Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2: Penipuan nyata 💜

Tahun 3333 Lux, Kerajaan Arneval.

"Diam bukan berarti tidak bergerak," - Asier de Azul.

Apakah tokoh utama harus mati dengan sia-sia? bayangan jamuan makan malam Kerajaan Arneval yang menyambut kedatangan pangeran membekas di ingatan. Saat itu, aku hanya terdiam mendengar ucapan ayah. Raja Arfan yang agung dan bijaksana, telah berubah.

"Besok, pertunangan Pangeran Logel dengan Mimi akan berlangsung di Kerajaan Arneval. Mimi akan menggantikan perjodohan sakral, sesuai keinginan Pangeran Logel dan para bangsawan mermaid," ucap Raja Arfan dengan nada tegas, penuh tekanan di setiap katanya. Seolah-olah menolak bantahan yang akan keluar dari mulutku.

Semua orang bertepuk tangan dan bersorak gembira. Sementara aku, hanya mematung dan meratapi nasib. Tanpa melakukan perlawanan sama sekali. Bagiku, Pangeran Logel adalah segalanya. Melihatnya bahagia, lebih dari cukup.

Aku berenang kembali ke kamar. Terbaring lemah di cangkang kerang mutiara besar berwarna ungu muda. Di sinilah tempatku, mengeluh, menangis dan terdiam meratapi takdir Tuhan. Tiba-tiba, Ratu Raisma datang menghampiri dan meminta Yualia untuk keluar. Aku masih terkejut dengan ucapan Raja Arfan dan juga bisikan Ratu Raisma.

Ratu Raisma tersenyum dan mengelus rambut hitam panjangku, "Asier, maafkan ibu. Ibu tidak bisa menentang Raja Arfan."

"Aku tahu. Terima kasih, ibu."

Aku memeluk tubuhnya yang hangat, ia wanita paling baik dan pengertian. Ratu Raisma selalu menganggapku putri kandungnya. Ia bersikap adil terhadapku dan Mimi. Walaupun kecantikan tidak sebanding dengan mendiang ibu, tapi ia memiliki kekuatan spiritual level tinggi yang setara dengan ayah.

"Asier ... ," Ratu Raisma memanggil namaku dengan lembut.

Aku melepaskan pelukan dan menatap wajah yang memiliki mata teduh, "Iya, ibu?"

"Apa kamu mendengar bisikan ibu sebelumnya?" tanya Ratu Raisma dengan senyum tipis.

Aku mengangguk sebagai jawaban, bisikan itu mampu membuatku terkejut dan memberikan sedikit celah harapan.

"Ibu, bersungguh-sungguh dengan ucapan itu," ia terlihat sangat serius.

"Apakah kekuatan di pusat Dunia Moirei itu nyata?" aku bertanya dengan ragu.

Matanya ikut meyakinkanku, "Tentu, kamu bisa membuktikannya."

"Tapi-," aku hendak berbicara.

"Pengawal akan mengantarmu. Tidak perlu takut dan cemas," Ratu Raisma memegang tanganku, memberikan harapan yang tidak pernah ter bayangkan.

*****

Mentari menyinari kerajaan bernuansa biru muda dengan pilar bercorak emas yang dihiasi gulma laut. Aku berenang menuju singgasana raja di temani Yualia. Namun, di pertengahan jalan aku dihadang Ratu Raisma dan Mimi. Mata Mimi bengkak, sisa air mata terlihat jelas di pipi mulusnya. Lalu, Ratu Raisma memerintahkan Yualia untuk pergi.

Tiba-tiba, gadis bermata putih itu memeluk tubuhku, "Kakak, maafkan aku. Aku tidak bermaksud merebut Pangeran Logel."

Sedikit pahit rasanya, tapi aku tidak mau menangis di hadapan Mimi, aku tersenyum dan berusaha untuk tegar, "Aku tahu, kamu tidak bersalah."

"Aku merasa bersalah dan hari ini, ayah akan melakukan pesta pertunanganku."

Aku sudah tahu, betapa menyakitkan itu. Namun, aku tidak bisa mencegah pertunangan dan memaksa Pangeran Logel untuk mencintaiku.

"Aku akan pergi," ucapku sembari melepas pelukannya.

Ia terkejut, "Kemana, kakak akan pergi?"

"Titik pusat Dunia Moirei."

"Disana arusnya deras, untuk apa kakak ke sana?" Mimi bertanya dengan raut wajah heran.

"Mencari sumber kekuatan," jawabku dengan semangat.

Mimi terlihat terkejut dan kembali bertanya, "Kakak pergi sendirian?"

Aku hendak menjawab, sebelum ibu memotong lebih dulu, "Asier akan pergi bersama pengawal kerajaan."

"Ibu, Mimi, aku pamit."

Aku hendak berjalan menuju pintu utama, berpamitan dengan ayah. Namun, Ratu Raisma mencegahku, "Raja Arfan tidak akan memedulikanmu, sekarang."

Aku menghembuskan nafas panjang, "Iya, ibu benar."

Ratu Raisma dan Mimi membantuku berenang menuju gerbang depan. Disana, berdiri empat pengawal. Mereka memberikan penghormatan kepada Ratu Raisma.

"Antarkan Putri Asier ke titik pusat Dunia Moirei," perintah Ratu Raisma dengan tegas.

Mereka mengangguk dengan patuh, "Kami akan membantu Putri Asier."

"Apa perlu, kita keluarkan kereta kuda laut?" tanya salah satu pengawal dengan bekas sayatan di pipinya.

Ratu Raisma menggeleng, "Tidak perlu. Kalian cukup menjaganya sampai akhir."

Mimi angkat suara, "Kenapa tidak menggunakan kereta kuda laut?"

Ratu Raisma tersenyum tipis, "Menghindari kejahatan," ucapnya, lalu kembali berbicara, "Asier harus berbaur dengan baik, agar tidak dikenali mermaid dari Kota Pie."

"Disana sangat berbahaya. Banyak mermaid buangan yang dendam dengan Kerajaan Arneval," Mimi berucap dengan bergidik ngeri.

"Tidak usah khawatir, pengawal Kerajaan Arneval sudah terlatih melawan para penjahat," ucapku dengan senyuman.

Aku memeluk ibu dan Mimi sebagai bentuk perpisahan, Mimi menangis sementara ibu tersenyum dengan terharu. Aku pun berenang keluar Kerajaan Arneval dengan ditemani empat pengawal. Sebelum berangkat, aku sudah mempersiapkan beberapa potong pakaian dan ganggang laut untuk makanan. Sekantung keping Golc sudah aku masukkan ke dalam tas berwarna kuning. Saat aku keluar Kerajaan Arneval, semua mata tertuju kepadaku.

Aku tersenyum melihat rakyat Kota Visto yang terkejut melihat putri mahkotanya keluar kerajaan. Beberapa dari mereka secara blak-blakan membicarakanku.

"Lihatlah, beban Kerajaan Arneval keluar!" sorak merman dengan ekor abu-abu.

Mermaid berambut merah bertanya, "Diakah putri mahkota?"

"Perhatikan ekornya ...," ujar mermaid berambut ungu menunjuk ekorku.

Merman yang tengah membawa mutiara laut ikut menghina, "Ekornya membusuk."

Mermaid berambut merah kembali berkomentar, "Menjijikkan sekali."

"Rasanya aku ingin muntah," merman bermata cokelat memperagakan mulut yang mual.

Mermaid berambut ungu menatap iba dan jijik, "Ekornya bengkok, pantas butuh pengawal untuk berenang."

"Dia tidak layak menjadi putri," ujar merman gendut dengan bengis.

Mermaid berambut ungu menimpali, "Aku rasa, nasibnya saja yang beruntung."

"Apa yang menarik darinya?" tanya merman berekor abu-abu.

"Aku dengar, Raja Arfan membatalkan pertunangan Pangeran Logel dengan putri mahkota," mermaid lain ikut berkerumun dalam gosip panas.

"Wajar saja, diakan cacat." Entah mulut siapa yang berbicara, aku menundukkan kepala menahan air mata.

"Dia putri yang tidak berguna."

Mereka tidak mengenalku, menilai sesuatu berdasarkan penampilan. Menghina, tanpa memedulikan perasaan yang dihina. Mereka hanya pandai bergosip ria, tidak mengetahui seberapa kerasnya aku memperkaya Kerajaan Arneval dengan mutiara suci yang aku keluarkan.

Selama bertahun-tahun, aku menangis untuk menghasilkan mutiara suci. Mutiaraku sangat mahal dan diincar ras lain di Dunia Moirei. Ras angel percaya, bahwa mutiara itu dapat menambah kekuatan mereka. Ras lain menghargai keberadaanku, tapi ras mermaid menghina dan menindasku.

Di saat aku merenung sembari berenang pelan melewati kumpulan mermaid penggosip, merman kecil berambut putih dan berekor biru berenang ke arahku.

"Salam hormat, Putri Asier," ia menundukkan kepala lalu tersenyum. Bola mata anak itu sangat indah, aku melihat kepolosan merman kecil.

Ia terus menatapku, "Putri Asier sangat cantik. Mermaid tercantik di Samudra Xea."

Aku terdiam, berusaha mencari tanda kebohongan dari matanya. Namun, aku tidak menemukan kebohongan. Anak itu memberikanku ganggang merah, "Aku menemukan ini, rasanya enak."

Aku mengelus rambut putihnya yang lembut, lalu tersenyum tipis, "Terima kasih-," aku hendak menyebut namanya, tapi aku tidak tahu.

"Reiden, namaku Reiden."
Tidak lama kemudian, beberapa mermaid penggosip menarik Reiden dari hadapanku. Mereka memarahi Reiden yang berinteraksi denganku. Begitu burukkah aku, di hadapan mereka?

Aku dan empat pengawal melanjutkan perjalanan, melewati permukiman Kota Visto yang tukang bergosip, lalu sampai di depan Kota Agua yang dihuni mermaid dan merman pekerja. Mereka tengah mencari mutiara di dalam kerang. Beberapa yang mengenalku, memberikan penghormatan dengan sopan santun. Namun, rata-rata mereka ketakutan melihat ekorku.

"Ada mermaid menyeramkan!" Teriak beberapa anak mermaid dan merman kecil yang tengah bermain dengan ikan-ikan laut.

Di gerbang menuju Kota Pie, aku memakai jubah panjang untuk menutupi identitasku. Namun, hal tidak terduga terjadi. Aku diserang secara brutal. Mereka menarik kedua tanganku, mengikatnya dengan rantai hitam.

Siapa mereka?

BERSAMBUNG
(1167 kata)

*****
BONUS BUAT KAMU YANG SUDAH BACA MERMAID IN LOVE WITH HANDSOME DRAGON BAB 2

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro