Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪

Makhluk-makhluk dengan tubuh 'pecah-pecah' itu hampir menyentuh mobil Roko dan Jentał.

"Aman kan? Bisa jalan?" Roko bertanya.

Jentał memutar setirnya sehingga mobil itu mundur dengan cepat, membelakangi sisi barat halaman parkir dari mana zombi-zombi datang. "Harusnya bisa." Mobil itu berhenti sesaat, sebelum si rambut merah itu mengganti gigi dan menginjak gas dengan keras. Pada saat itu juga, mereka berdua merasakan dorongan yang keras pada tubuh mereka, sehingga punggung mereka terhempas ke sandaran bangku mobil.

Dia belum pernah mengemudi secepat ini seumur hidupnya.

"Tunggu? Kita mutar lewat belakang?"

"Sudah terlanjur!" seru Jentał. "Pokoknya keluar saja!"

Mobil itu belok ke kanan — mulai mengelilingi kantor — dan di sana mereka disambut kerumunan zombi yang berlari menuju mereka.

"Wah gimana ini!?"

"Tabrak saja Jentał! Gas!"

Kaki Jentał menginjak pedal. Mobil yang sudah laju itu menjadi semakin laju. Makhluk-makhluk yang nekat menghadangnya pun terpelanting ke mana-mana, meskipun mereka tiada hentinya memenuhi kaca depan mobil itu sampai jalan didepan tak terlihat sama sekali.

Sementara itu, dia memegang setirnya dengan keras, berusaha mencegah mobil tersebut dari berbelok oleh tabrakan. Dia dan Roko dapat merasakan terasa seakan akan terpelanting ke kiri atau kanan kapan saja.

"Gila! Berat banget!" komentarnya sambil menggeram.

"Tahan terus! Kita harusnya sudah hampir sampai!" Roko menoleh ke kaca kanan untuk memastikan di mana mereka berada. Meskipun terhalang oleh zombi-zombi yang terlempar atau mengejar, dia masih dapat melihat kantor itu sepotong-potong. Lalu tiba-tiba, dinding kelabu dan jendela hitam bangunan itu digantikan oleh langit putih yang mendung di atas lapangan hitam kebiruan.

"BELOK KANAN CEPAT!"

"OKE OKE!"

Jentał membanting setirnya ke kanan dengan sekuat tenaga. Bunyi deritan yang keras terdengar dari keempat ujung mobil. Zombi-zombi yang mengerumuni sisi kanan mereka terlempar ke dinding bangunan dengan keras dan piksel berhamburan ke mana-mana.

"Jentał! Coba nyalain wiper-nya!"

"Oke!" Tangkai-tangkai berkaret itu mulai bergerak meskipun tertahan oleh puluhan lengan dan kaki dan badan.

"Kayaknya percuma deh, Roko," lapor Jentał.

Tiba-tiba terjadi benturan keras di depan mobil, bersamaan dengan bunyi logam yang keras. Begitu keras sampai kepala Roko dan Jentał menghantam jok mobil. Meskipun demikian, mobil masih terasa belum berhenti. Pecahan-pecahan piksel warna-warni pun menghujani baik kaca depan maupun kaca samping, menghalangi pandangan untuk mengetahui posisi mereka.

"Jentał! Bisa ke pinggir!?"

"Bentar! Ini pandangannya kehalang ini!"

"Belok ke kiri dikit! Dikit! Dikit!"

Sesuai aba-aba itu, Jentał memutar setirnya 30 derajat. Di saat yang sama, piksel-piksel itu menyingkir dari kaca mobil bagian per bagian, memperlihatkan jalan kosong yang dilingkari oleh portal berwarna jingga. Dinding-dinding rendah itu terlihat sambung-menyambung ratusan meter dari posisi mereka,

"Ya!" seru Roko. "Tabrak portalnya Jentał!"

"Tapi kalau–"

"Kita gak punya jalan lagi! Semua jalan sudah diblokir! Kita kabur lewat sana!"

"Baik baik!"

Portal itu nampak membesar dengan cepat, hingga akhirnya benturan keras terjadi pada mobil mereka. Dinding jingga itu lenyap di bawah pandangan kaca depan, dan kendaraan mereka meloncat dengan kasar sebelum akhirnya mendarat di depan aspal. Beruntung bagi mereka, mobil putih itu tetap berjalan setelah tabrakan beberapa kali.

Di hadapan Roko dan Jentał sekarang hanya ada jalan sepi yang diapit oleh bangunan-bangunan berlantai 1 hingga 5. Duo itu bernafas dengan berat, setelah melalui hal-hal menegangkan yang hampir membunuh mereka. Roko memalingkan muka kepada Jentał di sisi kirinya.

"Akhirnya kita selamat," komentarnya.

Jentał tidak berkata apa-apa untuk menanggapinya. Yang terdengar hanyalah nafas berat mereka berdua dan bunyi siren yang semakin lama semakin dekat.

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Tak lama kemudian, mobil Roko dan Jentał dihentikan oleh polisi untuk diperiksa oleh tim medis. Setelah terbukti tidak memiliki tanda-tanda perubahan pada badan, mereka berdua diperbolehkan untuk pulang.

Kali ini Rokolah yang mengemudi. Jentał terlihat begitu lelah sejak tadi. Gerakan badannya lemas dan matanya hampir terpejam, dan sekarang dia tertidur pulas di bangku penumpang depan. Hari ini begitu melelahkan jiwa dan raga bagi si rambut merah itu.

"Kasihan Jentał," komentar Roko dalam hati. "Pasti berat rasanya kehilangan teman-temanmu." Apa yang terjadi pada kawan serumahnya itu mengingatkan Roko akan kehidupan lamanya.

"Oh iya... mumpung lagi di luar, kayaknya aku harus beli barang-barang kebutuhan biar gak keseringan keluar."

Dengan pikiran itu, Roko mengemudikan mobilnya hingga menemukan supermarket terdekat yang berdiri di sebelah bahu kiri jalan. Bangunan itu berbentuk balok dengan tinggi mencapai 10 m, lebar melebihi 50 m, dan dinding bercat merah dan biru yang penuh papan nama. Mobil itu parkir di atas lapangan berlantaikan ubin beton segi enam yang terbentang di depan bangunan itu. Dia meninggalkan Jentał tidur di dalam.

Belasan menit kemudian, Roko keluar dari bangunan tersebut dengan tangan penuh. Dus-dus kelabu dalam bopongannya, kemudian 3 kotak telur dan sekotak sayur-mayur di atasnya, serta dua tas belanjaan yang penuh di kedua bahunya. Sebelum memasuk-masukkan belanjaan itu ke bangku belakang mobil, dia mendapati bahwa Jentał masih memejamkan mata. Kemudian tepat saat dia menyalakan mesin mobil, tetes air mulai berjatuhan dari langit yang sudah mendung.

Setelah beberapa kilometer mengemudi, mereka akhirnya sampai di rumah yang sudah kosong sejak tadi pagi. Roko menghadang hujan lebat di luar mobil untuk membuka gerbang dan garasi, agar mobil tersebut dapat dimasukkan ke dalam rumah. Di dalam garasi yang kering, hangat, dan berpenerangan jingga itu, Roko mulai memindah-mindahkan barang ke dalam, dimulai dari menggendong Jentał yang masih tidur ke kasurnya, lalu mengangkut dus-dus dan segala macam barang belanjaan ke meja dapur. Selanjutnya dia mengganti bajunya yang basah dengan daster kelabu yang monoton.

Akhirnya semua kesibukan itu tuntas. Roko mengistirahatkan diri dengan bersantai di ruang santai, berbaring di atas sofa krem yang empuk sambil menonton tayangan berita di televisi. Di tengah momen mengisi tenaga itu, Roko mulai kepikiran akan apa yang dia lakukan sehari ini.

"Jawab Jentał nanti gimana ya?" cemasnya dalam hati. "Dia pasti bakal curiga kalau aku mengikuti dia terus selama ini, dan bisa saja hubungan kami makin tambah rusak."

"Ah, tapi ini buat kebaikannya sendiri. Yang penting dia selamat kan?"

Matanya tertuju pada layar televisi yang penuh kehidupan itu, diiringi oleh deruan hujan yang masih lebat. Kali ini berita yang dia tonton meliputi insiden yang terjadi di gedung arkeologi.

"Berdasarkan laporan petugas di tempat, sebuah mobil putih bermerek ******** datang dari halaman parkir dan menembus pagar dengan menabraknya..."

Selagi pembawa berita yang tidak ditunjukkan mukanya itu berbicara, rekaman di lokasi diperbesar pada pagar yang dimaksud, kini tidak lebih dari batang-batang logam yang penyok rata di lantai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro