Bab 12: Identitas 💜
Kota Agua, Samudra Xea 3333 Lux.
“Ingatan masa lalu adalah bagian perjalanan hidup.” – Deckey de Fuego
Semalaman Deckey memikirkan ucapan Asier mengenai identitas. Deckey merasa tertampar dengan ungkapan itu dan ia tidak bisa menepis fakta bahwa identitasnya tidak jelas. Deckey berbicara dengan pantulan rembulan malam, bertanya mengenai identitas aslinya.
“Berikan aku petunjuk,” gumam Deckey dengan suara pelan dan pasrah. Sudah berhari-hari ia keluar dari palung Dunia Moirei, tetapi ia tidak mendapatkan petunjuk mengenai identitasnya.
Setiap malam, setelah Asier tertidur pulas. Deckey akan melatih kekuatan spiritualnya. Ia hanya mengikuti naluri, tanpa guru atau panduan. Deckey meyakini, bahwa ia bukan dari ras biasa. Kekuatan Deckey cukup besar untuk menghabisi penghuni Kota Pie. Deckey berlatih hingga tanpa sadar, kedua tangannya mengeluarkan api suci di dalam Samudra. Hal itu sangat tidak logis dalam otak Deckey, karena bagaimanapun api dan air tidak bisa menyatu. Namun, Deckey dapat menggunakan kekuatan api dari kedua tangannya. Perlahan-lahan, ujung ekor Deckey mulai merapat. Sisik-sisik tajam bermunculan di sikunya.
“Apa ini?” tanya Deckey kepada dirinya sendiri.
Ia tidak ingin Asier mengetahui perubahan yang aneh dalam dirinya. Deckey pun menganyam rumput-rumput laut dan tumbuhan sekitar untuk menutupi sikunya. Setelah itu, Deckey kembali ke dalam gua dan tertidur pulas. Hingga suara teriakan membangunkannya.
Deckey melihat Asier dikelilingi sihir biru yang begitu indah, tetapi berbahaya. Deckey mengetahui rasa sakit yang ditimbulkan dari sihir biru. Sihir itu membuat Deckey terkurung, kekuatannya melemah, dan ia sangat tersiksa akan hal itu. Deckey tidak ingin Asier terjebak dengan rasa sakit.
Deckey berenang ke arah Asier, mengguncang tubuh mermaid dengan rambut hitam itu. Namun, Asier tidak kunjung membuka mata. Kekuatan sihir biru terlihat semakin jelas, mengurung tubuh Asier. Raut wajah pucat, terpampang jelas di hadapan Deckey.
“ASIER, BUKA MATAMU!” Teriak Deckey dengan suara bariton yang bernada tinggi.
Seolah ada tarikan, Asier membuka matanya, “A-apa yang terjadi?”
Deckey mengulang ucapan Asier, “Apa yang terjadi?”
Asier pun mulai sadar, “Aku sedang berlatih.”
Sebuah kerutan terlihat jelas di kening Deckey, “Berlatih apa sampai seperti ini?”
Asier menatap Deckey dengan serius, bola matanya mengunci manik gelap itu, “Sihir biru.”
Mendengar ucapan Asier, telinga Deckey tiba-tiba berdengung, lalu kepalanya berdenyut nyeri. Seolah dihantam batu besar. Deckey melihat beberapa potong gambar mengenai sihir biru. Deckey menggeram karena kepalanya yang sakit. Keringat dingin menyatu dengan arus Samudra Xea yang terasa semakin hangat.
“Deckey, kenapa?” kini giliran Asier yang bertanya dengan khawatir.
“TIDAK, JANGAN SENTUH AKU!” Bentak Deckey kepada Asier, tangannya menepis tangan Asier yang terulur untuk menolong.
Asier terkejut dengan penolakan Deckey, “Kenapa?”
Deckey menatap Asier dengan sorot mata sinis, “MENJAUH DARIKU!”
Seketika rasa sesak kembali hadir di dada Asier. Ia teringat penolakan Pangeran Logel yang memintanya menjauh dan memutuskan rencana pertunangan. Asier terdiam, tidak ada ekspresi dari raut wajahnya. Ia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini, sebelumnya. Deckey tidak berarti apa-apa untuk Asier.
Asier keluar dari gua, berenang menjauh menuju pusat Kota Agua. Berniat mencari Yualia yang ia hindari. Asier tidak memiliki teman selain Yualia yang tulus menolongnya. Ekor yang cacat tidak menghentikan Asier untuk berenang. Ia masih bisa berenang bebas, walaupun luka itu tidak bisa disembunyikan.
“Kemarin, Yualia berteriak memanggilku dan ingin mengatakan sesuatu, tapi aku memilih pergi, kira-kira apa yang ingin dia sampaikan?” Asier bertanya-tanya tentang Yualia yang keras kepala mengejarnya.
Di perbatasan pusat Kota Agua, Asier melihat kerumunan mermaid. Ternyata Ratu Raisma datang ke Kota Agua. Asier panik dan bersembunyi di balik terumbu karang. Asier melihat Ratu Raisma menarik tangan mermaid berambut pendek dan kulit sawo matang. Asier mengenalnya, perawakan itu persis seperti Yualia.
Asier berenang mengejarnya, ternyata Yualia dibawa ke Kota Pie untuk dieksekusi. Ratu Raisma melakukan semuanya sendirian, tanpa ada Raja Arfan atau pengawal kerajaan. Yualia terlihat meronta-ronta, berusaha terlepas dari cengkeraman tangan Ratu Raisma.
“Aku mohon, lepaskan aku!” Teriak Yualia dengan suara yang lemah.
Ratu Raisma terkekeh, “Apa kamu pikir, aku tidak tahu perbuatanmu?”
“Perbuatan, apa Ratu?” Yualia terlihat ketakutan saat menatap manik mata Ratu Raisma, dari kejauhan aku merasakan aura yang berbeda dari ibu sambungku.
“KAMU MENGADUKANKU KEPADA RAJA ARFAN DAN MENYEBARKAN GOSIP KELUAR KERAJAAN ARNEVAL!” Ratu Raisma mencekik leher Yualia.
Tubuh Yualia gemetar hebat, “A-aku tidak bermaksud menyebarkannya.”
“BOHONG! APA YANG KAMU LIHAT MALAM ITU!” Asier hendak menolong Yualia, tetapi ia tercengang melihat Ratu Raisma yang berubah wujud.
Ratu Raisma yang selama Asier kenal berwujud mermaid cantik, memiliki spiritual tingkat tinggi dan ratu drama. Kini, memperlihatkan jati dirinya yang asli. Ratu Raisma berubah menjadi Siren yang buas. Siren ialah mermaid yang mendalami ilmu hitam melebihi mermaid buangan di Kota Pie. Siren lebih buas dan kejam dibandingkan mermaid. Siren tingkat tinggi dapat berkamuflase menjadi mermaid dengan kekuatan sihir hitam.
Jantung Asier berdebar, ia pun kembali bersembunyi di balik terumbu karang. Asier belum yakin, jika dirinya bisa mengalahkan Ratu Raisma yang berwujud Siren. Asier memutuskan mengamati Ratu Raisma yang mencekik Yualia. Asier tidak tega melihat Ratu Raisma mengeluarkan lidah panjang dan hitamnya, lidah itu melilit leher Yualia. Yualia menjerit ketakutan.
“Tolong, tolong!” Teriakan Yualia terdengar menyayat hati.
Asier menahan isak tangis yang mulai pecah, saat mendengar suara gemeletuk. Bukan dari suara gigi yang menggigil, melainkan suara leher Yualia yang dipatahkan dengan mudah oleh lidah Ratu Raisma. Kepala Yualia mengambang ke permukaan Samudra Xea, sedangkan tubuhnya dijilati Ratu Raisma. Ia menjilat darah yang mengalir dan menyatu dengan arus. Tidak ada rasa jijik dari raut wajah Ratu Raisma, bahkan ia terlihat kelaparan dan buas menggigiti tubuh tanpa kepala. Asier sudah tidak tahan, ia berenang menjauh secepat mungkin menuju gua di perbatasan Kota Agua.
Asier tidak peduli, jika ia harus mengemis maaf dari Deckey. Ia harus mengungkapkan jati diri Ratu Raisma dan merebut takhta Kerajaan Arneval. Dendam yang awalnya pudar, kembali hadir di dalam hati Asier. Ada rasa marah, sedih, dan kesal. Di tengah arus Samudra Xea, Asier berpapasan dengan beberapa ikan hiu. Mereka membicarakan Pangeran Logel yang tewas di Kerajaan Arneval.
“Persetan kepada pembunuh Pangeran Logel, kita menjadi sasaran yang dituduh tersangka!” Ikan hiu bermata merah, terlihat kesal kepada pembunuh Pangeran Logel.
Ikan hiu bertubuh kecil, membuka mulutnya, “Lagi pula, gigitan pada Pangeran Logel berbeda dengan gigitan kita.”
“Memang sulit kasus kematian Pangeran Logel ini, tidak ada bukti yang jelas selain gigitan,” ikan hiu dengan bekas luka di siripnya ikut menimpali obrolan.
Asier yang mendengar percakapan itu, hanya bisa diam dan menahan sesak.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” Asier bertanya dengan heran, ia tidak menyangka mahabahnya datang setelah ia meninggalkan Kerajaan Arneval.
“ASIER!” Suara itu memanggil Asier yang berenang sembari melamun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro