Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sebuah Pertemuan

“Perlu bantuan?”

Sontak, perempuan yang tadinya berjinjit tersebut menurunkan tubuh dan berdiri seperti normalnya. Ia memutar kepala, mendapati seorang laki-laki berseragam olahraga berdiri di dekatnya.

“Mau ambil buku yang mana?” tanya lelaki itu kembali, ketika tidak mendapatkan respons atas pertanyaannya yang pertama dari sang perempuan.

“Oh, itu, mau ngambil yang covernya warna hijau,” ujar perempuan dengan bordiran nama di seragam putih abunya, Shakila Irawan.

Laki-laki itu lantas mengambilkan buku dengan sampul hijau, seperti apa yang disebutkan oleh Shakila dan memberikannya kepada Shakila. “Ini, kan, bukunya?”

Shakila mengangguk kecil. “Iya, makasih, ya.”

“Sama-sama. Lain kali, minta tolong aja sama orang lain kalau perlu bantuan. Kalau jinjit kayak begitu, kamu bisa kehilangan keseimbangan dan jatuh. Parahnya, kamu bisa nabrak rak-rak buku ini dan roboh semua,” ungkap laki-laki yang masih belum Shakila ketahui namanya itu, sebelum melangkah pergi darinya.

Shakila meremas novel best seller yang dipegangnya kuat-kuat seraya bergumam, “Terima kasih banyak untuk sarannya.”

•••

Hari ini hari Minggu. Itu artinya semua kegiatan belajar-mengajar di sekolah ditiadakan. Kebanyakan siswa akan menggunakan waktu luang tersebut untuk bermain ponsel sepuasnya atau tidur sepanjang hari. Mumpung weekend. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Shakila.

Pukul setengah sembilan pagi, Shakila sudah tampak rapi, bersiap untuk berangkat ke suatu tempat yang selalu dia kunjungi setiap hari Minggu. Perpustakaan kota.

Jika sehari-hari di sekolah, Shakila rutin mendatangi perpustakaan sekolah, maka hari Minggu dia akan berkunjung ke perpustakaan kota, mengingat perpustakaan sekolah tutup pada hari ini.

Perjalanan dari rumah ke perpustakaan kota membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Tepat saat Shakila tiba, perpustakaan sudah dibuka. Shakila selalu menjadi pendatang pertama di pagi hari, seolah ketika dia telat beberapa menit saja, perpustakaan akan segera tutup. Hingga Ibu penjaga perpustakaan sudah hafal dengan pengunjung yang satu itu.

Namun, sepertinya gelar pendatang pertama hari ini batal diberikan kepada Shakila. Sebab, ada motor lain yang terparkir di sebelah motornya, sebelum dia datang. Shakila jadi penasaran, siapa yang hari ini telah mengalahkan rekornya.

“Halo, Dik Shakila. Selamat pagi,” sapa Ibu Lastri, penjaga perpustakaan kota tersebut.  Bu Lastri begitu ramah sehingga selalu menyapa kedatangan Shakila setiap minggunya.

“Selamat pagi, Bu Lastri.”

“Sepertinya, hari ini Dik Shakila bukan jadi orang pertama yang datang. Lima menit sebelum Dik Shakila, ada seorang anak laki-laki yang datang ke sini. Katanya, mau nyari novel untuk tugas resensi, takut keburu ramai kalau siang,” ujar Bu Lastri.

Shakila tersenyum kecil menanggapinya, lantas berjalan masuk. Setelah meletakkan tas di dalam loker bernomor 42, Shakila melangkahkan kaki ke dalam ruangan perpustakaan dengan full AC itu.

Seperti kata Bu Lastri, pengunjung pertama perpustakaan adalah seorang laki-laki. Diperkirakan, usianya sebaya dengan Shakila. Tapi, Shakila tidak mau ambil pusing. Gadis itu memilih menelusuri rak demi rak yang tersusun rapi di dalam ruangan tersebut dan mencari buku yang hendak dia baca di ruangan khusus baca nantinya.

Ketika mendapati buku tersebut, Shakila mendengkus. Lagi-lagi, buku yang dituju terletak di urutan paling tinggi rak khusus novel. Shakila mencari tangga kecil yang biasanya tersedia di ruangan tersebut untuk membantu mengambil buku, namun nihil. Mau tak mau, Shakila berjinjit guna mengambil buku tersebut. Sebelum jemari Shakila berhasil meraih buku itu, sebuah tangan terlebih dahulu menyelip dan mengambil buku itu. Hal itu membuat Shakila turun dan menoleh.

“Udah dibilang, kalau perlu bantuan, minta tolong, Shakila.”

Lelaki itu ... yang kemarin menolongnya mengambil buku di perpustakaan sekolah.

“Kamu? Tahu dari mana namaku?” tanya Shakila.

Lelaki itu tersenyum tipis. “Bordiran nama kamu di seragam putih abu kemarin. Tapi, sepertinya, enggak etis kalau cuma aku yang tahu nama kamu. Aku Elvion Gerantara. Salam kenal, Shakila.”

Kata orang, tidak ada yang namanya kebetulan di sebuah pertemuan. Sebab, setiap pertemuan akan membawa kita menuju pertemuan-pertemuan berikutnya. Sama seperti halnya pertemuan antara Shakila dan Elvion yang terus-menerus terjadi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro