geleng saat tahu nyawanya terancam. Ia dibawa ke tengah parit dengan rantai kangkang mengikat kakinya.

Darjanti tampak masih marah atas perkataannya. Gadis itu berdiri di belakang Hideyoshi yang menyiapkan senapannya. Pieter mengerang saat dua pemuda Jepang merentangkan kedua tangannya. Ia tak dapat melakukan perlawanan sedikit pun karena saat ini tidsk ada yang mendukungnya.

"Sudah lama kami mengincarmu. Hanya saja kamu terlihat dekat dengan pribumi kesayangan kami ini." Hideyoshi menunjuk Darjanti. "Kami akan membunuhmu karena berani-beraninya melecehkan Darjanti." Hideyoshi mengarahkan senapan di depan Pieter.

Sudah lama Darjanti menyembunyikan kebenciannya. Ia terus meyakinkan diri bahwa bapaknya tewas karena Belanda. Gatot tidak akan ditembak mati oleh Jepang seandainya pria itu tidak memihak Belanda.

Darjanti membenci Belanda. Ia menepis segala rasa terima kasihnya terhadap Pieter. Ia tak akan terlibat banyak masalah seandainya bangsa pemuda itu tidak menjajah negerinya.

"Bunuh dia sekarang." Darjanti bersuara dingin.

Hideyoshi menyeringai atas permintaan itu. "Ada pesan terakhir sebelum nyawa lepas dari ragamu?" tanya Hideyoshi terhadap Pieter.

Tak ada gunanya melawan. Pieter berteriak dengan mata melotot.

"Aku bersumpah! Bangsaku akan kembali ke sini untuk menciptakan derita yang lebih kej—"

Pieter ditembak sebelum ucapannya usai.

Para orang Jepang beserta Darjanti meninggalkan jasad pemuda itu tanpa berniat memakamkannya dengan layak.

Hari-hari berlalu dengan makin aneh. Darjanti diperintahkan untuk membuat kabar palsu bahwa Romusha menyejahterakan pribumi. Berita itu nantinya akan disebarluaskan ke negara tetangga yang sama-sama dijajah oleh Jepang. Tentunya hal itu berlawanan dengan kenyataan yang ia lihat setiap hari.

Romusha menyengsarakan pribumi. Rakyat dipekerjakan secara paksa. Ia pun merasakan hal yang sama; tak mendapat gaji sesuai janji.

Kondisi diperparah saat Hideyoshi datang ke percetakan dalam keadaan mabuk. Orang Jepang itu mengunci pintu ruang kerja Darjanti.

"Saatnya kamu tahu siapa saya dan Jepang sebenarnya." Hideyoshi berbisik sambil menarik Darjanti ke dalam pelukannya.

Tak ada yang mengetahui kelanjutan kejadian itu. Tak ada yang tahu bagaimana perasaan gadis belia itu. Tak ada yang membantu. Tak ada curiga menyelinap di sekeliling tempat itu.

Hanya satu yang menyaksikan jelas apa yang terjadi dari awal hingga akhir.

Mesin tik Darjanti.

JumKat: 972

yourrangger
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro