Merdeka (?) {Short Story}
Karya: ErwinHawadi
Merdeka adalah nyaman makan siang di bulan Ramadhan tanpa was-was warungnya digrebek ormas "beragama".
Merdeka adalah bebas mencintai dan menghabiskan hidup dengan siapapun tanpa sekat agama, ke(tidak)percayaan, jenis kelamin, ras, dan terutama KUA.
Merdeka adalah menggenggam tangan mereka yang dicap difabel, ODHA, pecandu, LGBT, Cina, Arab, kafir, lonthe, perempuan dan anak korban perkosaan dan KDRT, kemudian berkata pada mereka "kamu nggak sendirian".
Merdeka adalah mendorong dan mendengar pendapat anak-anak kecil agar berani bicara supaya tumbuh jadi manusia yang nggak minder dan nggak gampang ditindas.
Merdeka adalah bebas untuk mengosongkan kolom agama di KTP atau mengisinya dengan Samin, Sunda Wiwitan, Animisme, Kejawen, atau apapun yang asalnya dari Indonesia.
Merdeka adalah berani membaca buku-buku Darwin-Dawkins-Dennet, Das Kapital, Descartes dan Foucault selain membaca Al Quran, King James' Bible maupun Torah.
Merdeka adalah membuka mata semua orang bahwa penjahat yang bergelimang dosa dan lumpur tak layak duduk di kursi kekuasaan.
Merdeka adalah tetap membeli tiket kereta di loket meskipun bisa "bayar di atas".
Merdeka adalah memburu karya sastra Indonesia kuno, membacanya, menuliskan kembali ulasannya.
Merdeka adalah ketika masih bisa menulis tanpa khawatir melukai citra korporasi atau nggak tembus KPI.
Merdeka adalah sadar. Merdeka adalah luka. Merdeka adalah the journey not yet travelled. Karena merdeka adalah perjuangan yang tak pernah usai selesai.
Selamat ulang tahun, Indonesia. Semoga semua anakmu merdeka dalam berpikir dan bertindak.
.
.
.
_END_
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro