4
₪ ₪ ₪ ₪
Belasan menit sudah berlalu sejak Roko memasuki pabrik itu. Dia sudah tidak mendengar lagi bunyi senapan dan senjata api itu. Bahkan bunyi langkah kaki pun tidak, kecuali ada tim spesial yang mampu menguntitnya tanpa tanda-tanda.
Sementara itu, keadaan Roko sendiri bertambah buruk. Kepalanya mulai pusing. Kulitnya mulai pucat. Dia sudah kehilangan banyak darah. Semuanya diperparah dengan rasa pegal yang mengisi seluruh tubuhnya. Namun hal yang dia takutkan adalah jika misinya gagal meskipun semua ini telah dilaluinya.
"Saatnya... mengecek hasil."
Untuk yang terakhir kalinya, Roko berniat melihat hasil kerja kerasnya. Tas di dada dan perutnya dia buka, mengeluarkan bau darah yang amis. Dari dalam situ, dia mengambil keluar laptop-nya yang berlumuran darah. Pada layar leptop itu, saat dia cek, ternyata bar progres sudah mengisi wadahnya penuh. Unggahan sudah tuntas 100%.
"Ah... 100% persen ya? Bagus lah..."
Dia memasukkan laptop itu kembali ke dalam tasnya yang amis darah, lalu melanjutkan jalannya yang tertatih-tatih entah ke mana. Barangkali dia hanya ingin jalan-jalan sebelum ajal menjemput.
Lanskap pabrik itu sangat rumit jika dilihat. Di sana ada banyak mesin, kabel, kerangka logam, dan sebagainya, entah apa fungsinya. Melalui rangkaian mesin, kabel, dan kerangka logam yang esoteris itu, terdapat jalur-jalur dan jembatan di mana Roko mengira orang lalu lalang, umumnya para insinyur.
"Perusahaan apa ini?" Roko memperhatikan bahwa pabrik ini dipenuhi dengan banyak alat elektronik atau bagian-bagiannya, sepert roda, antena, lengan mesin, kotak VR, dan kotak yang penuh kabel di dalamnya. Nampaknya pabrik ini berspesialisasi dalam bidang robotika dan teknologi informasi.
Roko sampai di depan suatu ruangan dengan sepasang pintu yang setengah terbuka. Sepasang pintu itu, selain membentang besar di hadapannya, lebih lebar daripada tinggi, menyerupai pintu garasi mobil.
Sementara itu, di balik pintu, Roko hanya melihat ada lantai kosong yang mendapat pencahayaan redup berwarna biru-hijau pucat. Dinding yang tepat berada di hadapannya tidak terlihat, tersembunyi dalam kegelapan.
"Ruang apa ini?" Dengan seluruh kejernihan pikiran yang masih dia miliki, Roko menoleh ke sekeliling pintu itu. Akhirnya, dia menemukan papan nama di sisi kanan pintu.
"Ruang kriogenik."
Di atas papan nama tersebut, terdapat sebuah logo berlatar belakang biru langit dan berlatar depan putih.
Bentuk logo itu dapat dibilang cukup sederhana. Bagian kiri dan kanan logo masing-masing memiliki sebuah lingkaran yang diapit atas dan bawah oleh garis horizontal. Kedua lingkaran itu dihubungkan oleh kurva setengah lingkaran yang berpangkal pada sisi bawah tengah masing-masing lingkaran, dan melengkung ke bawah. Semua garis-garis itu tebal dan berwarna putih. Latar belakang berwarna biru langit itu sendiri berbentuk lingkaran
Di antara logo tersebut dengan papan nama terdapat sepatah nama. "ISEKAI, INC." Warna teks itu sama dengan warna latar belakang logo.
Kemudian, tanpa tujuan tertentu di pikirannya yang mulai kabur, Roko masuk ke dalam ruangan tersebut. Di dalam, dia agak terkejut saat mendapati bahwa ruangan ini lebih luas dari yang dia kira.
Ruang itu pada dasarnya sama dengan ruang yang sebelumnya dia lalui, baik dari segi ukuran maupun infrastruktur. Namun, seperti yang dilihat Roko dari mezzanine di mana dia berdiri, ruangan ini tampak lebih rapi, diisi oleh apa yang nampak seperti peti terbuka, dan sialnya, sangat dingin.
"Akhirnya... ada tempat buat berbaring..." Roko memandang peti-peti tersebut. Dari kejauhan, peti-peti berdinding tebal itu memiliki jok yang terlihat mulus dan membundar, layaknya jok mobil atau sofa. Dengan kelelahan Roko saat ini, setelah seluruh aksi yang dia perbuat dan luka yang menghabiskan banyak darahnya, dia hanya ingin istirahat di tempat yang empuk.
Dengan seluruh tenaga dan pikirannya, dia pergi menuju salah satu peti, entah yang mana. Jalannya lambat dan tertatih-tatih, dan semuanya menjadi lebih berat baginya, saat dia menuruni tangga dari mezzanine itu.
Pada akhirnya, usaha Roko tersebut mendapat hasilnya juga. Dia sampai di sebelah salah satu peti. Bentuknya adalah persegi dengan sudut-sudut yang tumpul. Pintunya terbuka lebar, rata vertikal terhadap lantai. Terdapat jendela kaca di dekat salah satu ujungnya, menandakan bahwa sisi ini adalah sisi di mana kepalanya harus berada. Roko juga dapat melihat kumpulan kabel-kabel setebal jari yang memancar dari balik peti entah ke mana.
Apakah peti ini masih berfungsi atau tidak? Apa yang akan terjadi padanya jika dia masuk dan petinya menyala?
"Bodo amat... yang penting aku bisa istirahat."
Maka, tanpa banyak berpikir, Roko memasuki peti tersebut. Pertama-tama, dia duduk di sisi peti, lalu mendorong badannya ke dalam dengan kakinya. Akhirnya, seluruh tubuh Roko berada di dalam peti. Dengan insting, dia menarik pintu peti, menutupnya.
Roko memang terluka parah, dan sakitnya yang luar biasa masih terasa di pinggang kiri. Meskipun demikian, setidaknya dia mendapat tempat yang empuk dan nyaman untuk berbaring. Selain itu, Roko dilanda oleh kantuk yang berat, yang menghalangi sensasi sakit itu.
Udara di sekitarnya menjadi dingin, entah memang demikian kenyataannya atau hanya perasaan Roko. Ransel yang menempel di dadanya dipeluk dengan erat. Kedua matanya ditutup dengan pelan. Nafasnya yang tadinya ngos-ngosan menjadi tenang dan pelan.
Awalnya, Roko tidak melihat apa-apa. Namun, perlahan-lahan dia melihat bentuk-bentuk dalam kegelapan. Sesuatu yang familiar. Dia melihat dua orang, pria dan wanita, memandangnya dari atas. Mereka tersenyum padanya dengan ramah.
Kemudian, kegelapan itu berubah menjadi suatu kamar bewarna serba krem, disinari oleh matahari dari luar. Wajah sepasang pria dan wanita itu menjadi jelas: mereka adalah ayah dan ibunya sendiri.
Tanpa dia sadari, kamar itu berubah menjadi halaman rumah yang ditumbuhi rumput pendek dan berpagar kayu. Dua orang bocah, yang ternyata adalah kakaknya, bermain-main di halaman tersebut dengan mainan mereka. Keduanya juga berbicara dan bermain dengannya.
Selanjutnya, dia mendapati orang tua dan kakaknya terbaring tanpa nyawa dengan darah mengalir dari badan mereka. Dari ruang tersembunyi, Roko dapat melihat bahwa orang-orang menyeramkan dengan helm hitam dan senapan sedang membongkar rumahnya. Roko ingin segera keluar dari tempat itu.
Kemudian, Roko mendapati dirinya berada di bawah pencakar langit besar yang sudah terabaikan, dan dikelilingi oleh rongsokan. Meskipun demikian, di sana ada banyak orang yang mengelilingi sebuah api unggun. Di antara orang-orang itu, dia dapat mengenali rekannya, Dragoff, Jollo, dan Drew. Mereka semua terpisah jauh dari satu sama lain. Memang, saat itu mereka harusnya belum berkenalan.
Rangkaian-rangkaian mimpi itu makin lama makin susah untuk dicerna Roko. Dia tidak dapat mengenali apapun di sana. Pada akhirnya, pikiran Roko sendiri berhenti berfungsi...
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Cek juga karya-karya berikut di Wattpad! Ada banyak tema di sini,
Seperti masuk ke dalam lukisan bersejarah oleh mayleailaria,
CEO vs traveller writer oleh nataliafuradantin,
Dan Cinderella tapi lelaki oleh .
Cek karya mereka dan kasih banyak vote dan comment!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro