Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 10: Bertemu 💜


Kerajaan Arneval, 3333 Lux

“Tidak ada yang percaya, kepada mulut makhluk biasa,” – Yualia

Rasa panas di pipi kanannya, tidak layak ia dapatkan, gadis mermaid polos itu berkata jujur dan apa adanya. Namun, Raja Arfan yang biasanya agung dan bijaksana, menutup telinga untuk ucapan Yualia. Raja memarahi Yualia yang tidak mengenal sopan santun, berani menuduh ratu dan putri.

“Apa kamu gila, berani menuduh ratu dan putri Kerajaan Arneval?” tanya Raja Arfan dengan kesal.

Yualia meringis, “Hamba berkata jujur.”

Raja Arfan terlihat buas, ia menampar Yualia berkali-kali, hingga wajah gadis itu memerah. Pangeran Ardian yang kasihan, membantunya untuk bangkit.

“Jika raja tidak terima ucapannya, jangan sampai menampar wajah berkali-kali. Dia makhluk Tuhan yang juga hidup di Samudra Xea. Bagaimana pun, Yualia adalah pelayan setia Putri Asier,” ujar Pangeran Ardian dengan bijaksana, di tengah keadaan hatinya yang hancur ditinggal mati putra tercinta.

“Aku mohon, percayalah padaku,” Yualia bersimpuh di hadapan Pangeran Ardian.

Pangeran Ardian, terlihat bimbang. Antara percaya atau tidak. Namun, segala keputusan ada di tangan Raja Arfan. Sang raja tengah duduk di singgasananya dengan raut wajah letih.

“AKU TIDAK MEMPERCAYAI UCAPANMU.”

Keputusan Raja Arfan mengantarkan Yualia pergi dari Kerajaan Arneval. Yualia diusir setelah satu abad lebih menjadi pelayan Putri Asier. Yualia mendapatkan penindasan dan perlakuan yang tidak adil, sejak Putri Asier pergi meninggalkannya.

“Aku akan mencari Putri Asier!” ucap Yualia dengan penuh tekad.


Jauh dari Kerajaan Arneval, tepatnya di gua tersembunyi yang berada di perbatasan Kota Agua. Mermaid dengan rambut berwarna hitam panjang lurus dan bertekstur lembut, tengah berlatih spiritual bersama merman tampan bernama Deckey.

“Bisakah kamu jelaskan teori mengenai spiritual? Aku tidak akan percaya kepada ajaran sesatmu,” ucap Asier dengan nada ketus kepada Deckey yang siap mengeluarkan jurusnya.

Deckey menatap Asier dengan tajam, “Sudah aku bilang, aku tidak ingat apa pun! Tapi aku bisa mengajarimu.”

Asier mendengus kesal, “Ayolah, ini buang-buang waktu. Maksudku, melihatmu diam meditasi seharian tanpa melakukan sesuatu. Apa itu masuk akal?”

Deckey pun berenang mendekati Asier, “Lebih baik, kita praktik langsung.”

Asier memutar bola matanya, “Baiklah.”

Deckey menatap Asier dengan serius, “Kamu harus percaya padaku.”

Asier yang ditatap oleh Deckey, merasa gugup, “I-iya, tentu saja.”

Deckey meminta Asier memejamkan mata, “Tutup matamu, rasakan arus laut yang mengelilingi ekor, badan dan kedua tanganmu.”

Asier mengikuti instruksi dari Deckey, ia harus percaya kepada Deckey. Meskipun, Deckey bukan guru yang diberikan peramal tua, Asier yakin Deckey memiliki kekuatan spiritual tingkat tinggi.

“Arus laut itu menyatu dengan aliran darah. Ia ada di dalam tubuhmu. Secara perlahan, kamu menggerakkan kedua tangan dan membentuk bulat layaknya mutiara,” ucap Deckey dengan suara bariton.

Asier merasakan sensasi damai di arus Samudra Xea yang biasanya kejam dan mencakar kulit. Kini, Asier dapat bersentuhan dengan arus yang lembut. Asier menggerakkan kedua tangannya membentuk bulat dan mengurung arus sesuai instruksi Deckey.

“Sekarang, putar kedua tanganmu ke kanan dan kiri, membentuk pusaran laut!” Titah Deckey kepada Asier.

Asier kembali mengikuti instruksi, hingga jari-jarinya dapat merasakan pusaran kecil di kedua tangan. Asier yang antusias, membuka mata secara tiba-tiba dan fokusnya terpecah. Pusaran laut berukuran kecil itu lenyap.

“ASIER, AKU TIDAK MEMINTAMU MEMBUKA MATA!” Deckey meninggikan suaranya dengan kesal.

Asier menatap Deckey dengan bola mata membesar, memohon pengampunan, “Maaf, aku tidak sengaja.”

Deckey tersenyum tipis, “Ayo lakukan ulang!”

Berkali-kali Asier gagal, konsentrasinya pecah. Gambaran pahatan wajah kokoh, bibir tebal dengan mata tajam milik Deckey, terus muncul di otak Asier.

“Asier fokus.”

Deckey mengingatkan Asier, tetapi mermaid cantik itu tidak bisa fokus dan gagal, akhirnya Deckey menghentikan latihan pertama.

“Sepertinya, kamu kelaparan hingga tidak bisa fokus,” ucap Deckey dengan wajah garangnya.

Asier langsung menganggukkan kepala, “I-iya, aku lapar!”

Deckey dan Asier pun memutuskan untuk membeli makanan di pasar, karena rumput laut di sekitar gua, jumlahnya tinggal sedikit. Jika, Deckey dan Asier terus mengandalkan rumput laut itu, tidak ada tempat persembunyian mereka.

Deckey dan Asier harus memakan rumput laut agar kekuatan mereka tetap stabil. Deckey dan Asier berenang bersama menuju pusat Kota Agua. Mereka menggunakan jubah panjang berwarna hitam untuk menutupi identitas.

Di pasar, Deckey dan Asier membeli banyak alga merah dari beragam jenis. Alga Acanthophora Spicifera yang berkhasiat untuk mengobati luka dalam, Alga Gracilaria Salicornia untuk memperkuat tubuh.

“Apa ini cukup?” tanya Asier kepada Deckey.

Deckey terlihat mengamati alga Acanthophora spicifera berwarna cokelat yang memiliki thallus silindris, percabangan bebas, tegak, dan terdapat duri-duri pendek sekitar thallusnya. Rasa alga itu sangat menggoda dan Deckey tidak sabar untuk melahapnya.

“Aku rasa cukup, ayo kita kembali!” Deckey mengajak Asier untuk pergi.

Asier de Azul, tiba-tiba berhenti berenang saat melihat penjual daun-daun bertinta emas. Daun-daun itu berisi penjelasan mengenai spiritual. Asier pun berenang mendekati sang penjual. Asier, melihat daun-daun indah itu. Ia teringat saat berlatih spiritual pertama kali dengan ayahnya.

Saat itu, Asier kecil yang cacat ditertawai oleh anak-anak keturunan bangsawan lain, karena tidak bisa menggunakan satu kekuatan pun. Asier menangis dan menjerit, hingga terdengar oleh Raja Arfan. Raja Arfan yang tengah melakukan diskusi bersama para pangeran, terkejut dan berenang menuju Asier. Raja Arfan melihat putrinya tengah menangis dan menghasilkan banyak mutiara suci. Asier tidak mau berhenti menangis, ia marah dan sedih karena tidak bisa menggunakan satu kekuatan pun.

Raja Arfan menggendong Asier kecil dan membawanya menuju ruang diskusi. Raja Arfan meminta Asier untuk berhenti menangis.

“Ayah yakin, suatu hari nanti, kamu akan menguasai semua kekuatan yang ada di dalam daun ini,” ucap Raja Arfan kepada Asier yang memegang daun bertinta emas.

“Apa aku bisa?” tanya Asier dengan polosnya.

Raja Arfan menganggukkan kepala, “Tentu, kamu calon ratu Samudra Xea. Pasti bisa melakukan segalanya.”

Asier tersenyum tipis, “Aku akan berusaha.”

Raja Arfan terkekeh, “Tidurlah di pangkuan ayah, kamu sudah berusaha untuk hari ini.”

Asier hendak membeli daun emas itu, ia berusaha mengambil satu keping Golc di dalam kantung. Namun, uangnya sudah habis. Tidak ada yang tersisa dikantungnya. Lalu, sebuah tangan memberikan satu keping Golc kepada penjual di hadapan Asier.

“Biar aku saja yang bayar,” ucapnya dengan suara pelan, tetapi suara itu dapat mengejutkan Asier.

Suara itu tidak asing di telinga Asier. Hampir setiap hari, ia mendengar suara lemah dan pelan itu. Asier pun menoleh dan mendapati wajah pelayan setianya yang sama-sama terkejut.

“Pu-putri Asier?” tanyanya dengan suara pelan.

Asier pun berbalik badan dan berenang menjauh. Yualia, di belakang Asier terus mengejarnya. Tidak peduli, dengan keramaian pasar Kota Agua. Asier terus berenang, meski ekornya terasa sakit. Asier memfokuskan mata untuk mencari Deckey. Deckey berada di perbatasan dan menatapnya kesal.

Deckey sangat kesal kepada Asier, karena membiarkannya berbicara sendirian, sembari berenang keluar area pasar. Setengah jam, Deckey menunggu Asier. Mermaid cantik itu datang dengan berenang tergesa-gesa. Di belakang Asier, mermaid lain mengikuti dengan berusaha menarik tangan Asier. Deckey yang melihat itu, dengan sigap menarik Asier untuk berenang lebih cepat. Deckey menarik Asier untuk keluar dari perbatasan.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” tanya Deckey dengan menggenggam tangan Asier.

Asier memutar bola matanya, “Apa sekarang waktu yang tepat untuk menjelaskan hal itu?”

Deckey menoleh ke belakang dan masih mendapati mermaid berambut pendek mengejarnya, “Melihat situasi kita, sepertinya tidak. Namun, aku butuh alasan untuk berenang menjauhinya.”

Asier menjambak rambut Deckey, “Kita harus berenang menjauhinya.”

Deckey tetap bertanya, “Kenapa?”

Asier mengepalkan tangannya kesal, “Dia pelayan setiaku, namanya Yualia.”

“Jadi, kamu takut tertangkap oleh pelayan?” tanya Deckey dengan raut wajah menahan tawa.

Asier menarik nafas, “Aku tidak mau, identitasku terungkap.”

“Baiklah, Putri Asier. Izinkan hamba, menolongmu untuk kabur,” ujar Deckey, lalu menuntun Asier untuk memeluk tubuhnya.

Asier mengalungkan tangannya di leher Deckey. Deckey berenang dengan cepat menjauhi Yualia yang mengejar di belakang.

“Putri Asier, aku ingin menyampaikan sesuatu!” teriak Yualia dengan keras.
















Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro