Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

33

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

Gemuruh itu terjadi tidak lebih dari 5 detik, sebelum semuanya menjadi sunyi kembali. Meskipun demikian, Roko dan Jentał yakin bahwa hal ini bukanlah pertanda baik. Mereka berdua tidak sedang aman-aman saja.

"Gawat," seru Roko. "Jentał! Buruan naik!"

"I– iya!" Dengan tergesa-gesa, si rambut merah melompat dari terowongan bawah. Saat badannya berada pada ketinggian Roko, si kacamata itu menyambutnya dengan memegang kedua pergelangan tangannya erat-erat. Dengan sekuat tenaga, Roko mulai menarik Jentał masuk ke terowongan atas.

Di saat yang sama — mengejutkan mereka berdua — bunyi yang keras terdengar dari terowongan bawah. Sesuatu membentur dan mencakar logam dengan ganas dan terburu-buru. Suara itu terdengar semakin jelas, seakan-akan sang pembuat bunyi sedang mendekat.

"Sialan! Gawat!" Umpat Roko, tepat saat dia berhasil menarik Jentał masuk ke terowongan atas. "Jentał! Kamu buruan pergi! Aku mutusin ini dulu!"

"Ah bentar Roko!" seru Jentał. Mereka berdua berusaha merangkak maju, namun karena ruang terowongan itu sempit, keduanya hanya bisa menabrak satu sama lain. "Aku gak bisa lewat!"

"Aduh gimana ini!?" Roko mengeluh. Bunyi itu sudah semakin dekat — kira-kira makhluk itu akan sampai dalam 20 detik. Namun di tengah kepanikan itu, Roko melihat linggis yang kedua tangannya pegang, dan seketika itu juga dia mendapat satu ide.

"Jentał!" seru Roko. "Kamu masuk ke dalam kantongku!"

"Ke dalam kantongmu?" Jentał berusaha memproses apa yang baru dia dengar.

"Iya! Aku masukin kamu ke dalam ya! Biar aku bebas gerak!"

Makhluk itu akan sampai dalam 10 detik.

"Tapi kalau kamu ter–"

Wanita itu lenyap dari hadapan Roko, kini berada di dalam kantong virtualnya yang tak berwujud. Si kacamata meletakkan senternya di 'lantai' — menghadap terowongan vertikal dari mana mereka datang, dan mulai mengayunkan linggisnya ke pinggiran mulut terowongan di mana dirinya berada sekarang.

Logam berbunyi dan menggema saat linggis itu menembus dinding baja yang tipis. Dengan cekatan dan sekuat tenaga, Roko memotong terowongan horizontal dari terowongan vertikal, lalu menarik sisi-sisi robekannya ke dalam untuk membuat terowongan tersebut buntu.

Saat terowongan itu hampir tertutup sepenuhnya, makhluk yang mengejar mereka menampakkan diri, mengejutkan Roko.

Sekilas, Roko melihat apa yang nampak seperti massa atau hewan hitam. Dia tidak dapat melihat wujud makhluk itu dengan jelas, baik karena bukaan terowongan horizontal hampir tertutup maupun kegelapan dalam sistem ventilasi ini. Meskipun demikian dia dapat melihat jari-jari panjang makhluk tersebut.

"AH! Sial!" Sang makhluk memegang linggisnya erat-erat, di saat Roko sedang menarik robekan terakhir terowongan horizontal, seakan-akan tidak ingin si kacamata itu menutupnya. Pegangan makhluk itu begitu kuat, sehingga Roko harus panco linggis dengannya. Tugas itu menjadi semakin berat dengan terasanya kekuatan pada tangan Roko, yang memaksa kesepuluh jari tangannya untuk melonggarkan pegangannya pada linggis itu.

"Wah bisa main telekinesis ternyata." Roko memanggil seluruh kekuatan telekinesisnya untuk mendorong makhluk itu dari linggisnya. Suara cakaran dan benturan itu menjadi terdengar dangkal dan tidak beraturan, menandakan melemahnya pegangan makhluk tersebut.

Dengan kekuatan telekinesis yang tersisa, Roko kembali menarik ke dalam lembaran robekan itu. Kemudian, dia menyentakkan linggisnya, dan sebagai akibatnya, cengkeraman sang makhluk benar-benar terlepas dan makhluk itu sendiri jatuh entah ke mana.

Robekan itu pun menguncup dengan rapat. Roko melepaskan ujung linggisnya dengan segera, lalu menggunakan telekinesisnya untuk meloncat beberapa meter dari titik itu.

Akhirnya makhluk itu tidak terdengar lagi keberadaannya. Sekali lagi dia menyelamatkan Jentał dan dirinya.

Roko mendarat pada punggungnya dengan menghantam dinding yang berada di ujung lain terowongan. Suara logam itu berbunyi keras di belakangnya dan menggema, diiringi oleh aduhan si kacamata. Namun untungnya, benturan itu tidak begitu keras sampai merobek dinding tersebut dan mematahkan tulang Roko.

"Kamu gak kenapa-kenapa Roko?" Jentał akhirnya muncul di hadapan Roko, keluar dari kantongnya.

"Gak apa-apa." Roko tersenyum puas pada si rambut merah itu. Mukanya setengah terlihat oleh sumber cahaya yang berada di terowongan yang berada di sisi kirinya. "Kayaknya kita sudah mau sampai jalur keluarnya. Lihat."

Roko menunjuk ke arah kirinya, ke mana Jentał kemudian menoleh. Di tengah terowongan yang gelap itu, terdapat 2 sumber cahaya — yang terdekat nampak seperti persegi yang berada di 'lantai' terowongan, dan yang satunya berada di ujung apa yang terlihat seperti terowongan lain di sisi kiri terowongan itu.

"Jalan keluar ya?" Jentał bertanya.

"Kita ke sana habis ini," tanggap Roko. "Bentar. Aku istirahat semenit sama nyiapin posisi."

ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ

Sesudah menit beristirahat selesai, mereka melanjutkan perjalanan merangkak sepanjang terowongan itu.

Hal yang menarik perhatian mereka adalah bukaan yang terdapat di 'lantai' saluran ventilasi itu. Jaraknya hanya sekitar 5 m dari belokan terowongan. Dari jarak demikian, persegi itu terlihat agak kabur atau gelap, menandakan adanya jeruji pada bukaan tersebut.

Kini Roko telah berbaring tepat di depan bukaan tersebut. Ternyata persegi itu memang terhalang oleh jeruji tipis berwarna hitam. Si kacamata itu mengintip ke bawah, mendapati ruangan dengan lantai yang ditutupi ubin berwarna krem.

Dan tentu saja, di bawah sana ada makhluk-makhluk itu — dengan badannya yang berubah-ubah dan penuh 'pelangi'.

"Ada siapa-siapa di bawah?" tanya Jentał, berbaring di belakang Roko.

"Hmm," angguk Roko. "Zombinya ada."

"Bisa maju gak? Aku mau lihat itu ruang apa."

"Oh oke oke." Roko merangkak 2 m ke depan, disusul oleh Jentał. Sekarang muka si rambut merah berhadapan dengan bukaan itu.

"Hmm." Sesudah beberapa detik, Jentał mengangkat mukanya dari jeruji-jeruji itu. "Ini ruang tamu. Kita hampir sampai."

"Ah gitu ya?" Roko berkomentar, menoleh ke belakang. "Kalau begitu... kalau kita masuk belokan di depan, harusnya kita sampai di depan kantor. Di depan sana terang, kayaknya ada bukaan lagi di sana. Mudah-mudahan di luar sana bebas zombi. Ayo jalan."

Persimpangan di mana terowongan itu bertemu hanya berada sekitar 5 m dari bukaan yang baru mereka lewati. Sesampai Roko di sana, dia bertemu dengan terowongan tersebut di sebelah kiri. Di ujung terowongan itulah, si kacamata menemukan sebuah 'jendela' jeruji. Setelah merangkak hampir semenit, Roko dan Jentał sampai di depan bukaan tersebut.

"Di sana aman gak?" tanya Jentał di belakang.

Sementara itu, Roko mendapati bahwa di sisi luar jeruji itu terdapat halaman parkir kantor arkeologi, lengkap dengan jalannya yang beraspal. Dan lagi-lagi, dia menemukan beberapa zombi berkeliaran di sana.

"Gak Jentał," Roko menjawab.

"Terus gimana ini?" Suara Jentał yang selama ini kaku menjadi terkesan putus asa.

"Hmmm..."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro