💕12. Merajuk💕
Dayu masih tergugu sendiri di ranjangnya. Ranjang yang baru semalam digunakannya untuk berbaring melepas lelah dan menjadi saksi penyatuan cinta mereka, akhirnya menjadi tempatnya mengurai kesedihan yang membuncah di dada.
Kepiluan seketika itu mendera Dayu di saat dirinya merasa bahagia. Seperti dijatuhkan dari langit ke tujuh, hati Dayu luluh lantak tak berbentuk. Kedatangan Ke Yi Jie membuat Dayu menjadi istri kedua, dan mau tidak mau merelakan suaminya berbagi cinta dan perhatian dengan perempuan lain. Lagi-lagi bila mengingat itu, dada Dayu terasa sangat sesak seolah ditimpa beban berat.
"Dayu, Dayu!" Suara Yu Lian menyeruak masuk diantar oleh udara yang menyusup gendang telinga Dayu.
Dayu menutup kepala dengan bantalnya untuk menghalau suara panggilan Lian. Tak hanya itu, wanita itu menyelubungi tubuhnya dengan selimut. Tetap saja suara ketukan daun pintu dari kayu jati itu menguasai keheningan kamar.
"Dayu, tolong buka dulu. Aku ingin bicara sebentar, mungkin sambil makan, kita bisa berbicara."
Dayu menegakkan tubuh tiba-tiba. Perempuan itu mendengkus keras dengan memberikan sorotan kesal ke arah pintu kayu yang tidak bersalah, seolah bisa melihat Yu Lian yang berdiri di baliknya.
Dia pikir masalah ini bisa teratasi dengan bicara? Menyebalkan! Mau dibicarakan bagaimana pun aku tetaplah seorang istri kedua.
Dayu menghela napasnya panjang. Disekanya air mata yang membuat matanya berhasil membengkak.
Aku tidak semudah itu menerima. Aku ... aku ... Dewi Andayu, putri dari Raden Wedana dari Bendan.
Dayu mencengkeram tangannya kuat, membuat buku-buku jarinya memucat. Kuku panjang yang tak sempat dipotongnya pun terasa menancap di telapak tangan.
Sabar, Dayu! Sabar! Kamu hamil! Kamu harus bisa mengendalikan amarahmu.
Dayu membuang napas kasar. Seandainya bisa, dia ingin melarikan diri dari kamar itu melalui jendela kamar tak berteralis di kamarnya. Seandainya mampu, Dayu ingin berlari pulang ke Bendan dan mengadukan pada Daru—kakaknya—yang telah menikahkannya dengan putra sulung keluarga Yu.
Namun, Dayu tetap duduk di ranjang. Masih diselubungi selimut di separuh tubuhnya. Pikirannya kusut tak tahu apa yang harus dia lakukan. Sementara, Dayu ingat, beberapa minggu lagi acara pesta pernikahannya akan dilangsungkan.
Dengan lesu Dayu menurunkan kaki dari ranjang. Otaknya kalut dengan kegalauan. Seandainya pernikahan itu dibatalkan, pasti akan terjadi rumor tak sedap di desanya. Putri seorang wedana menjadi istri kedua dan pernikahannya dibatalkan.
Dayu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berusaha mengusir pikiran buruk yang merasuki kepalanya dan ingin mengganggu nalarnya.
"Dewi Andayu, tolong buka pintunya."
Dayu menatap nanar pintu yang ia kunci beberapa saat yang lalu. Hatinya ngilu seperti disayat-sayat sembilu. Namun, Dayu akhirnya berdiri dan melangkah gontai untuk membukakan pintu bagi suaminya.
Tak menghiraukan Yu Lian, Dayu berbalik kembali ke ranjang untuk merebahkan diri, setelah membuka grendel yang mengunci pintu. Melihat dirinya tak dipedulikan, Lian menarik lengan Dayu, membuat tubuh perempuan itu berputar menghadap sang suami.
"Arrgghhh, sakit, Ko!" erang Dayu saat tubuhnya membalik paksa.
Lian memperhatikan penampakan Dayu dari atas hingga bawah, kembali ke atas lagi. Lian hanya bisa menelan ludah kasar saat melihat mata sembab Dayu dengan pipi yang masih tampak berair. Baju yang dikenakan juga terlihat basah, membuat warna terang blus Dayu menjadi transparan memperlihatkan kutang berwarna gelap.
Tanpa bicara, Lian menutup kembali pintu kamar. Saat berbalik, ia sudah mendapati Dayu berbaring di ranjangnya. Lian hanya mengembuskan napas panjang, dan segera mengambil baju ganti untuk Dayu.
"Dayu, ganti bajumu dulu."
Dayu bergeming, tak mengikuti titah Lian.
Lelaki itu menggigit sudut bibir bawah kirinya. Tak dimungkiri, pasti Dayu saat ini belum pulih dari keterkejutannya. Lian juga hafal dengan karakter Dayu. Biasanya dia akan marah dengan omelannya bila ada sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan kehendaknya. Namun, melihat Dayu yang hanya diam mengurung diri di kamar, mengunci bibirnya, membuat Lian tak tenang.
"Dayu, aku tahu kamu pasti terkejut. Aku pun demikian. Tapi, semua ini benar terjadi. Ke Yi Jie tetap saja istri pertamaku, dan aku tidak bisa menelantarkan dia begitu saja."
Dayu bergegas bangkit dan duduk tegak di hadapan sang suami. Matanya menatap nyalang Yu Lian. "Oh, jadi dengan kata lain Dewi Andayu akhirnya menjadi istri kedua begitu? Aku heran, Ko. Kalau dia masih hidup, kenapa tidak dari dulu mencari Koko? Kenapa baru sekarang ... " Dada Dayu kembang kempis meluapkan amarah yang dari tadi ditahannya. Dia mengangkat lengan dengan telunjuk yang mengacung lurus menunjuk pintu kamar. " ... wanita itu mencari Koko?"
"Tidak semudah itu mencari orang, Dayu! Ada banyak manusia di bumi ini. Mencari orang tak ubahnya mencari jarum di tumpukan jerami!" jawab Lian yang justru dianggap Dayu telah membela istri pertamanya.
"Oh ... lantas kenapa dia bisa menemukan Koko sekarang?" Dayu masih tak puas.
"Dia mendapat kabar bahwa keluarga Yu ke Indonesia. Saat tiba di Djakarta, ia pergi ke tempat Song Shu-Shu karena beliau juga berasal dari daerah yang sama dengan kami. Dia kemudian mendapat alamat rumah ini dari beliau. Kamu tahu Dayu, tak mudah perjuangan Yi Jie menemukanku. Apalagi ... " Tiba-tiba wajah Lian menjadi sendu. Kepalanya menunduk dan kata-kata lanjutannya terdengar lirih. " ... Yi Jie susah payah mencariku dengan membawa anak lelaki, hasil dari pemerkosaan itu."
Dayu hanya menatap kosong Lian, tak mampu berpikir. Dayu tak bisa menebak ekspresi dari wajah lelaki itu. "Dayu, tak bisakah kamu menerima Ke Yi Jie menjadi kakakmu?"
Alis Dayu bertaut. Belum bisa dia mencerna informasi bahasa tubuh Lian, sekarang dia harus menerima permintaan yang menyayat hatinya. Dayu tak sebodoh itu. Walau dalam keadaan bingung, otaknya bisa mempersepsikan bahwa dia harus mengakui Ke Yi Jie sebagai istri pertama suaminya.
"Hmmm?" Alis Lian terangkat menanti persetujuan yang keluar dari bibir bulat penuh milik Dewi Andayu.
Dayu hanya bisa meremas rok di balik selimut yang melingkupi badan di bawahnya. Rahangnya yang mengerat menahan tangis tertangkap oleh netra Lian.
Lelaki itu membawa tubuh kecil itu dalam pelukannya. "Maaf .... "
Tangis Dayu pecah. "Apa maksud permintaan maaf itu?"
Namun, Lian membisu. Dia diam seribu bahasa. Dayu kembali terisak keras menyandarkan kepalanya di bahu kokoh Lian. Bahu yang Dayu sadari bukan hanya miliknya untuk bersandar lagi. Seorang perempuan lain juga membutuhkan bahu itu untuk bermanja dan bersandar.
Mendapati kebisuan Lian, Dayu melayangkan pukulan ke dada suaminya. Kesedihan melandanya. Kepasrahan Lian terhadap keadaan, meyakinkan Dayu bahwa anak lelaki keluarga Yu akan bertanggung jawab terhadap istri pertamanya.
"Jahat! Koko jahat! Kenapa dulu berkata bahwa pernikahan ini sungguh-sungguh di saat Ke Yi Jie ada di balik dunia lain mencari Koko? Kenapa membuatku jatuh cinta dan ...."
"Kumohon jangan menyesal dengan apa yang kita alami, Dayu. Aku benar-benar mencintaimu." Lian mengecup pucuk kepala Dayu.
Dayu mendorong dada Lian dengan berurai air mata. "Kalau memang mencintaiku ... " Mata Dayu yang berlinang air mata, menatap lurus ke mata sipit Lian. " ... ceraikan Yi Jie!"
Rahang Lian mengerat ketat. Tenggorokannya tercekat mendengar pinta Dayu. "Aku ... tidak bisa."
Jawaban itu terdengar tegas dan jelas, seperti gemuruh guntur yang memenuhi liang pendengaran Dayu, membuat Dayu paham, Yu Lian tetaplah Yu Lian yang dulu. Di mata Dayu, Lian adalah sosok yang tegas namun berhati lembut. Darah keluarga Yu yang mengalir di pembuluh darahnya membuat dia senang berbuat kebaikan seperti leluhur dan ayahnya. Rasanya menolong orang yang membutuhkan apapun resikonya sudah menjadi kebiasaan mereka. Seperti menolong Dewandaru yang nyata-nyata menjadi pemberontak, mengambil Dewi Andayu menjadi istrinya untuk menyelamatkan perempuan itu supaya tidak menjadi sandera, dan masih banyak kebaikan yang dilakukan oleh keluarga itu.
Mereka bersitatap dalam hening. Batin Dayu tercengkeram, membuat napasnya sesak. Dia kecewa karena kebaikan anak sulung keluarga Yu kali ini. Kecewa karena tetap mempertahankan Ke Yi Jie. Terselip rasa cemburu karena mengetahui bahwa rasa cinta sang suami masih terpendam dan siap dibongkar saat Yi Jie kembali. Itu artinya posisi Dayu di hati Lian akan tergeser.
Lian mengusap air mata di pipi Dayu yang masih menyisakan isakan. "Kumohon Dayu, jangan mempersulit posisiku."
Lagi-lagi, Dayu hanya bisa diam.
"Aku akan bersikap adil bagi kalian."
Pernyataan Lian meyakinkan Dayu bahwa keputusan Lian sudah bulat akan tetap mempertahankan Yi Jie.
"Ayo, aku gantikan bajumu dulu. Aku tidak ingin kamu sakit. Sesuai janjiku, aku akan melindungimu Dewi Andayu. Melindungi jabang bayi yang ada di rahimmu."
Dayu menggigit sudut bibirnya. Hatinya memberontak. dia tak hanya ingin dilindungi, namun juga dicintai. Dayu menundukkan kepala. Menghindari tatapan tajam Lian yang kini tangannya mulai mengurai kancing blusnya. Batinnya begitu sakit melihat suaminya sendiri. Sakit karena Dayu baru menyadari bahwa dirinya sangat ... sangat mencintai pemuda beretnis Tionghoa itu. Tak rela diduakan dengan perempuan mana pun.
"Ya Tuhan, Dayu! Air tadi air panas? Dadamu dan perutmu memerah. Kenapa kamu tidak bisa menjaga dirimu!" sergah Lian yang membelalak saat melihat ruam kemerahan di dada dan perut istri keduanya yang mulai membuncit.
Lian bangkit untuk mencari pot keramik obat racikan keluarga Yu yang bisa mengobati luka bakar Dayu. Sejurus kemudian, dia duduk kembali di sisi ranjang. Lelaki itu membuka blus Dayu yang basah sekalian dengan kutang berwarna hitam.
"Kamu harus menjaga dirimu sendiri, Dayu." Lian mencolekkan lidi dengan kapas di ujungnya pada pasta ramuan itu. "Aku tidak pernah mengira akan mempunyai dua istri dan satu anak. Ini begitu tiba-tiba. Aku mungkin tidak bisa memperhatikanmu seperti dulu lagi. Oleh karena itu, tolong jaga dirimu. Jangan membuatku cemas."
Lian mengoleskan pasta itu di permukaan kulit dada dan perut Dayu yang memerah. Batin mereka berkecamuk dengan pemikiran masing-masing. Kembali Dayu tergugu dalam pilu, tangannya mencengkeram lengan baju Lian.
"Dayu, Yi Jie bisa memanggilmu Meimei? Setidaknya Yi Jie bisa menganggap dirimu adiknya."
Mata Dayu nanar menatap wajah oriental yang sangat dicintainya itu. "Meimei?"
Lian mengangguk. "Artinya 'adik perempuan'. Seperti panggilan 'Dik" di sini." Lian terdiam sesaat, kemudian menambahi. "Tapi, selama ini aku tidak pernah memanggilmu 'Dik', ya, seperti Daru?"
Ekspresi sendu Dayu sontak pudar. Bibir bulat penuh itu sudah maju beberapa centi meter ke depan. Dia kesal karena Lian berusaha bercanda untuk mengambil hatinya. Saat dia mendorong tubuh Lian, suaminya justru merengkuh tubuhnya.
"Aku mencintaimu, Dik Dayu."
Mendengar Lian memanggil Dik, membuat Dayu tak kuasa mengulum senyum geli. Pendengarannya terasa aneh. Dia menggeram dan mengurai pelukan Lian. Dalam hati, Dayu kesal karena semudah itu termakan guyonan aneh Lian.
Mata Lian berbinar mendapati seulas yang terbit di wajah kusut Dayu. "Dik ... Dik Dayu."
"Koko! Geli aku mendengarnya!" Dayu mencubit lengan Lian
Lian pun akhirnya merengkuh badan kecil Dayu. Dia tahu Dewi Andayu tetaplah Dewi Andayu yang selalu ceria apapun kondisinya dan selalu termakan godaannya..
"Aku mencintaimu, Gadis semanis madu."
"Dan aku benar-benar menjadi madu ... " Dayu bergumam dengan bulir bening yang masih menggenang di pelupuk matanya.
"Tapi tetap kamu yang menguasai hatiku setelah perjuangan yang kita alami untuk bisa bersama. Kamu percaya kan, Dik?"
Dayu mendorong kasar Lian. "Jangan panggil aku, Dik."
"Dik Dayu, Dik Dayuku yang manis semanis madu," goda Lian.
"Kokooooo! Hentikan!"
***
Mumet juga tiba-tiba punya dua istri
Dewi Andayu yang semanis madu beneran jadi madu
Ke Yi Jie yang berjuang menemukan suaminya.
💕Dee_ane💕
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro