Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7: Pembantaian 💜

Bab 7: Pembantaian

Kota Pie, Samudra Xea

“Menyerang dan menjatuhkan lawan adalah ambisiku,” -Deckey de Fuego.

Mata merah sesinis burung elang, gigi runcing setajam ikan hiu. Merman berekor biru tua dengan rambut hitam pekat, berenang dengan cepat. Seolah-olah, ia akan merobek mangsanya. Deckey, pria itu berambisi untuk membantai merman buangan yang berani membunuh Asier. Deckey tidak dapat mengendalikan emosi dan sisi liarnya yang buas. Deckey tidak memedulikan teriakan Asier. Tidak butuh waktu lama, Deckey sudah berada di Kota Pie. Kota kejam yang gelap gulita. Aura membunuh Deckey sangat besar, dapat dirasakan oleh mermaid penjual jubah yang sebelumnya bertemu Deckey.

Mermaid itu bersembunyi di balik terumbu karang, ia menjauhi pusat kota dan mengamati Deckey dari kejauhan. Deckey yang gagah berani mendekat ke arah sekumpulan merman dan mermaid. Deckey melemparkan bola api dari tangannya hingga membakar wajah merman yang menusuk perut Asier. Merman lain tidak terima saudaranya diperlakukan kejam seperti itu, mereka bangkit dari duduknya dan menyerang Deckey.

Deckey yang brutal menyerang mereka tanpa ampun, “TANGAN MANA YANG KAMU GUNAKAN UNTUK MEMBUNUH?”

“KANAN! KENAPA?” tanya merman dengan wajah angkuhnya.

Deckey semakin geram dengan tampang sombong merman itu, Deckey mematangkan tangan merman yang berani menyentuh Asier. Tidak hanya mematahkan satu tangan, Deckey membakar merman itu dengan kekuatan bola api suci yang dapat menyala di dalam samudra. Kekuatan itu hanya dimiliki oleh makhluk spiritual tingkat tinggi. Deckey, mungkin salah satu di antara pemegang kekuasaan spiritual.

Deckey membakar Kota Pie hingga kobaran api suci menerangi Samudra Xea. Deckey menarik telinga merman dan mermaid yang menikmati dongeng pembunuhan sadis. Deckey mencabut telinga mereka, hingga berdarah-darah. Bau amis tercium dan menyatu dengan arus lautan.

“KALIAN SEMUA IBLIS, PANTAS MATI!”

Deckey mencakar kulit wajah merman yang berani menyerangnya. Para mermaid ahli racun, menyemprotkan cairan agar melemahkan kekuatan Deckey. Namun, racun-racun itu tidak berfungsi dengan tubuh Deckey yang kebal. Deckey, memasukkan racun-racun itu kepada mermaid yang berani meracuninya. Deckey menebas kepala merman dengan sisik ekornya.

Kekuatan Deckey di luar perkiraan Asier. Gadis berambut hitam panjang itu datang terlambat, karena berenangnya tidak secepat Deckey. Asier terkejut melihat Kota Pie yang awalnya gelap gulita menjadi terang benderang karena terbakar api suci. Asier menatap kepala-kepala mengambang dan potongan tubuh yang tidak utuh. Di tengah pusat Kota Pie, berenang Deckey dengan tubuh kokohnya. Darah berceceran di kedua tangannya. Seringai tajam, sebuas ikan hiu.

“Deckey!” teriak Asier dengan suara lantang. Ia sudah lelah mengejar pria itu sedari Kota Agua ke Kota Pie yang jaraknya lumayan jauh.

Deckey mendekat ke arah Asier dan tersenyum tipis, “Aku berhasil membunuh mereka.”

Asier terkejut melihat Deckey membawa kepala-kepala pengawal gadungan yang membunuhnya. Ada rasa senang di dalam hati Asier, tetapi ia tidak benar-benar bahagia.

“Ka-kamu he-bat,” ucap Asier dengan terbata-bata.

“Terima kasih,” Deckey tertawa puas dan melempar kepala-kepala itu layaknya bola.

                   *****

“Cepat cari Asier, sampai dapat!” perintah Raja Arfan kepada pasukan Kerajaan Arneval.

Semenjak Asier menghilang, Raja Arfan terlihat gusar, ia memaki semua penghuni kerajaan. Termasuk Pangeran Ardian dan Pangeran Arkan. Raja Arfan berenang ke sana-kemari memikirkan nasib Asier. Asier putri tunggal, darah daging Raja Arfan satu-satunya dengan Ratu Reliana.

“Oh Asier, dimana kamu nak? Ayah sudah berjanji kepada mendiang ibumu untuk menjaga dengan baik.”

Raja Arfan dua kali menikah, istri pertamanya bernama Ratu Reliana, ibu dari Asier yang meninggal dunia karena sihir hitam. Saat itu, Raja Arfan bersumpah untuk merawat Asier dengan baik. Namun, karena tuntutan para bangsawan mermaid dan merman. Raja Arfan memutuskan menikah lagi dengan janda tercantik di Kota Agua dan pemilik kekuatan spiritual tingkat tinggi yaitu Ratu Raisma.

“Rajaku, suami tercinta. Makanlah ganggang laut ini. Sudah berhari-hari, engkau tidak makan,” Ratu Raisma membawakan ganggang laut kesukaan Raja Arfan.

Raja Arfan terdiam, “Baik, terima kasih istriku.”

Ruangan singgasana raja yang mulanya terdapat Pangeran Ardian, Pangeran Arkan dan bangsawan lain mulai sunyi. Tanpa sadar, mereka semua keluar ruangan. Saatnya Ratu Raisma melancarkan aksi. Sang ratu yang terkenal elegan dan rendah hati, memijat pundak suaminya.

“Raja, hamba rasa Asier sengaja meninggalkan Kerajaan Arneval,” ucap Ratu Raisma dengan nada selembut sutra.

“Bagaimana kamu tahu?” tanya Raja Arfan dengan raut wajah heran.

Ratu Raisma mulai drama, “Saat itu, Asier berkata bahwa ia tidak mau menjadi putri mahkota. Ia merasa hidupnya terkekang, Asier ingin bebas dari Kerajaan Arneval. Asier bukan burung yang dikurung dalam sangkar oleh manusia. Asier mermaid yang ingin hidup bahagia.”

Kalimat demi kalimat Ratu Raisma menampar perasaan Raja Arfan, ia memang tidak membebaskan Asier. Raja Arfan takut, bahwa putrinya di hujat rakyat karena kekurangan. Namun, ia tidak menyangka kalau Asier merasa terkekang dan ingin hidup bebas. Raja Arfan, merasa gagal menjadi sosok ayah untuk Asier. Raja Arfan terlalu sibuk membangun Kerajaan Arneval dan Kota Visto di Samudra Xea. Tanpa mengingat Asier, yang butuh kasih sayangnya.

“Terima kasih Raisma, berkatmu Asier memiliki figur ibu,” Raja Arfan berbicara dengan suara lesu.

Ratu Raisma menganggukkan kepala, “Raja, sebaiknya kita lanjutkan acara pertunangan Mimi dan Pangeran Logel yang sempat tertunda ini.”

Raja Arfan yang terus mendapatkan hasutan, mulai percaya dengan segala yang diucapkan Ratu Raisma. Raja Arfan hanya bisa mengiyakan, karena kepalanya berdenyut nyeri. Raja Arfan yakin, Ratu Raisma bisa diandalkan.

“I-iya, aku setuju. Besok kita adakan acara yang megah.”

Sejak mendapatkan lampu hijau dari Raja Arfan, Ratu Raisma mempersiapkan semua hal untuk acara pertunangan Mimi dan Pangeran Logel yang sempat ditunda, akibat hilangnya Asier. Mimi dan Pangeran Logel sibuk memilih dekorasi, makanan dan tamu undangan. Namun, di tengah kesibukan itu, Raja Arfan nekat mencari Asier sendirian tanpa pengawalan. Raja Arfan yang kekuatannya melemah, terus menelusuri Kota Visto, hingga ke Kota Agua. Raja Arfan tetap optimis mencari putri kandungnya, meski bangsawan sudah melarang. Kekuatan Raja Arfan, semakin hari terus melemah.

Raja Arfan terbatuk-batuk dan memuntahkan darah segar dari tenggorokannya, “Ya Tuhan, darah.”

Darah menyatu dengan arus Samudra Xea, hingga warnanya merah pekat. Raja Arfan tidak mampu berenang dengan baik, ia menepi dan duduk di terumbu karang yang sedikit kasar, dari kejauhan Raja Arfan dapat melihat Ratu Raisma secara samar-samar. Ratu Raisma berenang menyusul Raja Arfan.

“Mengapa Raja pergi?” tanya Ratu Raisma dengan nada kesal.

Raja Arfan terkejut dengan nada bicara Ratu Raisma, “Aku sedang mencari Asier.”

Raja Arfan terlihat lemah, tapi tetap memutuskan berenang menuju Kota Pie. Betapa terkejutnya Raja Arfan saat melihat Kota Pie seperti kota mati, darah menyatu dengan air. Kepala-kepala mermaid berserakan di terumbu karang.

“Bagaimana bisa ini terjadi?” tanya Raja Arfan dengan bingung.

Pasalnya, tidak ada ikan, merman, atau mermaid dari Kota Pie yang memberitahunya. Raja Arfan merasa tidak becus mengurus Kota Pie. Padahal, kota itu salah satu kekuasaan Kerajaan Arneval.

Ratu Raisma yang sedari tadi mengikuti Raja Arfan, terlihat murka. Ratu Raisma yakin, makhluk yang dapat menghancurkan Kota Pie hanya Raja Arfan. Di Samudra Xea, kekuatan spiritual tertinggi diduduki oleh Raja Arfan. Tidak ada yang dapat menandingi kekuatannya.

“KAU YANG MEMBUAT MEREKA MATI!” Teriak Ratu Raisma dengan lantang, hingga mengejutkan Raja Arfan.

Raja Arfan menatap manik Ratu Raisma, “Kamu menuduhku?”

Ratu Raisma terkekeh, “YA, SIAPA LAGI KALAU BUKAN KAMU! RAJA SIALAN YANG BERANI MERUSAK RUMAHKU!”

Raja Arfan menggelengkan kepala, “BUKAN AKU. AKU TIDAK AKAN TEGA MERUSAKNYA!”

“KAMU PENGHANCUR!” Ratu Raisma menarik leher Raja Arfan dengan tangan kanannya.

“TUNGGU DULU, KAMU BILANG KOTA PIE ADALAH RUMAHMU?” Raja Arfan bertanya dengan dahi mengerut bingung.

 
BERSAMBUNG.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro