Bab 14: Kabar 💜
Kota Agua, 3333 Lux.
“Kotoran akan mengambang ke permukaan, meski disembunyikan di dasar laut.” – Asier de Azul.
Ikan-ikan menari, mengikuti arus samudra yang perlahan-lahan berubah warna menjadi gelap. Mereka membicarakan Raja Arfan yang tengah sakit dan Ratu Raisma yang berkuasa atas Samudra Xea. Tidak luput dari pembicaraan, Putri Mimi naik takhta menjadi putri utama tunggal.
“Aku terkejut, mendengar fakta jika Putri Mimi peminum darah ikan hiu,” ucap ikan salmon yang hendak berenang ke sungai, menjauh dari samudra.
Asier yang selama ini tinggal bersama Deckey, hanya bisa terpaku mendengar fakta dari gerombolan ikan. Selama satu bulan lamanya, Asier berlatih spiritual bersama Deckey. Menepis perasaan yang semakin hari, mulai memuncak. Setelah permintaan maaf tempo hari, Deckey mengizinkan Asier untuk tinggal bersama.
“Aku mohon, ajarkan aku spiritual,” ucap Asier dengan memohon kepada Deckey.
Deckey menunggu, memperhatikan Asier yang memegang kedua tangannya dengan tatapan penuh harap, “Aku ingin balas dendam, demi kematian yang tidak adil.”
Deckey masih menatap manik Asier, menuangkan semua emosi yang tidak bisa ia sampaikan, tatapan mata Deckey yang biasanya terlihat kosong, mulai terlihat berwarna. Namun, Deckey tetap diam, seolah tidak terjadi sesuatu.
“Aku mohon, jangan memintaku untuk pergi, biarkan aku bersamamu. Aku tidak memiliki pegangan hidup, tidak ada makhluk yang bisa aku percaya, selain kamu. Memang aneh, berharap kepada pria asing yang tidak ingat identitasnya, tapi aku sudah putus asa. Kekuatan spiritual yang aku miliki, masih kurang. Aku butuh kekuatan yang lebih kuat untuk menjatuhkan mereka. Aku mohon, biarkan aku bersamamu,” Asier menangis, hingga melupakan niatnya untuk memberitahu Ratu Raisma yang bukan mermaid.
Deckey menganggukkan kepala lalu tersenyum manis, “Tubuh rapuhmu adalah tanggung jawabku. Aku akan menjadi perisai pelindung, memenggal kepala mereka yang berani menyentuh kulit mulusmu.”
Asier terpaku dengan ucapan Deckey, seolah tidak percaya ucapan itu akan keluar dari mulut pria berambut hitam pekat. Deckey yang ada di hadapan Asier beraura pembunuh dan berwibawa dari biasanya.
“Tetaplah bersamaku, sampai akhir. Jadikan aku sebagai tempat bersandar, ketika kamu menangisi kekejaman dunia,” ucap Deckey, memeluk tubuh rapuh Asier, menguatkan gadisnya yang lemah.
Sejak hari itu, Deckey lebih mahir mengajari Asier. Bahkan, tanpa menggunakan buku panduan kekuatan spiritual, Deckey dapat menjelaskan jenisnya dengan detail. Selain praktik, Deckey ingin Asier paham dari segi teori. Agar Asier dapat mengimbangi kekuatan spiritualnya.
“Kekuatan spiritual, ada lima tingkatan yang harus dikuasai, untuk sampai ke puncak tertinggi,” tekan Deckey dengan raut wajah serius.
Deckey sangat tampan, pahatan wajahnya begitu sempurna, bola mata yang tajam, rambut hitam pendek, rahang kokoh, menambah daya tariknya.
“Tingkat pertama atau paling dasar adalah Mier. Semua mermaid dan merman di Samudra Xea pasti bisa membuat gelombang laut berukuran kecil. Saat awal mengajarkanmu, kamu sedikit payah dalam membuat gelombang laut. Namun, seiring latihan yang konsisten kamu bisa melampaui tingkat pertama ini,” puji Deckey dengan mengedipkan sebelah matanya.
Jantung Asier seolah melompat dan ribuan ikan salmon berputar di perutnya. Pipi Asier pun terasa panas, semburat merah memperlihatkan bahwa ia malu dan gugup saat mendapatkan pujian dari Deckey.
Deckey terkekeh, “Tingkat kedua dinamakan Maro, ditingkatkan ini, kamu bisa membuat gelombang kecil dan besar. Di hari pertama saat mengajar, cukup berat karena itu pengalaman pertamamu dengan serius. Tanpa diduga, kamu bisa melampaui dua tingkatan sekaligus dengan waktu yang terbilang cepat. Tingkatkan ini, biasanya digunakan untuk mermaid dan merman pekerja di Kota Agua.” Deckey menjelaskan hal itu dengan lancar, bahkan ucapannya seperti guru spiritual nyata.
Asier merasa Deckey lebih mengenal Samudra Xea dibandingkan dirinya, ia ingin memotong pembicaraan, tapi ia mengurungkan niat itu. Ia tetap mendengarkan Deckey yang menjelaskan tentang tingkatkan kekuatan spiritual.
Deckey melanjutkan penjelasannya, “Tingkat ketiga adalah Okun, di sini pengguna spiritual dituntut agar dapat membuat gelombang besar dan mengendalikan arus. Kamu sudah bisa membuat gelombang besar, tetapi belum lancar mengendalikan arus. Maka, sekarang kita akan berlatih mengendalikan arus Samudra Xea.”
Asier memejamkan mata, menarik nafas panjang, berusaha menyatu dengan air. Kedua tangan Asier dituntun oleh Deckey, bergerak ke kanan dan kiri. Asier dapat merasakan arus Samudra Xea mulai berpihak padanya. Di telinga Asier, Deckey berbisik dengan suara serak, “Ocearus.”
Bisikan itu sukses membuat Asier merinding, tapi ia tetap fokus untuk belajar. Tangannya bergerak sesuai dengan instruksi. Hingga Asier dapat merasakan arus Samudra Xea menjinak kepadanya. Namun, Asier masih kesulitan mengarahkan arus yang seolah ingin melilit tangannya bak ular laut.
“Ulangi hal yang sama, sampai tanganmu terbiasa menggapai, merasakan dan menuntun arus. Anggaplah, arus ini selendangmu yang sedang digerakkan ke kanan dan kiri. Ucapkan mantra di dalam hati, secara berulang. Lalu, buka matamu dan ucapkan mantra dengan jelas,” titah Deckey, memberikan arahan kepada Asier.
Di tengah pelatihan, Deckey menjauh dan mengamati Asier. Namun, tangan-tangan lentik itu membuat pola yang spontan, ekornya ikut bergerak, seolah mengikuti alunan musik. Asier masih terpejam, menikmati sensasi dalam tubuhnya. Merasakan ledakan yang akan segera terbang.
“Ocearus, Ocearus, Ocearus,” Asier membatin dengan menyebutkan mantra.
Deckey melihat pola-pola itu membentuk cahaya berwarna kuning, mengurung arus dan menggerakkannya seperti naga. Berputar-putar, mengelilingi tubuh mungil Asier yang rapuh. Deckey semakin melotot, saat arus yang terkurung begitu besar dan Asier hendak membuka mata.
“Berhen ...,” ucapan Deckey terpotong oleh teriakan Asier.
“OCEARUS!”
Asier membuka mata, melepaskan arus yang terkurung oleh sihir berwarna kuning terang, menghempaskan layaknya angin. Arus itu menghantam terumbu karang dan ledakan ke atas Samudra Xea. Seluruh penghuni Samudra dapat melihat arus terkurung dalam cahaya kuning dan meledak ke atas, bak naga yang terbang, keluar dari Samudra Xea.
“ASIER KEMBALI!” Teriak Pangeran Ardian kepada bangsawan mermaid dan merman yang tengah berkumpul di sayap kiri Kerajaan Arneval.
Semua mata langsung tertuju padanya, “Apa maksudmu?”
Pangeran Ardian tersenyum, “Dia masih hidup, aku yakin itu.”
Pangeran Arkan yang masih kebingungan, bertanya baik-baik kepada saudaranya, “Jelaskan kepada kami dengan benar.”
“Aku melihat arus berbentuk naga, terbang ke angkasa. Siapa lagi yang bisa menggunakan kekuatan spiritual itu, kecuali Ratu Reliana? Namun, dia sudah meninggal dunia. Kemungkinan besar, itu adalah Asier,” kata Pangeran Ardian dengan sangat yakin.
Mereka tertawa terbahak-bahak, tidak ada yang percaya bahwa Asier bisa menggunakan kekuatan spiritual langka. Mereka tahu, kemampuan Asier sangat payah. Bahkan, ia adalah beban Kerajaan Arneval yang sangat buruk dalam hal spiritual, cacat fisik dan tidak berguna. Kemungkinan, Asier sudah mati di tengah Samudra Xea karena ia terlalu lemah.
“Kalian tidak percaya?” tanya Pangeran Ardian dengan raut wajah kesal.
Pangeran Arkan dan bangsawan lain tertawa, “Kami tidak percaya, jika Asier menggunakan kekuatan spiritual itu.”
Tanpa mereka tahu, jauh dari Kerajaan Arneval. Asier berjuang mati-matian agar bisa menggunakan kekuatan spiritual dan menjatuhkan kekuasaan mereka.
Asier sudah bersumpah, bahwa ia mampu merebut haknya dan menjatuhkan kerajaan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro