Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8: Patah Hati 💜


Kerajaan Arneval, 3333 Lux

“Cinta masa kecil, bukan berarti jodoh,”-Asier de Azul.

Mutiara-mutiara cantik berderet, menghiasi pilar Kerajaan Arneval dari mutiara Half Pearl, Abernathy Pearl, dan The Big Girl Pearls. Mutiara itu dihasilkan dari tiram termahal di Samudra Xea. Namun, harga mutiara itu, tidak sebanding dengan harga mutiara suci milik Asier. Tidak ada kekuatan di dalam mutiara yang menempel pada pilar, ia hanya menjadi dekorasi pertunangan.

Cahaya warna-warni terpancar begitu indah memenuhi sudut ruangan. Batu-batu berbentuk lingkaran berjejer dengan rapi. Di tengah ruangan terdapat dua batu karang yang terkenal suci. Deretan makanan tersaji di sisi kanan dan kiri. Beragam jenis rumput laut menjadi makanan terlezat di Samudra Xea, dari mulai alga hijau seperti Ulva Lactuca, Caulerpa taxifolia, Chaetomorpa crassa. Alga cokelat berderet di sebelahnya, ada Padina minor, Turbinaria decurrens, dan Turbinaria ornata. Tidak tertinggal alga merah Galaxaura rugosa. Berbagai jenis ikan diundang dalam acara pertunangan Mimi dan Pangeran Logel. Mereka menjadi saksi dari keberhasilan Mimi merebut calon tunangan Asier.

Mimi menggunakan beha dari cangkang kerang yang dihiasi mutiara di setiap sisinya. Rambut Mimi yang berwarna hijau, bergelombang dengan hiasan bintang laut. Ia berenang dengan anggun diiringi belasan kuda laut di belakangnya dan di depan singgasana, Raja Arfan yang terlihat lemas berdiri di sebelah Ratu Raisma. Pangeran Logel yang berada di tengah, mengulurkan tangan kepada Mimi dan mereka bergandengan ke dua batu suci.

“Apa kamu bersedia menjadi tunanganku, hingga takdir menyatukan kita menjadi sepasang suami-istri?” tanya Pangeran Logel yang hendak memasangkan cincin berukiran bunga mawar.

Mimi menganggukkan kepala, “Aku bersedia.”

Pangeran Logel pun memasukkan, cincin itu ke tangan Mimi. Setelah itu, semua mermaid dan merman bersorak gembira. Namun, Raja Arfan tetap diam, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Acara begitu meriah, semua tamu undangan sibuk melahap hidangan. Pangeran Logel dan Mimi duduk dengan manis. Hingga akhirnya, Ratu Raisma mendekati calon menantunya dan membisikkan sebuah kalimat yang langsung disetujui oleh Pangeran Logel. Tidak lama kemudian, Pangeran Logel berdiri dari kursi bulatnya dan meminta semua tamu undangan untuk mendengarkan.

“Hadirin, tamu undangan yang terhormat. Saya, Pangeran Logel sadar akan status sosial,” ucap Pangeran Logel lalu kembali berbicara, “Di tengah acara pertunangan ini, saya ingin memberikan hadiah kepada Mimi.”

Tiba-tiba, belasan pelayan datang dan membawa mahkota kebesaran putri samudra yang dahulu dipakai Asier. Sebelum pergi, Asier melepaskan mahkotanya agar tidak hilang. Namun, sekarang mahkota itu dipakaikan kepada Mimi yang berstatus putri biasa dan bukan darah bangsawan.

Mahkota itu, dipakaikan oleh Pangeran Logel sebagai hadiah dan penobatan Mimi sebagai putri mahkota yang menggantikan Asier. Detik itu, tidak ada sorakan atau komentar dari tamu undangan, mereka semua menunggu reaksi Raja Arfan yang duduk di singgasana dan menonton acara dengan tubuh lesu.

Ratu Raisma bertepuk tangan, Raja Arfan pun tersenyum tipis. Setelah itu, sorak-sorai kembali terdengar dan sanjungan kepada Putri Mimi mewarnai pesta. Putri Mimi merasa senang dan bangga, karena berhasil merebut takhta putri mahkota Kerajaan Arneval dan bertunangan dengan Pangeran Logel yang tampan sejagat samudra.

Acara berjalan lancar tanpa ada hambatan, walau pun Ratu Raisma terlihat tegang saat para bangsawan mengajak Raja Arfan berbincang. Namun, semua dapat terkendali sesuai rencana Ratu Raisma.

“Raja Arfan, kami ikut berbahagia atas pertunangan Putri Mimi dan Pangeran Logel,” ucap salah satu bangsawan.

Raja Arfan menganggukkan kepala, seolah tidak bersemangat. Hal itu, membuat para bangsawan heran. Karena tidak biasanya, Raja Arfan diam seribu bahasa, tidak ada kata-kata bijak yang keluar dari mulutnya.

“Hamba tahu, Raja Arfan masih berduka atas hilangnya Asier. Namun, Raja tidak boleh larut dalam kesedihan. Putri Mimi pun, patut berbahagia,” ujar bangsawan dengan senyum tipis.

Ratu Raisma ikut menyahuti ucapan para bangsawan, “Iya, terima kasih telah hadir di acara kami.”

Rembulan malam menerangi Kerajaan Arneval, pertanda acara sudah berakhir. Semua tamu undangan, telah pergi dari ruangan. Ratu Raisma pun menggandeng tangan Raja Arfan menuju kamar utama. Setelah, mengantar suaminya Ratu Raisma berenang melihat situasi di dalam Kerajaan Arneval. Wajahnya tampak gugup, seperti menyembunyikan sesuatu besar.

“Ibu ...,” panggil Putri Mimi dari ujung lorong.

Putri Mimi menghampiri ibunya yang terlihat gugup.

“Ibu, sedang apa disini?” tanya Putri Mimi dengan heran.

Ratu Raisma, memegang bahu putrinya, “Ti-tidak ada.”

“Ibu tahu, hari ini aku sangat bahagia. Aku tidak menyangka hari ini, akan tiba. Kita bisa menyingkirkan Asier dari Kerajaan Arneval,” ucap Putri Mimi dengan suara keras, saking antusiasnya.

Ratu Raisma menggeleng-gelengkan kepala, melihat tingkah putrinya, “Ibu senang, Asier tidak datang.”

Putri Mimi terkejut dengan ucapan ibunya, “Bukankah, Asier sudah mati dibunuh oleh keluarga kita dari merman Pie?”

Ratu Raisma terlihat tidak yakin, “Ibu tidak tahu, Asier benar-benar mati atau tidak. Kota Pie hancur lebur dan kepala-kepala merman mengambang.”

“Apa Ibu melihat kepala Asier?” tanya Putri Mimi dengan raut wajah penasaran.

“Tidak, aku hanya melihat kepala keluarga kita,” ujar Ratu Raisma dengan mata berkaca-kaca menahan sedih.

Putri Mimi menatap ibunya, “Siapa yang telah melakukan itu kepada keluarga kita?”

Ratu Raisma menerawang langit malam, “Awalnya, aku curiga kepada Raja Arfan, tapi ....”

Suara guci terjatuh, mengejutkan Ratu Raisma dan Putri Mimi. Mereka pun langsung menoleh ke arah sumber suara, di ujung belokan lorong merman tampan tengah menatap mereka. Pangeran Logel terpergok mendengarkan pembicaraan Ratu Raisma dengan Putri Mimi. Padahal, niat awalnya hendak berpamitan. Namun, ia mendengarkan informasi mengejutkan mengenai rahasia hilangnya Asier de Azul dan identitas Ratu Raisma juga Putri Mimi yang ternyata dari golongan mermaid buangan di Kota Pie.

“IBU, PANGERAN LOGEL MENGETAHUI IDENTITAS KITA!” Teriak Putri Mimi kepada ibunya.

Ratu Raisma menatap marah ke arah Pangeran Logel, “JANGAN BIARKAN DIA LOLOS!”

Ratu Raisma dan Putri Mimi mengejar Pangeran Logel yang ketakutan, saat melihat wujud asli keduanya.
*****
Jauh dari Kerajaan Arneval, tepatnya di perbatasan Kota Agua dan Kota Pie, terdapat gua tersembunyi. Suara isak tangis terdengar menyayat hati, para pendengarnya. Namun, suara itu hanya dapat didengar oleh Deckey. Karena gua itu, terlalu terpencil, sedikit ikan yang melaluinya. Gua yang tertutup rumput laut itu, terdapat penangkal sihir. Sihir itu dipasang Deckey, sebagai tempat perlindungan.

Sialnya, seharian merman tampan dengan goresan luka di punggung itu, harus menahan sakit di gendang telinga. Suara tangis Asier memenuhi gua, sejak pagi sampai petang. Wanita itu terus menangisi kabar pertunangan Mimi dan Pangeran Logel.

“Aku tidak terima mereka bertunangan!” Teriak Asier untuk ke sekian kalinya.

“Aku sudah mendengar kalimat itu, sebanyak lima ribu kali dalam sehari. Apa kamu tidak memiliki kalimat lain yang ingin disampaikan? Rasanya, aku bosan mendengar ucapan itu,” Deckey angkat suara sembari menganyam selimut untuk Asier.

Asier menatap bengis ke arah Deckey, “TIDAK, AKU KEHILANGAN KATA-KATA.”

“Ayolah, berpikir lebih kreatif,” Deckey berusaha menghasut Asier, hingga Asier murka dan melempar batu kecil ke arah Deckey.

“Auw, kejam sekali,” Deckey mengeluh sakit, karena kepalanya terhantam batu.

Asier semakin kesal oleh tingkah Deckey, “Lebih kejam dirimu, membunuh satu kota.”

Deckey terkekeh, “Sungguh, pukulan batumu cukup bertenaga dan ini sakit.”

Asier kembali menangis dan menjerit kalimat yang sama untuk ke lima ribu satu kali, “AKU TIDAK TERIMA MEREKA BERTUNANGAN!”

Deckey menggelengkan kepalanya, “Seharusnya, saat kamu mendengar ucapan para ikan, kamu pergi ke Kerajaan Arneval. Kamu hancurkan pesta pertunangan mereka dan buktikan, kalau kamu masih hidup.”

Asier menatap nanar ke arah Deckey, “TIDAK!”

Deckey dibuat heran dengan Asier, “Kenapa tidak?”

“Aku tidak memiliki kekuatan dan tidak mampu melawan mereka,” gumam Asier pelan, lalu meringkuk dengan lemas.

Asier tidak lagi berbicara, menangis atau berteriak. Tenaganya sudah terkuras habis sedari pagi. Perlahan-lahan, mata Asier terpejam. Membawanya ke alam mimpi yang indah dari dunia.

Deckey yang melihat Asier, merasa kasihan, “Tidurlah Asier, besok aku akan melatihmu untuk balas dendam.”

Deckey menyelimuti Asier dengan anyaman rumput laut yang ia buat. Entah, perasaan kasihan atau kagum. Deckey tersenyum, melihat kecantikan Asier. Jantungnya berpacu tidak beraturan. Deckey yang merasakan hal itu, memilih mundur dan keluar gua, melihat arus yang gelap.

“Sebenarnya, siapa aku?” tanya Deckey kepada dirinya sendiri.

Deckey merasa dirinya merman, tetapi ekor Deckey memiliki sisik yang unik. Sikunya terdapat sirip, punggung pun terdapat sebuah luka.

“Aku bukan merman Pie atau Agua. Mungkin, aku berasal dari Kota Visto, kota yang sama seperti Asier. Namun, jika bukan ...,” Deckey menggantung ucapannya sendiri.

“Aku berasal dari mana?”



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro