Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Belanda Kalah

Quest 13: Settingkan tokoh utama penuh perhatian untuk merawat calon couplenya. Berikan sentuhan over protective. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku

Sesuai dugaan, hari ini adalah hari perundingan antara Belanda dan Jepang terkait bumi pertiwi yang dijajah kompeni. Tempat perundingan tersebut berada di kawasan kediaman Pieter, Kalijati.

Pieter mulai pulih meskipun kakinya masih terkilir dan Darjanti bukan tukang urut yang cocok. Alih-alih dipijit, gadis itu justru mencepak kedua kakinya hanya karena mengaduh tiap kali disentuh. Mau tak mau, pemuda itu harus mengurut kakinya sendiri hingga pagi ini mulai mampu berjalan normal.

"Mau ke mana?" tanya Pieter saat Darjanti berpakaian rapi dengan tumpukan kertas di tangannya. "Menyebar selebaran kalau Belanda memang bajingan."

Pieter melenggong. Ia mengikuti Darjanti yang keluar rumah dengan langkah terseok-seok. "Saya ikut," katanya.

Mereka keluar dari kawasan rumah Jenderal Ludolf. Pieter yang baru ingat bahwa wajahnya kental ras Kaukasia terpaksa meminjam pakaian Darjanti untuk penyamaran sebagai pribumi. Darjanti membukakan pakaian pemuda itu tak sabaran, membuat Pieter meringis. "Kalau saya mati, Anda juga mati kemarin." Pieter mengingatkan gadis itu terkait konsep balas budi yang baik.

"Aku tidak minta dilindungi," jawab Darjanti, melempar salah satu jarit yang sempat ia bawa. Pieter membentangkan kain itu kemudian membolak-baliknya. Darjanti yang menyadari kebingungan pemuda itu akhirnya menyuruh Pieter berbalik, sedangkan ia di belakangnya.

Jarit tersebut dibentangkan di hadapan Pieter, sehingga kedua tangan Darjanti melingkari pemuda itu. Salah satu sisi kemudian ia lilitkan ke belakang dan kembali ke depan. Kedua sisi yang bertemu itu ia lilitkan hingga ketat agar tidak lepas saat digunakan bergerak.

Pieter mengaduh karena kain itu mengenai perutnya yang sempat ditusuk benda tajam. Ia kemudian berlenggak-lenggok saat penyamarannya sebagai gadis pribumi telah sempurna, tak lupa kerudung untuk menutupi wajahnya.

Mereka keluar menuju tempat percetakan dengan Pieter membawakan mesin tik Darjanti dan setumpuk kertas penuh tulisan. Sesekali pemuda itu membaca tulisan Darjanti yang isinya hanya memaki-maki kompeni, utamanya opas yang hobi menggauli gadis pribumi.

"Kompeni memang terkenal dengan berahinya. Dulu Pappa menikahi Mamma saat saya umur dua, hanya karena saya laki-laki," kata Pieter berjalan di belakang Darjanti. Hari yang mulai panas membuat ia abai terhadap perkataan Pieter.

Setelah menyerahkan tumpukan kertas itu untuk turut dibagikan bersama surat kabar, barulah mereka pulang dan Darjanti merespons perkataan Pieter.

"Jadi, sudah berapa perempuan kaugauli?" tanya Darjanti sepulang dari percetakan.

Pieter menggeleng. "Tidak tertarik, mungkin karena sering main sama bapakmu," jawabnya, mengingatkan Darjanti kepada bapaknya yang telah tewas, belum dimakamkan.

"Nanti, kalau Belanda sudah menyerah, kita akan memakamkannya," usul Pieter yang tak mampu mengubah kesedihan Darjanti.

Jika boleh jujur, ada sebagian hatinya yang tak ingin melihat kesedihan gadis itu. Namun, ia berusaha menepis karena satu-satunya alasan ia tetap bersama Darjanti adalah mendapat perlindungan agar tak ikut diserang Jepang.

Pieter berpikir keras, kemudian menunduk dengan jarit yang masih dipakainya. Ide kemudian muncul. Dagu Darjanti yang menunduk ditegakkan oleh jemari Pieter. Pemuda itu lalu mundur, kembali maju dengan jalan lenggak-lenggok laksana gadis sungguhan. Sontak Darjanti tertawa, melupakan sesaat kesedihannya dan menikmati kekonyolan opas itu.

Istri Jenderal mengintip dari ruang tamu, turut tertawa di sela-sela kekhawatiran akan dibunuh Jepang nantinya. Ia telah meletakkan seluruh perhiasannya di atas meja agar nanti dapat dibawa oleh kedua pemuda berbeda ras itu. Matanya menanap saat Pieter akhirnya terjatuh karena terlilit jarit yang dipakainya.

Pemuda itu mengerang, langsung dibantu berdiri oleh Darjanti. Gadis itu membawa Pieter memasuki kamarnya, melewati istri Jenderal. Pieter meringis sembari memegangi kakinya yang kembali terkilir.

Darjanti membalut kaki pemuda itu dengan perban. Pieter mendesah, menahan sakit yang luar biasa. Desahannya itu membuat Darjanti gelagapan untuk segera menyelesaikan pembalutannya. Setelah selesai, Pieter kembali mendesah, lega karena nyerinya mulai reda. "Terima kasih."

Dengan sendirinya, Pieter membuka pakaiannya hingga setengah telanjang. Darjanti yang baru selesai mengemasi obat-obatan kembali dibuat geram. Ia menendang kaki Pieter yang diperban hingga mengaduh sekencang-kencangnya.

"Dobol! Saya cuma mau mandi!" katanya, berjalan menuju kamar mandi, tetapi baru dua langkah langsung terjatuh.

Darjanti mendesah. Ia mengangkat kembali pemuda itu ke kasur dan memintanya agar tak ke mana-mana. Istri Ludolf tiba-tiba masuk kamar dengan membawakan sebaskom air hangat. "Tolong mandikan dia, Janti," pinta wanita itu, menyerahkan kain lap kepada Darjanti.

Setengah ikhlas Darjanti melakukannya, ia meringis melihat bekas tusukan perut pemuda itu yang untungnya tidak kembali berdarah. "Yang perut jangan, bagian dada saja," pinta Pieter.

Darjanti menatap Pieter. Opas Belanda yang menurutnya kejam, tetapi sampai rela babak belur hanya demi melindunginya sewaktu hendak dibunuh Jepang. Tangan Darjanti mengelap dengan perlahan, seakan-akan dada Pieter adalah benda mudah pecah.

Pieter yang menikmati sekaan Darjanti yang lembut akhirnya menggenggam tangan gadis itu. "Terima kasih," ucapnya satu kali, sebagai perwakilan atas berkali-kali Darjanti dan bapaknya telah banyak membantunya

Semasa menjadi opas, hanya Gatot yang tidak mengejeknya opas nepotisme, anak pappa, atau sebutan buruk lainnya. Di saat semua rekannya tak ingin mengajarinya bermain catur, hanya Darjanti yang mau, bahkan bersedia merawatnya saat ini.

"Terima kasih juga," kata Darjanti mengusap rambut Pieter, orang Belanda yang telah melindunginya dari maut.

"BELANDA SUDAH KALAH!" teriak suara serak khas pribumi.

JumKat: 804

yourrangger
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro